chapter twenty-six : these ties that bind

430 79 15
                                    



"When a heart breaks, it somehow stays whole. It keeps beating. It keeps pumping. Only the person who owns it knows that it's been shattered."



"AKU kembali dari Prancis sekitar sepuluh hari yang lalu begitu dapat izin cuti dari kantor pusat setelah dipromosiin buat jadi jajaran direksi junior di kantor cabang Prada yang baru dibuka di Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AKU kembali dari Prancis sekitar sepuluh hari yang lalu begitu dapat izin cuti dari kantor pusat setelah dipromosiin buat jadi jajaran direksi junior di kantor cabang Prada yang baru dibuka di Jakarta." Joyce memberitahu Jonathan tentang kepulangannya ke Indonesia ketika mereka duduk berseberangan di sebuah kafetaria yang menjadi rest area dari Contemporary Fine Art Gallery. "Tapi aku nggak langsung kembali ke sini. Aku ke Cappadocia dulu buat liburan. Baru kemarin sampai Jakarta."

"Senang mendengar kamu kedengaran baik-baik saja, Joyce." Jonathan tersenyum. Dia tampak seperti menahan sesuatu di ujung lidahnya—ingin menanyakan apakah Joyce sudah bertemu dengan Jayden atau belum, namun khawatir kalau pertanyaan itu justru merupakan topik yang tidak diinginkan oleh Joyce untuk dibicarakan di hari pertama mereka bertemu kembali setelah tiga tahun.

"Aku harap kamu bisa datang ke acara pelantikanku minggu depan, Jo." Joyce berujar setelah menyesap blue ocean dalam gelasnya melalui sedotan. "Acaranya memang dikhususkan buat beberapa kalangan tertentu sih, tapi aku yakin kamu tetap bisa masuk begitu menunjukkan kartu identitasmu. Aku dengar sekarang kamu pegang jabatan ketua divisi arsitektur di Crossfire Holdings?"

"Well, yeah, Jayden nggak akan berhenti meneror aku kalau aku terus-menerus menolak bergabung ke perusahaan. Katanya mau bagaimana pun juga, kami ini masih keluarga. Jayden juga—" Jonathan langsung menghentikan kata-katanya begitu menyadari kalau dia sudah membawa Jayden ke dalam percakapannya dengan Joyce.

"It's okay." Joyce yang memahami makna di balik raut wajah Jonathan hanya tersenyum. "Jayden itu bukan jalangkung. Dia nggak akan muncul secara tiba-tiba hanya karena kamu menyebutkan namanya. Dia juga bukan hantu. Aku nggak perlu mengkhawatirkan apa-apa tentang dia. It's okay. Everything's fine."

"Karena ada Dante?" Jonathan mengangkat salah satu alisnya ketika bertanya. Berniat bercanda karena siapa tahu itu akan sedikit mencairkan suasana di antara mereka.

Sama seperti Joyce, Jonathan juga dulu sempat mengenal Dante meskipun tidak begitu dekat mengingat mereka bertiga berada di satu kelas yang sama. Mereka bahkan saling menyapa tadi ketika bertemu. Jonathan mengingat Dante sebagai siswa yang punya obsesi berlebihan terhadap kegiatan menggambar, sementara Dante sendiri mengingat Jonathan sebagai salah satu bintang sekolah yang cukup dikagumi oleh adik-adik kelas mereka dulu—terutama perempuan.

Joyce menanggapi pertanyaan Jonathan, yang salah mengartikan kedekatannya dengan Dante, dengan tawa pelan. "Come on, Jonathan. Dante and I... we don't have a thing. He's just... the closest friend I have when I lived in France. Kayak Jayden sama housemate-nya waktu di New York itu siapa namanya? Ah ya, Katherine. Katie. Benar, kan? Tapi nggak sampai sejauh mereka yang kemudian jadi friends-with-benefit."

BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang