DUA PULUH DUA

449 42 0
                                    

Yibo meletakkan jari tengah dan ibu jari tangan kanannya di kedua pelipisnya, berusaha meredakan sakit yang ia rasakan. Ia melangkahkan kaki ke arah dapur, saat ini ia butuh kopi. Padahal ini sudah lewat beberapa hari sejak insiden pengeboman ruangan itu, tapi kepala serta punggungnya masih sering terasa sakit. Ditambah dengan masalah kecil yang kian membesar, bahkan orang intelijen turut ikut campur dalam masalah ini.

Cahaya dari arah dapur menarik perhatian Yibo. Siapa yang sudah bangun tengah malah pada jam segini? Robert? Maid?

Pria itu memelankan langkahnya, entah kenapa ia merasa perlu berbuat demikian. Perlahan, ia mengintip, mencari tahu sumber cahaya itu.

Terlihat Sean Xiao yang duduk di salah satu stall, memegang mug dengan kedua tangan. Tatapan lelaki cantik itu terlihat kosong, seperti melamun, dan Yibo sangat tergoda untuk mengetahui apa yang sedang di dalam pikiran lelaki itu.

Sean Xiao menghela napas panjang lalu mendongak, bermaksud melihat ke arah jam dinding. Ia terbangun pukul dua dini hari, setelah tertidur di ranjang seharian.

Sean Xiao melangkah pelan menuju lemari pendingin. Dia ingin menghirup kepulan asap dingin dari freezer di sana. Sean Xiao beberapa kali menatap ke kanan-kiri, takut jika ada yang melihat aksinya. Apalagi jika Yibo yang melihatnya, dia sudah pasti akan kembali diseret ke atas tempat tidur, dan sudah pasti aksinya akan menjadi bahan ejekan. Ia berjalan tanpa sadar kalau.

Bugh

"Ah!" Sean Xiao mendesis sakit ketika tidak sengaja wajahnya membentur sesuatu.

Sean Xiao mengusap wajahnya dengan ringisan perih. Mendongak melihat siapa yang ditabraknya. Matanya membelalak melihat sosok pria yang paling dia takutkan melihat aksinya. Yibo, pria itu berdiri di depan Sean Xiao, menatap lelaki itu dengan tatapan tajam.

Sean Xiao meneguk ludah. "Yi-Yibo." panggilnya, terbata.

Yibo tidak menjawab. Pria itu masih diam dengan ekspresi dingin. Manik coklat itu seakan ingin membunuh Sean Xiao hanya dengan tatapannya.

Melihat tidak ada respons dari Yibo, Sean Xiao mencoba bertanya. "Ke-kenapa kau jam segini sudah bangun? Ini masih terlalu dini." tanya Sean Xiao, meneguk ludah susah payah.

Masih tidak ada jawaban dari Yibo  Sampai suara dingin itu mengejutkan Sean Xiao dengan nada tajamnya. "Apa perdulimu."

Sean Xiao mengerjap. "O-oh!" angguk Sean Xiao, mencoba bersikap santai walau tubuhnya sekarang sudah gemetaran.

"Kenapa keluar?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Yibo.

Sean Xiao mendongak, menggigit bibirnya melihat manik coklat Yibo yang tajam terlalu menakutkan. Tidak, kenapa juga aku harus takut! "A-aku terbangun lalu bosan hanya di dalam, aku keluar ingin menghirup udara segar."

"Bukannya sudah aku katakan untuk tetap di dalam kamar?" Sean Xiao mendengus "Aku sudah tidak apa-apa, seharian aku terus tidur. Sekarang aku sudah baik-baik saja, aku tidak selemah itu."

"Kau masih sakit, kembali ke kamar." perintah Yibo, tidak peduli dengan alasan Sean Xiao.

"Aku tidak mau," Sean Xiao membalas dengan ketus.

"Aku bilang kembali ke kamar."

"Aku tidak mau. Jangan memaksaku, aku sudah tidak apa-apa. Aku keluar hanya ingin membuat susu coklat hangat. Kenapa kau takut sekali aku kabur." raung Sean Xiao, tidak suka.

Yibo terdiam, raungan Sean Xiao membuatnya semakin kesal karena lelaki cantik ini tidak mau mendengarkannya.

"Terserah kau saja." ketus Yibo. Lalu melangkah mundur meninggalkan Sean Xiao.

[TAMAT] THE DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang