Miyu terbangun di pukul lima lewat lima pagi. Masih mengenakan piyama tidurnya dan hanya cuci muka serta mencepol rambut. Dirinya keluar dari kamar dan mendapati suasana rumah itu masih sunyi.
Miyu melihat ke lantai dua tepat di kamar Jung dan Mayleen selama beberapa detik sebelum dirinya pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Kemarin, Jung sudah memberitahunya apa yang harus dia siapkan jika sarapan. Dia hanya perlu membuatkan roti panggang dan susu untuk Mayleen.
Miyu membuka lemari persediaan makanan---melihat-lihat dimana letak bahan-bahannya. Saat itu dia mendengar pintu terbuka. Miyu melemparkan pandangan ke lantai dua. Ada Jung yang barusan memakai baju selagi dia berjalan turun.
Jung menyapanya dengan ekspresi yang ramah kala menuruni tangga.
"Morning Miyaw. Kau bangun lebih pagi dari yang kukira. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" katanya.
Miyu balas tersenyum. "Apa Mayleen sudah pulang?" tanyanya. Dia melihat Jung membuka lemari pendingin dan mengambil sebotol air dan menuangnya ke gelas yang diambilnya dari sudut pantri.
Tapi Miyu buru-buru menahannya.
"Apa kenapa?"
"Sebaiknya minum air hangat saja. lebih baik daripada air dingin," sarannya. Miyu meraih gelas dan mengisinya dengan air hangat dari dispenser untuk Jung.
"Terima kasih," ucap Jung sambil melihat Miyu melanjutkan kegiatannya.
"Mayleen? Oh dia sudah pulang semalam. Dan sekarang sangat kelelahan untuk sekedar menggerakkan jari kelingkingnya." Lantas Jung terkekeh. Menertawai alasan kenapa Mayleen begitu kelelahan dari biasanya.
Miyu tertawa saja walau dia tidak mengerti.
"Tidurmu nyenyak?" tanya Miyu.
"Eum. Ya, sangat. Aku merasa tampan tadi saat bangun."
"Oke..." Miyu meringis. "Beritahu aku dimana aku bisa mendapatkan roti."
"Oh, itu ada di sini." Miyu spontan bergeser sewaktu Jung mendekat. Tangannya terulur mengambil sebungkus roti tawar, beberpa butir telur, sekotak susu dan bahan-bahan lainnya yang membuat Miyu mengerjap.
Dia pikir cuma membuat roti saja tidak akan rumit seperti yang terlihat.
Jung tak lupa mengambil apron baru dari lemari satunya. Dan dia memberikannya pada Miyu yang meraihnya dengan bingung.
"Bagaimana cara pakainya?" tanya Miyu polos.
"Begini." Jung mengambil apron itu lagi dan memakaikannya ke tubuh Miyu dengan telaten. Miyu tanpa sadar memperhatikan Jung. Rambutnya agak berantakan namun wajah baru bangun tidurnya masih saja tampan.
Miyu gugup saja. Entah kenapa. Mendadak dia teringat dulu sewaktu mereka masih SMA, dia sering mengintip dari balik dinding loker agar dapat memperhatikan Jung yang bingung saat mendapati lemarinya penuh surat-surat cinta dan kado dari penggemar. Sementara dirinya tetap menjadi tikus kecil yang takut diinjak kalau berani menampakkan diri.