chapter six : start the fire

1.1K 127 24
                                    



"A great fire burns within me. Shivering and sighing. Infinite and undying..."

— Joyceline Swastamita



HARI-HARI berikutnya, Joyceline benar-benar disibukkan dengan jadwal super-padat Jayden perkara tahap-tahap rekonstruksi dasar pembangunan Desa Impian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI-HARI berikutnya, Joyceline benar-benar disibukkan dengan jadwal super-padat Jayden perkara tahap-tahap rekonstruksi dasar pembangunan Desa Impian. Megaproyek untuk membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat ekonomi kelas bawah tersebut sedang menjadi berita nomor satu yang paling banyak dibicarakan sekarang di seluruh penjuru negeri. Bahkan beritanya juga menyebar sampai ke luar Indonesia. Hell, memangnya negara mana yang tidak mengenal Crossfire Holdings? Jangankan berita mengenai megaproyek yang melibatkan pemerintah seperti ini, berita tentang merger dengan Arkais Manufacturing Company yang baru dirilis kemarin saja langsung menjadi buah bibir di masyarakat kelas atas, terutama bagi yang betul-betul paham mengenai urusan bisnis.

Begitu menyalakan lampu utama apartemennya sehingga ruangan yang tadinya gelap gulita menjadi terang benderang, Joyce melenggang menuju dapur untuk mengambil air minum. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, dan Joyce baru saja pulang dari kantor karena tumpukan pekerjaan yang mengharuskannya lembur. Seluruh persendian tubuhnya meronta meminta diistirahatkan setelah duduk di depan komputer selama berjam-jam, jadi begitu meminum beberapa teguk air dingin dari kulkas, Joyce langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa ruang tengah.

Matanya menerawang menatap langit-langit ruangan. Kedua tangannya terlipat di atas perut sementara dadanya naik-turun meningkahi hembusan napasnya yang teratur. Semenjak memegang jabatan sebagai sekretaris utama Crossfire Holdings, Joyce merasa jauh lebih overworking dibandingkan sebelumnya karena tugas dan tanggung jawabnya langsung ke bagian internal perusahaan. Bukan berarti dia keberatan. Justru Joyce merasa senang, sebab dengan begitu dia bisa menghindarkan dirinya dari pikiran-pikiran yang tidak perlu.

Entah itu pikiran tentang Jonathan Naradipta yang sampai detik ini masih sesekali mengganggunya melalui mimpi-mimpi buruk, maupun pikiran tentang Jayden Lee yang tidak pernah berhenti berusaha menariknya ke dalam kobaran api destruksi.

Dua-duanya sama-sama keparat bagi Joyce dan dia bersyukur ada banyak pekerjaan yang dilimpahkan padanya sehingga dia punya kesibukan yang harus dikerjakan dan diselesaikan sesuai dengan target yang ditentukan.

Joyce mengubah posisinya menjadi duduk lalu menggelung rambut panjangnya membentuk cepolan di atas kepala. Pandangannya kemudian terjatuh pada buku harian yang terletak di atas meja. Joyce jarang menerima tamu di apartemennya, jadi meletakkan buku yang sifatnya pribadi seperti itu di sana tidak jadi masalah besar buatnya.

Menghembuskan napas panjang, Joyce meraih buku harian tersebut dan memandangi sampul kusamnya sejenak. Terakhir kali dia membacanya adalah dua malam yang lalu. Dan hal terakhir yang dia baca adalah saat dia merasa seperti ingin pingsan di kelas karena sindrom pra-menstruasi yang membuat perutnya terasa seperti dililit dan dicengkeram menggunakan tangan besi. Jonathan sampai menyusulnya ke toilet perempuan waktu itu untuk memastikan keadaannya baik-baik saja. Lalu setelahnya laki-laki itu langsung meminta izin pada guru piket untuk mengantarnya pulang agar bisa beristirahat di rumah.

BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang