BERTAMBAHNYA kedekatanku secara seksual berbanding terbalik dengan makin sedikitnya waktuku bersama Haidir sebelum pria calon satpam itu keluar dari rumahku dan tinggal di asrama. Aku sebenarnya tak perlu berharap lebih daripada sekadar hubungan intim dengan Haidir. Toh, mungkin dia menganggap bermesraan dengan pria hanya sebagai selingan sebelum kembali ke kehidupan lamanya sebagai seorang playboy penghajar memek wanita. Mana mungkin Haidir akan punya perasaan lain? Aku terlalu terbawa perasaan. Tapi terus terang, Haidir sudah mencuri hatiku. Belum pernah kutemui orang seperti dia. Terlebih dia tadinya seorang straight yang akhirnya dapat aku taklukkan.
Itu sebabnya keesokan harinya aku murung. Lusa, Haidir sudah pergi. Aku berusaha ceria namun tak bisa menyembunyikan keresahanku.
"Kamu kenapa, Don?" tanya Haidir.
"Enggak kenapa-napa, Bang.." kataku sambil mengaduk nasi yang ada di piring asal-asalan. Aku sampai tidak nafsu makan siang itu.
Haidir hanya mengangguk-angguk sambil bergumam.
"Abang nanti malam ke kamar kamu ya?" godanya.
Aku menggeleng. Haidir mungkin heran dengan tingkahku. Dia tampak kecewa dan murung. Aku sebenarnya tak tega. Tapi aku memang sedang tidak bersemangat.
"Doni masuk kamar dulu, bang.." kataku sambil meninggalkan Haidir di meja makan.
Aku mengurung diri di kamar seharian hingga malam. Haidir rupanya menuruti keinginanku untuk tidak diganggu. Padahal aku berharap dirinya nekad menerobos kamarku dan mengabaikan sikap tak peduliku seharian ini. Aku pasti akan luluh.
Tapi godaan Haidir begitu kuat. Aku seharunya tak terbawa perasaan. Biar saja beberapa hari ini menjadi kenangan terindah bersamanya sebelum kami berpisah. Apapun yang terjadi kelak, aku tak boleh sakit hati. Aku tak boleh kecewa. Jadi kuputuskan untuk membuat momen tak terlupakan terakhir kali untuk Haidir.
Perlahan aku keluar kamar mengendap menuju kamarnya. Sudah jam sebelas malam. Pintu kamarnya tak terkunci. Aku melihatnya tidur telentang dengan memakai kaus singlet hijau dan celana pendek. Sebagian wajahnya tertutup bantal sehingga hanya tampak hidung dan mulutnya yang sedikit terbuka. Tangan Haidir diletakkan di samping kepalanya sehingga bulu-bulu ketiaknya yang hitam rapi itu terlihat jelas dan menggoda.
Aku menghampiri ranjang Haidir. Kulihat torsonya naik turun seiring dia bernafas. Kuberanikan diri menggulung sedikit kaus singletnya hingga tampak perutnya yang kotak-kotak terlatih itu. Kudekatkan wajahku dan kucium lembut tepat pada kulit sekitar pusarnya. Kurasakan tubuh Haidir bergetar sedikit, namun tak terbangun dari tidurnya. Aku makin agresif. Kuhirup dalam-dalam wangi cologne pria bercampur aroma alami tubuhnya pada sekitar ketiaknya. Ini membuat nafsuku menggelegak. Aku lalu naik ke atas tubuh Haidir dan menjepit pinggangnya dengan kedua pahaku.
Aku merunduk dan mencium bibir Haidir cukup lama sampai memastikan pria itu bangun. Haidir gelagapan dan membuka bantal yang menutupi wajahnya. Dia terkejut melihatku sudah berada di atas tubuhnya.
"Don.. Doni?" tanyanya.
Aku tak menjawab. Kudekatkan lagi bibirku dan kucium bibir Haidir mesra. Haidir membalas ciumanku. Dia membiarkanku menarik lepas kaus singlet dari tubuhnya sementara kami terus berciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALON SATPAM
Adventure#8 in Ceritagay 17 Maret 2023 TAYANG PERDANA PERCOBAAN HANYA UNTUK 21++