Malam ini mulai turun hujan, pergantian musim menjadi faktor naiknya pasien dirumah sakit Santoso hospital.
Ya Jisung sakit, pemuda pipi gembil itu berbaring lemah diatas ranjang pasien, cuman demam biasa tapi jisung benar benar drop.
Felix duduk didekat ranjang Jisung, mengusap punggung tangan Jisung yang masih lelap tidur, "cepet sembuh nif, jangan sakit terus, kalo sembuh nanti Kaka traktir mainan"
Suara pintu terbuka, masuk kegendang telinga Felix membuatnya menoleh kearah pintu, dan Changbin berdiri tepat diambang pintu.
"Udah selesai bang? Biaya administr—"
"Udah, soal biaya gua yang atur, Lo jagain dia, gua ada kelas"
Laki laki berbadan agak besar itu pergi meninggalkan Felix yang masih setia menunggu si kembaran nya bangun.
Hingga tak lama seorang suster masuk keruangan "permisi?"
"Iya sus?"
Suster itu membenarkan posisi kacamata dipangkal hidungnya "Dengan wali pasien?"
"Iya saya sendiri"
"Boleh ikut saya sebentar?"
....
Felix terduduk berhadapan dengan pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih.
"Loh? Kamu wali nya? Kenapa masih bocah ini? Orang tuanya mana?"
"Eu.. anu, ada urusan penting diluar negri"
"Gitu toh" pena itu masih dimainkan jari dokter
"Ada apa ya dok? Soal biayanya?"
"Oh nda kok, bukan biaya, biaya buat pasien Hanif gak terlalu berat, tapi ini agak serius lagi, tapi kalo saya bilang sama kamu, kamu gak bakal ngerti, nanti saja kalo mama papa mu pulang kabarin say—"
"Saya yatim piatu." Penggal Felix dan sang dokter terlihat kaget.
....
Pagi ini hujan turun lagi, sedari malam awan tidak berhenti memuntahkan air. Felix terpaksa menerobos hujan pergi ke halte bus, untuk pergi ke sekolah.
Sedang Jisung? Jisung selalu berkutik dengan kanvas dan crayonnya. Hingga sore nanti Jisung pasti akan memperlihatkan hasil karya itu pada sang kaka.
"Hujan terus gak berhenti. Oh iya lix? PR Lo udah? Kalo belum gue bisa contekin, lumayan susah sih, gua aja nyontek google, apalagi otak Lo, pasti gak bakal mampu hahaha"
Tawa keras Yeji memudar saat tau Felix sama sekali tidak tertawa, Felix hanya melihat bias hujan dikaca bus.
"Mr. Lixxie? Are u okay?" Tangan Yeji menggoyangkan badan Felix
"H-ha? Ada apa?"
"Gue yang harus nya nanya sama Lo, Lo kenapa sih!? Ngelamun Mulu. Dari tadi gue ngoceh gak didengerin" gerutu Yeji
"Eh udah sampe? Gue duluan" Felix beranjak dari kursi duduk nya. Lalu berjalan meninggalkan Yeji.
"Eh?? Lix! Tunggu!"
...
F
elix masih seperti ini, dari pagi tadi raut mukanya datar, telinga pun disumpal oleh headset nya.
duduk ditaman sekolah sembari menatap langit mendung. Tangan itu dimasukan kesaku celana agar dingin tidak terlalu menusuk kulit.
Hingga lagu berganti menjadi lagu 'always i'll i care dari Jeremy Zucker' lagu favorit Jisung.
Mata Felix berbinar, sungguh, lagu itu langsung dia Matikan, lalu mengklik ikon telpon, dia hendak menelfon papa.
Tut..
"Halo papa?"
"Iya dek kenapa?"
"Apa kabar papa? Sehat?"
"Sehat kok sehat, kamu juga sehat lix?"
"Felix sama bang Abiyan sehat kok. Papa, Felix kangen, kapan papa pulang?"
"Masih lama Lix dua bulan lagi mungkin"
air Mata Felix menetes tanpa izin "papa, Hanif sakit pa, hanif gak baik baik aja"
"Loh kenapa? Hanif ngerengek? Demam?"
Air mata Felix benar benar susah dibendung " leukimia pa... Hanif sakit"
Sebenarnya dulu saat mama Felix hamil ayah Felix jatuh sakit dan meninggal saat Felix dan Jisung masih dalam kandungan, karena mama tidak ingin anak kembarnya lahir tanpa papa disamping mereka, mama memutuskan menikah dengan mantan nya dulu.
Kalian kira ini berakhir bahagia? Tentu tidak, karna saat Felix dan Jisung lahir, mama meninggal dunia, hanya satu jalan, mereka terlahir, atau mama yang meninggal.
Tapi disisi lain mereka bahagia karna Felix dan Jisung terlahir dengan sempurna, hanya saja, Jisung memiliki sedikit kellebihan. Jisung memiliki little syndrom, bertingkah bocah diusia yang tidak lagi muda.
Jisung istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
separate twins
Fiksi PenggemarAbang nda boleh sakit sakit nde? Nanti kalo sakit Hanif gigit! Nda boleh nakal yha? -Hanif