Calon Satpam (Bonus Penutup)

5K 120 6
                                    



HUBUNGANKU dengan Haidir sebagai sepasang kekasih sepertinya cukup dimudahkan. Pada akhir pekan, rumah seperti milik kami berdua. Papa dan Mama berlibur ke puncak, aman merasa ada "figur kakak" yang mengawasiku (padahal di rumah dia memangsaku. Hehe..). Haidir terkadang sudah datang Jumat malam dan menginap di kamarku. Aku berhati-hati untuk tidak kebablasan bermesraan di malam itu dan bersabar menunggu hingga keesokan harinya setelah seisi rumah pergi. Paling kami memanfaatkan momen itu untuk bermesraan sekedar saling memeluk dan berciuman. Kalau kami kebablasan, kami akan saling mengocok kontol walau aku tak begitu menyukai aktifitas itu karena stok sperma Haidir akan sedikit berkurang saat kami "bertempur" yang sebenarnya.
Efeknya memang aku dicap sebagai mahluk antisosial oleh teman-teman kampusku karena tidak pernah mau diajak pergi keluar saat akhir pekan. Walau sebenarnya aku bisa kumpul dengan mereka minggu sore karena biasanya Haidir sudah kembali ke mess nya.

Aku tak memikirkan mau sampai kapan hubungan seperti ini berlanjut. Aku tak khawatir Haidir selingkuh (setidaknya sampai saat ini) karena memang di Mess dirinya tak leluasa pergi keluar tanpa izin, apalagi memasukkan orang asing ke dalam kamar. Waktu bebasnya hanya akhir pekan sejak sabtu pagi saat semua penghuni mess pulang ke rumahnya masing-masing. Oleh karena itu, suatu hari Haidir bilang dia tak bisa datang jumat malam. Begitu pula pagi harinya. Dia baru bisa datang jam 11.

"Ada acara apaan, bang?"

"Ada upacara di mess, Don." jawabnya melalui aplikasi teks.

"Hmm.. upacara atau u-pacaran?" godaku.

Haidir tak menjawab. Sesaat kemudian sebuah foto masuk di ruang percakapan. Foto itu menggambarkan suasana lapangan di depan mess yang dipenuhi calon satpam berseragam yang sedang bersiap-siap dan berbaris. Aku menahan tawa.

"Iya bang.. Doni percaya kok. Hehe.." balasku.

Haidir kemudian mengirimkan emotikon cium sebagai balasan.

"Genit.." tulisku.

"Kangen." balasnya lagi ditambah emotikon cium yang berderet.

Aku tersenyum. Bukannya segera membalas, aku malah terpikir ide gila.

Kulepas kausku dan berfoto selfie dari leher hingga pusarku dan mengirimkannya ke Haidir. Tak lupa kuberi caption "Kangen juga..."

Beberapa saat kemudian Haidir merespon.

"Waduh. Untung masih belum mulai nih. Nakal ya kamu Don. Abang jadi ngaceng."

"Makanya cepetan dateng. Heheh.."

Haidir membalas "Sabar ya.." lengkap dengan emotikon cium.

Aku masih berniat menggodanya. Kubuka celanaku dan sedikit susah payah sengaja kubuka kedua belah pantatku dan memfotonya. Setelah yakin hasil foto anusku yang merah muda itu terlihat ketat, ranum dan menggoda, kukirim kembali kepada Haidir dengan caption "Kangen dimasukkin abang..."

"Duh.. Kamu ini. Nanti abang ngaceng terus pas berdiri upacara.." protes Haidir.

Aku tertawa geli membaca balasannya.

"Pokoknya Doni udah olesin pelumas. Doni udah siap di kasur ngangkang nunggu abang datang. Abang kalau udah datang, jangan buka baju yah? Langsung tusuk Doni.. uhh.."
balasku.

"Hmmm.. nakal ya kamu... ini nanti ngacengnya susah lemesnya nih.." balas Haidir lagi.

Aku tertawa kembali membacanya. Kubayangkan Haidir berdiri dengan sikap sempurna sambil susah payah menghilangkan pikiran mesumnya supaya ereksinya tak terlihat dari luar.

CALON SATPAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang