04. Joging

499 93 27
                                    


Langit pagi yang mendung, semilir angin yang terasa dingin dan butir-butir salju kecil yang mulai turun adalah waktu sempurna bagi Hinata untuk memulai olahraga paginya. Setelah berhari-hari berdiam diri di rumah tanpa melakukan aktifitas apapun, akhirnya Hinata kembali mendapatkan semangatnya kala melihat serpihan salju yang turun dengan cantiknya dari balik jendela kamar.

Ia telah siap dengan pakaian olahraga khusus untuk musim dingin yang sengaja ia pesan pada desainer kenamaan di kotanya. Meskipun cuaca saat ini sedang sangat tidak cocok untuk aktifitas di luar rumah, tapi Hinata si pecinta musim dingin akan dengan senang hati menikmati waktunya berada sedingin mungkin di luar rumah.

"Ah ... Sejuknya!"

Hinata bergumam di tengah aktifitas jogingnya sambil menikmati semilir angin yang menusuk kulit.

Ia 'tak henti-hentinya terpukau oleh keadaan di sekitarnya. Ia adalah seorang yang mudah menyukai hal-hal kecil dan remeh temeh seperti suara angin yang bergesekan dengan daun-daun, gerimis yang tiba-tiba turun ke bumi dan membuat sebagian orang berlari menghindar, atau serpihan salju yang menempel di rambutnya dan membuat kepalanya basah ... Dia menyukai itu.

Dia adalah gadis periang yang hanya akan membicarakan tentang hal aneh yang kebanyakan orang abaikan. Dia adalah bintang yang bersinar dengan caranya sendiri tanpa perlu meminjam cahaya dari matahari. Dia seperti magnet yang mempunyai daya tarik yang sulit di tolak.

Dia selalu menyebalkan dan membuat orang lain sulit membencinya. Dia sangat menyebalkan hingga membuat orang-orang ingin selalu berada disisinya. Dan dia yang paling menyebalkan karena membuat semua orang begitu mudah menyayanginya.

Hinata dan segala yang ada padanya adalah paket yang tidak bisa di abaikan begitu saja.

Menuju ke taman yang berada di luar komplek perumahannya, Hinata masih setia berlari-lari di hamparan jalanan yang mulai memutih.

Ia berhenti sejenak di sebuah jembatan pinggir sungai yang kini airnya terlihat beku dan berkilau.

'cantik' batinnya.

Hinata lalu kembali melanjutkan ritual jogingnya dengan masih menolehkan kepalanya ke arah sungai yang membeku tanpa menyadari seseorang yang datang dari arah berlawanan.

'Bukk!'

"Akh!/ Aww!"

Pekikan bersamaan terdengar dari kedua orang yang baru saja bertubrukan.

"A-ah ... gomenasai! Kau baik-baik saja?"

Ujar pria bertubuh tinggi yang baru saja bertabrakan dengannya.

Hinata merengut kesal. Ia merasakan hantaman yang lumayan keras pada kedua lengannya. Meskipun begitu, ia tetap tidak bisa marah karena memang ia yang tidak memperhatikan langkahnya sendiri.

"Ah ... Tidak, lagi pula aku yang salah karena tidak memperhatikan langkah ku"

Hinata berkata sambil tersenyum canggung.

"Ah ... Aku baik-baik saja, justru aku takut kau yang terluka. Gomen, aku tidak melihat jalan dengan baik"

Ucap pria itu.

Hinata terpaku sesaat.

Tiga garis di kedua sisi wajahnya, rambut blonde nya yang tertutup topi rajut berwarna  hitam dan mata sebiru lautan itu ... Bukankah itu sangat tidak asing dan terlalu sempurna?!

"Kya!"

Hinata memekik girang. Ia menutup mulutnya dan menggigit bibirnya kuat-kuat karena merasa seperti bermimpi.

"E-eh ... Apa kau baik-baik saja?"

Hinata yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya mampu menganggukan kepalanya dengan semangat, membuat helaian poninya bergoyang-goyang.

Mukbanger'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang