DUA PULUH LIMA

146 19 1
                                    

Tersedia dalam bentuk PDF!
Price : 50K (GOPAY, BANK, SHOPEEPAY)
Total Chapter : 30 Chapter + 12 Extra Chapter + Final Extra Chapter + Story Tambahan.


The Dominant

Xiao Zhan kembali pulang dengan punggung serta tubuh yang terasa lelah. Matanya mengerjap pelan, kemudian ia berjalan ke kamar dan menuju pintu kamar mandi. Sejak tinggal disini, baru kali ini ia menyentuh kamar mandi dalam, sebelumnya ia selalu menggunakan kamar mandi lantai bawah. Ia cukup menyesal karena tidak berkeinginan mencicipi kamar mandi dalam kamar ini yang ternyata sangat mewah dengan bathup besar dan sabun beraroma kayu cendana. Ia melirik pisau lipat yang ia letakkan di nakas samping tempat tidur. Ia perlu itu untuk berjaga-jaga, walaupun selama ia tinggal belum pernah ada kejadian aneh, tapi ia tetap harus waspada agar bisa segera membela diri saat sesuatu tidak di inginkan terjadi.

Puas berendam, Xiao Zhan langsung berpakain dengan kemeja satin dan celana denim yang ia rasa sangat tidak cocok dengannya. Usai menata rambut, ia langsung turun kebawah setelah menengok jam dinding dan memastikan bahwa ini adalah jam makan malam. Begitu sampai di dapur, ia terdiam saat tidak ada seorangpun disana, bahkan Reba-pun taka da. Mungkin mereka tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, jadi ia langsung menuju pantry memasak makan malam dengan menu nasi ayam Hainan dengan xiao long bao sebagai makanan penutup. Setelah semuanya selesai, menata makanan di meja, lalu membuatkan kopi untuk Yibo, Xiao Zhan berdiri diam disana. Menunggu Yibo dan Reba turun untuk makan malam. Tapi, sepuluh menit kemudian, tidak ada tanda-tanda mereka turun dari kamarnya. Saat Xiao Zhan hendak naik untuk memanggil, Albert muncul dari ruang tengan membawa sebuah kain berwarna merah dan hitam dengan wajah sedatar Robert.

"Tunggu Albert, dimana Yibo dan Reba? Mereka tidak makan malam?" tanyanya dengan heran sambil memanggil Robert.

Xiao Zhan tidak tahu harus memanggilnya apa, karena sejak awal pertemuan hingga kini mereka hampir tidak pernah berkomunikasi secara informal. Robert kemudian mendekat ke arahnya, matanya menatap makanan yang ia tata rapih di meja makan.

"Tuan Yibo sudah tidur, sementara Nona Reba sudah tidak tinggal disini. Kau tidak perlu menyiapkan makan malam, lagipula sudah ada pelayan yang melaksanakan tugas tersebut. Dan mulai mala mini, Tuan Yibo tidak akan makan malam di rumah." penjelasannya membuat lelaki cantik itu terdiam.

Yibo tidak akan makan malam lagi di rumah? Kenapa? Yang benar saja, ia harus makan masakan yang aku buat. Entah kenapa hatinya sedikit terluka mendengar kalau orang yang mulai menguasai hatinya perlahan berbeda.

"Baiklah, lalu bagaimana dengan makanan ini?" tanya Xiao Zhan dengan menunjukkan hasil semua masakannya yang mungkin sudah hampir mendingin.

"Anda bisa memakannya, saya permisi."

Punggung lebar Albert menghilang di belokan menuju ruang belakang dimana para pelayan menginap. Ia memandang ayam Hainan dengan diam, lalu berpikir bahwa akan sia-sia jika dibuang. Ia menghela nafasnya pelan, lalu duduk di meja makan dan mulai memakan masakannya sendiri.

The Dominant

Xiao Zhan naik ke lantai dua setelah makan malamnya selesai, dan meletakkan perlatan makan yang kotor ke wastafel tanpa mau mencucinya. Ia pikir esok pagi akan ada pelayan yang akan mencucinya, jadi dibiarkan begitu saja.

Untuk menuju kamarnya, ia perlu melewati ruang kerja, kamar utama, dan sebuah kamar tamu. Yibo sendiri sejak awal lebih sering tidur di kamar utama atau ruang kerja demi menghindari gangguan, katanya. Setelah lumayan lama tinggal disini, lelaki cantik itu baru menyadari kalau lorong di lantai dua ini mengingatkannya pada drama The Devil Judge yang berdinding kayu dengan lukisan dan foto kuno yang terlihat menyeramkan, mungkin.

