"Ibu aku pamit ke toko donat yaa!" teriak gadis bulat dari ruang tengah kepada sang Ibu yang berada di dapur.
Terdengar suara langkah kaki dari dapur semakin dekat ke arah ruang tamu di mana gadis itu berdiri dengan dress pink muda miliknya.
Sang Ibu berkacak pinggang dengan tangan memegang spatula dan celemek menempel di badan depannya. Matanya menatap garang anak gadisnya itu.
"Donat lagi?"
"Baru saja kemarin kamu makan donat di perlombaan, hari ini sudah ingin membeli lagi." Ibu menggelengkan kepalanya heran.
"Aku 'kan suka donat," jawabnya tersenyum lucu.
"Tidak boleh. Tidak akan ada donat lagi. Lihat badanmu penuh lemak, itu karena apa? Donat yang kamu makan sedari dulu. Coba lihat Ibu, Ibu jarang memakan donat dan badan Ibu tidak besar sepertimu." Wanita itu mencoba memberi nasihat.
Si gadis cemberut. "Pokoknya aku ingin donat lagi!" memekik kencang.
"Tidak baik terlalu sering makan donat. Ibu 'kan sudah masak sayur buat kamu makan." Ibu menghela nafas lelah.
Gadis itu tetap bersikeras membantah Ibunya. "Aku mau donat setiap hari!"
"Oh, boleh saja. Tapi, jangan harap ada uang jajan untukmu."
"Ibu jahat sekali! Aku tidak bisa hidup jika tak ada donat! Kenapa Ibu larang kesukaanku?!" Mata gadis itu berkaca-kaca hendak menumpahkan muatannya.
"Loh, malah nangis?" Sang Ibu yang panik berjalan mendekati putrinya.
"Mau donat, Ibu," rengeknya dengan kaki dihentak-hentakan ke lantai.
Ibu yang mendengar hanya pasrah. "Iya iya boleh asal jangan nangis lagi."
Gadis itu mendongak dengan mata berbinar. "Yang benar, Ibu?"
"Iya, tapi jangan banyak-banyak, nanti sakit." Memberi pesan yang mendapat anggukan semangat dari putrinya.
"Baik, Bu. Kalau begitu aku pamit ya, hehe. Dahh, Ibu," pamitnya seraya mencium pipi sang Ibu lantas berlari keluar dengan riang.
Ibu hanya menggelengkan kepalanya gemas.
"Anak itu."
~•●•~
"Nananana ..." Bibir mungil itu bersenandung merdu ditemani kicauan burung pipit di atas sana.
Kakinya berbelok menuju toko roti langganannya yang sudah dia masuki puluhan kali.
"Halo, Paman," sapanya sembari memiringkan kepalanya gemas.
"Halo, gadis kecil. Ingin donat lagi?" Tanpa bertanya pun pasti gadis itu akan membeli donat.
"Hehe, aku mau 10 rasa matcha."
"Pesanan akan segera siap. Silahkan duduk dulu adik kecil." Pemilik toko mempersilahkan.
"Terima kasih, Paman."
Gadis itu duduk di bangku kayu di depan, manik bulatnya menatap lekat bagaimana pemilik toko memasukan donatnya dalam kotak. Semua roti dan kue sudah tersedia dalam lemari kaca, tidak takut dingin karena di dalam kaca khusus bersuhu hangat.Lima menit kemudian pesanannya telah siap, gadis itu membayarnya dengan kepingan perak. Tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Jangan pernah bosan ke sini ya," ucap pemilik toko bercanda.
"Pasti, Paman. Kalau begitu aku pamit, Paman. Sampai jumpa lagi." Tangannya melambai ceria sebelum melangkah pergi.
Di pinggir jalan yang ramai akan kendaraan, gadis kecil itu berjalan dengan tatapan tertuju kotak besar di tangannya. Hidungnya menghirup aroma sedap yag memabukan.
"Uhm, wangi sekali," gumamnya.
Terlanjur tidak sabar, tangannya mencomot satu donat dan memakannya lahap membuat pipinya menggembung.
"Downat selalu ewnak," gumamnya tak jelas.
Saat hendak mengambil satu donat lagi dan memasukannya ke dalam mulut, tiba-tiba ...
Tin! Tin!
Suara klakson mobil mengagetkannya membuat donat itu terjatuh ke bawah dan menggelinding hingga berhenti tepat di sebelah tong sampah dengan jarak dua meter dari dirinya berdiri.
"Jalan yang bener, Nak. Jangan ke tengah!" teriak pria dewasa menyembulkan kepalanya dari jendela mobil.
Gadis itu membungkuk dengan wajah bersalah. "Maaf, Paman," sesalnya.
Pria itu mengangguk. "Ya, jangan ulangi lagi. Bahaya," tuturnya memberi pesan kembali melajukan mobilnya membelah jalanan.
"Fyuhh ... untung saja tidak kenapa-napa. Tapi, sayang sekali donatnya jatuh." Melirik donat miliknya yang sudah kotor terkena debu dengan tatapan sendu.
"Bye bye, donat. Maafkan aku buat kamu jatuh." Tangannya melambai ke arah donat dengan wajah sedih.
Dengan hati tak rela ia meninggalkan donat itu begitu saja, berlari kecil menuju rumahnya yang sudah terlihat.
"Ibu," panggilnya mendudukan dirinya di kursi makan.
Sang Ibu yang sedang mencuci piring pun menoleh. "Sudah pulang ya?"
"Sudah, Ibu. Ibu mau donat tidak?" Memamerkan donatnya untuk dilihat.
"Tidak sayang, Ibu masih kenyang," tolak Ibu disertai gelengan kepala.
Gadis itu mengangguk paham. Dengan senang hati dia menghabisi semua donatnya dalam sekejap mata.
Begitu habis, dia menarik kursi ke belakang. "Aku ke kamar ya Ibu, ngantuk," pamitnya.
"Memang donatnya sudah habis?" tanya Ibu dengan posisi membelakangi
"Tentu sudah. Dah, Ibu ..."
"Baiklah, sayang."
Kaki gempal itu berlari kecil menuju kamarnya. Aroma lembut vanilla menguar ketika pintu kayu itu dibuka membuat gadis itu memejamkan mata.
Bruk
"Nyamannya tidur di siang hari," gumamnya setelah melemparkan tubuhnya ke atas ranjang empuk dalam posisi telungkup.
"Tidur dulu deh, siapa tahu mimpi ke taman donat, hihi senangnya ..."
~•●•~
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Donat [END]
Short StoryGadis gendut yang selalu makan dan memakan. Kesukaannya adalah donat glaze matcha bertoping choco chips. Hingga sebuah mimpi membawanya terbang dengan sihirnya. Mengubahnya menjadi benda lembut itu yang mengalami kesialan. ~•••~ Publish & revisi ula...