RUPANYA Haidir benar-benar menghilang dari kehidupanku. Papa sempat kesal karena dia pergi tanpa pamit seolah-olah tidak punya sopan santun setelah diberi kesempatan menumpang selama beberapa hari. Aku memang bertahan tak menghubungi nomornya, tapi sepertinya Papa sempat berniat mengontaknya namun rupanya nomor Haidir sudah tak aktif lagi.
Aku sudah kembali kuliah. Sebulan lamanya aku tak bertemu Haidir. suatu hari ponselku menerima sms dari nomor tak dikenal. "Halo Don.. apa kabar?"
Perasaanku berkata bahwa pengirim pesan ini adalah Haidir. Tapi aku mencoba memancingnya. "Siapa ini?" balasku.
"Ini abang, Don.. Haidir.." jawabnya beberapa saat kemudian.
Aku lalu menyimpan nomornya dan mengeceknya lewat whatsapp. Aku menunggu beberapa saat ketika akhirnya kontak Haidir muncul di layar whatsapp. Memang benar nomor ini miliknya. Fotonya gagah memakai seragam satpam. Sepertinya tubuhnya makin jadi. Tapi melihat fotonya yang memamerkan otot tubuh kekarnya berbalut seragam satpam membuatnya tampak seperti pria-pria yang mencari mangsa di aplikasi gay. Aku cemburu. Apakah Haidir sudah menyadari nikmatnya hubungan intim dengan pria? bahwa tipe sepertinya banyak diburu gay yang rela menyerahkan anusnya demi kepuasannya? Sudahkah dia mendapat "mangsa"? Memikirkan hal-hal seperti itu membuat pikiranku kesal. Aku harus melupakannya.
"Enggak nyangka abang kayak penjahat kelamin. Udah puas langsung ngilang." balasku.
Cukup lama tak ada balasan dari Haidir. Awalnya aku puas sudah membalasnya dengan kata-kata itu. Tapi lama kelamaan aku merasa tidak enak dan gelisah melihat layar ponselku. Jangan-jangan Haidir benar tersinggung dan tak mau menghubungiku lagi. Bagaimanapun aku masih merindukan genjotan kontolnya.
Aku terkesiap saat Haidir meneleponku. Kubiarkan sampai beberapa lama sebelum kuangkat.
"Ya?" sapaku singkat. Aku berpura-pura malas padahal jantungku berdebar kencang.
"Don..? Doni. Abang pengen ketemu Doni. Maaf abang sibuk training. Enggak sempat hubungi Doni.." Alasan yang terlalu dibuat-buat. Tapi aku membiarkannya.
"Iya bang. Doni ngerti.."
"Kalau kamu akhir minggu enggak ada acara, kapan-kapan main ke mess sini. Jalan-jalan lagi kayak dulu."
"Iya. Kalau Doni enggak sibuk..." jawabku.
"Bener ya Don? abang SMS ini alamatnya deh. Kalau sabtu minggu di sini sepi Don.." kata Haidir terdengar antusias.
Aku mengiyakan tanpa terdengar bersemangat. Namun hal itu tidak membuat Haidir kehilangan minat. Dia tetap mengirimkan alamat messnya.
Setelah itu aku tidak pernah menghubunginya lagi selama hampir dua minggu. Saat Minggu tiba, aku memutuskan untuk mengunjungi mess tempat Haidir tinggal untuk memberi kejutan. Setelah aku berkeliling mencari alamatnya, aku menemukan juga tempat tinggal Haidir. Perusahaan pelatihan security itu ada di sebuah bangunan berlantai dua di sebuah komplek ruko. Sebenarnya perusahaan itu masih tergabung dengan bangunan lain, hanya saja empat buah ruko yang sejajar dibuat seragam dan disatukan. Lapangan parkirnya dipagari dan dimodifikasi menjadi tempat latihan. Beberapa palang besi (mungkin untuk latihan pull-up) dan peralatan simulasi pemadam kebakaran terlihat di sana.
Bangunan itu tampak sepi tak ada aktivitas. Apa mungkin benar yang dikatakan Haidir kalau hari Minggu kebanyakan penghuni mess ini pulang ke rumahnya masing-masing. Sambil meletakkan helm, Aku melihat ke sekeliling. Ada sebuah ruang kecil yang seperti pos di ujung kanan. Di dalamnya ada seorang pria paruh baya sedang duduk menonton televisi. Aku mendekatinya. Bapak yang memakai kaus singlet dan celana pendek itu tak menyadari kehadiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALON SATPAM
Adventure#8 in Ceritagay 17 Maret 2023 TAYANG PERDANA PERCOBAAN HANYA UNTUK 21++