Jika kalian pikir lelaki cantik itu takut? Tentu saja tidak. Ia lebih takut dengan sisi gelapnya sendiri. Setelah lumayan lama sisi gelapnya seolah tertahan di dalam jiwanya, bahkan otaknya saja tak mampu mengendalikan itu semua. Akhirnya, sisi itu muncul kembali sebagai bentuk kewaspadaan. Nyatanya meskipun cinta yang ia miliki terhadap pria bermarga Wang itu cukup banyak, namun tidak menafikkan fakta bahwa dimanapun dan kapanpun ia tetap harus waspada karena musuh bisa saja hadir di dalam selimut yang biasa menemanimu tidur. Kebanyakan musuh hadir dengan waktu yang tak terduga, oleh karena itu kini ia selalu membawa pisau lipat dan senjata lain kemana-mana.

Lampu-lampu sudah dimatikan sekitar jam delapan. Terlalu awal baginya yang biasa beraktifitas di atas jam sepuluh malam. Kehidupannya benar-benar berubah sejak menjadi tahanan Wang Yibo.

Beberapa saat kemudian, ia sampai. Ia berdiri di depan pintu kamarnya, lalu menekan gagang pintu berwarna emas agar ia bisa masuk. Tapi gerakannya terhenti saat sebuah bunyi terdengar nyaring dari sebuah arah. Ia menoleh ke kanan, lalu ke kiri mencari sumber suara 'dug dug' beberapa kali itu. Namun setelah beberapa lama ia terdiam mencoba memfokuskan telinga, suara itu sudah tak terdengar lagi. Ia memutar bola matanya malas, mungkin ia hanya berimajinasi, pikirnya. Tapi saat mendorong pintu kamar agar terbuka, bunyi itu muncul lagi. Kali ini empat kali 'dug dug dug dug', seperti bunyi paku yang ditancapkan di tembok menggunakan palu. Ia langsung menyerbu masuk ke kamar, mengambil pisau yang disimpan di dalam meja nakas. Lalu dengan perlahan keluar dari kamar dengan memegang pisau di depan dada.

Sayang sekali bunyi itu kembali hilang, digantikan senyap ngengat yang membuat bulu kuduknya berdiri. Kakinya berjalan di lantai marmer dingin dengan mata menyapu ke segala arah. Dan bunyi itu terdengar lagi, kali ini hanya sekali tapi sangat keras seakan menjadi pukulan terakhir. Kini ia bisa menebak bahwa suara itu berasal dari dinding sebelah kamarnya, dinding ruang kerja Yibo. 'Apa seseorang berada di dalam?' ucapnya dalam hati.

Xiao Zhan memegang dinding samping pintu kamarnya, lalu menyeret tangannya di sepanjang dinding. Ia menunggu bunyi itu lagi, tapi hampir lima menit ia tak mendengar bunyi itu lagi. Nafasnya entah sejak kapan memburu berangsur tenang, ia melipat lagi pisaunya dan berjalan menuju kamar.

Menutup pintu kamar rapat-rapat dan tidak lupa menguncinya dua kali. Ia langsung menuju ranjang, merebahkan diri dan menyelipak pisau ke bawah bantal. Matanya memandang langit-langit kamar yang berwarna putih dengan pinggiran berwarna emas. Pikirannya mulai menebak bunyi paku yang di tancapkan ke tembok, kenapa seseorang harus melakukannya malam-malam? Apa Yibo yang melakukannya? Jelas bukan, dia pasti tidak akan repot-repot melakukannya. Tapi, kalau bukan dia siapa lagi? Dan kenapa?

The Dominant

Seseorang tengah memandangi hasil karyanya malam ini, lalu tersenyum lebar-lebar saat semuanya seperti yang ia inginkan. 'ah senangnya, aku sungguh bahagia. Kami akan menjadi pasangan yang sempurna' ungkap seseorang.

Foto-foto yang ia pasang di dinding sudah ratusan jumlahnya hanya dalam beberapa hari, itu karena ia terlalu menyukainya. Dan mungkin mulai mencintainya, 'ah sayangku. Kau membuatku ingin berlama-lama di rumah dan memakan masakan paling enak yang pernah ku makan' gumamnya dalam hati.

Pria itu mengambil salah satu foto yang ia ambil secara diam-diam, menciumi setiap sudut foto itu. Lalu, ia menjilati foto itu dengan membayangkan bahwa itu tubuh pria yang pernah ia pegang.

TBC

Kamis, 15 Juni 2023

[TAMAT] THE DOMINANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang