Sebuah taksi berhenti di depan pagar rumah mewah. Bangunannya bergaya modern tropis. Terdiri dari dua lantai. Sementara di sampingnya terdapat garasi. Sebuah mobil Porsche Cayman kuning terparkir di sana.
Miyu menenteng dua tas besarnya lebih mendekat ke depan pagar supaya bisa menekan bel. Kata Mayleen, suami wanita itu ada di rumah, dan Mayleen berpesan untuk menunggu di rumah saja dan suaminya akan memberitahunya apa yang akan dia lakukan di sana karena Mayleen masih melakukan perjalanan bisnis dan malam ini baru kembali ke rumah.
Miyu memandang nanar noda saus di kemeja biru bagian perutnya. Tadi dia sempat makan odeng di pinggir jalan dan kejatuhan saus. Dia berdecak karena tak bisa membersihkannya. Sungkan sekaligus cemas. Kalau nanti suami Mayleen mengira dia orang yang berantakan bagaimana? Terlebih dia akan tinggal di sini untuk waktu yang lama. Semoga begitu.
Setelah merapikan rambut pendek sebahunya, Miyu pun memencet bel. Lalu dia menunggu sampai seorang pria tinggi berwajah tampan mengenakan kemeja putih muncul tepat ketika pagar terbuka. Sosok yang sudah lama sekali tidak dia temui sejak SMA. Si pria populer pada masanya dan kini menjadi suami dari sahabatnya sejak kecil di desa.
Jung.
Jung. Pria itu mengerutkan dahi. Menunjukkan ekspresi, "Who the hell are you?" padanya.
"Maaf sepertinya Anda salah alamat," kata Jung. Dia bergerak menutup pagar lagi tapi Miyu mengerjap. Tak percaya Jung tidak mengenalinya.
"Mayleen bilang dia tinggal di rumah ini, masa dia bohong? Sebentar aku hubungi dulu." Miyu bergerak mencari ponsel di dalam tas.
Tau-tau Jung tertawa. Sial, dia masih suka bercanda seperti dulu. "Apa kabar Miyaw?" Sebuah cengiran lebar kian manis ditunjukkan setelah memanggil sebutan Miyu dulu.
Miyu mengerjap heran. "Kukira kau sudah lupa wajahku."
Jung menepuk pundaknya sebagaimana seorang teman. Lalu melihat ke barang-barang Miyu dan mengambilnya. "Ayo di dalam saja. Di sini dingin. Dan lagi kalau ada tetangga yang lewat aku bisa jadi bahan gosip lagi." Lalu Jung terkekeh rendah.
Jung mengajaknya masuk ke rumah besar itu. Miyu langsung menoleh ke sana dan kemari memandangi setiap sudut dan terpana melihat foto pernikahan Jung dan Mayleen terpajang besar di ruang tengah. Suasana di rumah ini nyaman sekali, seperti sudah membayar rasa lelahnya selama di perjalanan dari Busan ke Seoul naik bus penuh penumpang.
"Aku terkejut saat Mayleen bilang kau akan tinggal di sini. Kuharap kau betah," ucap Jung. Dia berhenti di tengah-tengah. "Omong-omong memangnya kau mau bekerja dimana jauh-jauh dari desa?" tanya pria itu lagi.
"Di sini."
"Huh?" Jung bingung. Nada terkejutnya terdengar lucu di telinga Miyu. Pria itu meletak tas Miyu ke ubin marmer sambil menelengkan kepala. "Jangan bercanda."
Miyu melanjutkan. "Saat kubilang pada Mayleen kalau aku butuh pekerjaan, dia menawarkan untuk bekerja di rumah ini dan menjadi asisten rumah tangga. Makanya aku juga bisa tinggal di sini."