"loh? Kamu sekarang dimana?"
"..."
"Oke... Jangan lupa mampir ya, papa masih di hotel deket bandara, penerbangan dibatalin, cuaca ga mendukung, tadinya mau jemput farel, kamu tolong jaga hanif, disana ada lino juga, kalo ada waktu papa akan kesana, tapi sepertinya papa bakal tunggu dihotel aja buat penerbangan selanjutnya"
"..."
"Oke papa tutup ya"
_______________
Langit kini berwarna abu, hujan sebentar lagi akan turun. Sedangkan dua pemuda dengan tinggi badan yang tidak jauh beda itu, tetap berjalan menyusuri trotoar.
"Lo punya motor keren rel, napa kgk lo 0ake kesekolah dah?"
"Ntah, gue lebih suka naik bis"
Hyunjin membulatkan bibirnya sembari mengangguk pelan. Mereka masih berjalan dibawah mendung nya langit, hingga akhirnya berdiam di depan rumah berwarna putih milik Hyunjin.
"Udah lama gue ga kesini ris"
Hyunjin membuka pagar hitam lalu masuk ke pekarangan rumah nya.
"Ya lo kgk pernah maen"
Felix mengernyitkan dahi ketika hyunjin mulai mengetuk pintu. Bukannya dia sendirian dirumah?
Tak berselang waktu lama, seseorang membuka pintu, seseorang dengan tampilan yang sedikit berantakan. Dan juga bau alkohol menyeruak.
Pria itu menatap kearah felix, bola matanya membulat, senyuman tertampil jelas "farel?, Silahkan masuk silahkan"
Dirangkulnya bahu felix, dan diseret paksa masuk kekediaman teman sebayanya itu. Sedangkan hyunjin cukup berdiam diri, berdiri tepat diambang pintu tanpa mau masuk.
Bibir nya dikulum dan digigit keras, kala mendengar beberapa suara pukulan yang cukup keras, bising, dan suara teriakan yang semakin membuat hyunjin mengepal keras tangannya.
"Sorry"
____________
Tap
Tap
TapSuara dentuman kaki menggema di lorong rumah sakit yang sunyi. Pria dengan jaket hitam dan pakaian serba hitam itu terus menyusuri lorong sembari terus mencari cari ruangan yang dia tuju.
"Ketemu.."
Srak
Pintu itu dia geser perlahan, kaki jenjangnya masuk kedalam, mendapati seseorang yang tengah membaca buku yang cukup tebal.
"Lin"
Pria dengan perawakan tinggi itu menoleh, sedikit membenarkan kacamata yang berdiam di pangkal hidungnya.
"Siapa?"
Minho beranjak, mendekati changbin yang mulai membuka masker hitamnya.
"Abian?? Lo kesini? Kemana ae bro"
Tanpa mendapat sahutan apapun, bola mata changbin hanya tertuju pada pemuda dengan tubuh mungil yang masih terkapar lemas. Minho yang mengerti lantas bergumam pelan
"O-oke, gue keluar dulu"
Tanpa berinteraksi apapun lagi, minho berlalu keluar, menghela nafas berat sembari meninggalkan Changbin bersama adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
separate twins
FanfictionAbang nda boleh sakit sakit nde? Nanti kalo sakit Hanif gigit! Nda boleh nakal yha? -Hanif