chapter sixteen : crazy love

868 84 17
                                    



"He felt like sin but tasted like love, and clumsily I stumble in his delicious crazy love."

— Joyceline Swastamita



"KAMU sama Josette," Joyce menggantung perkataannya, sejenak memastikan kalau Jayden tidak keberatan dengan topik yang ingin dia bicarakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAMU sama Josette," Joyce menggantung perkataannya, sejenak memastikan kalau Jayden tidak keberatan dengan topik yang ingin dia bicarakan. Tangan rampingnya dia gunakan untuk melingkari tubuh Jayden, sementara dagunya dia letakkan pada bahu lebar laki-laki itu. Joyce menengadah, menatap Jayden dari sudut yang membuat garis rahangnya tampak begitu tajam dan tegas. "Sedekat apa kalian dulu?"

Jayden menyesap dalam-dalam batang rokok menyala yang terapit di kedua bibirnya, kemudian mengembuskan asapnya keluar melalui mulut dan hidung. Dia letakkan batang rokok yang masih menyala tersebut ke atas asbak yang terletak di atas nakas di sebelah tempat tidur. Jayden menunduk, membalas tatapan Joyce sambil menyelipkan senyum tipis di bibirnya. "Kenapa kamu tiba-tiba tertarik sama kehidupan pribadiku? Kamu mulai tertarik sama aku, hm?"

"Lupakan pertanyaanku barusan." Joyce memutar matanya, kemudian berniat beranjak dari tempat tidur yang mereka bagi bersama, namun Jayden menghentikan pergerakannya dan menariknya kembali hingga berakhir di dalam dekapannya.

Joyce sama sekali tidak berusaha untuk menolak maupun berontak, sebab kehangatan yang selalu muncul di antara kulit mereka yang saling bersentuhan adalah candu. Alih-alih menolak, dia justru mengubur hidungnya pada ceruk leher Jayden, menghirup feromonnya yang menyenangkan dengan cara sama persis seperti ketika laki-laki itu menyesap nikotinnya.

"Josette," Jayden berujar perlahan, berusaha mengenang saudara kembarnya dengan cara paling baik yang bisa dia lakukan. Tangannya bergerak seperti hantu menyusuri permukaan kulit punggung Joyce yang terbuka dengan pola-pola melingkar samar, membuat perempuan itu bergidik geli dibuatnya. "Aku dan dia tumbuh sama-sama sejak kami masih anak-anak. I loved her. She was my twin sister. The other half of myself. Umurku dan Josette masih lima tahun waktu Papa ngenalin kami ke Jonathan," Dia berhenti sejenak ketika menyebut nama Jonathan, berusaha memastikan kalau Joyce baik-baik saja dengan nama tersebut diucapkan pada topik late-morning talk mereka.

"It's okay. I'm okay." Joyce menengadah dan menjulurkan lehernya untuk memberikan kecupan ringan pada garis rahang tegas Jayden, lalu katanya, "Lanjutkan."

Jayden menghembuskan napas panjang. "Papa bilang ke kami bertiga kalau kami ini saudara, jadi kami harus saling menjaga dan bersama-sama satu sama lain nggak peduli meskipun beberapa kali kami merasa ada yang salah dengan tatanan di dalam keluarga. 'Bagaimana aku dan Josette bisa jadi saudara sementara Mama kami berbeda?', itu yang aku pikirkan waktu itu. Tapi hal itu sama sekali nggak mengurangi keakraban di antara kami bertiga—aku, Josette, Jonathan. Sampai akhirnya tragedi itu terjadi..."

BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang