𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜
➷➷➷
Saat ini Dara tengah tersenyum menatap dirinya di depan cermin dengan mengenakan mukena, jantungnya berdebar ketika mengingat ucapan Regan yang akan mengajarinya. Dara kini dengan sabar menunggu kepulangan Regan dari Masjid dengan senyuman manis dan wajah yang bersemu merah.
“Belum di ajarin aja gue udah salting, ah anjir murahan banget hati gue!”
“Pucet banget muka gue, pake liptint aja kali ya biar nanti pas di ajarin Pak Regan langsung tergoda pas liat bibir merah merona gue.” setelah mengucapkan itu Dara langsung memakai liptint merah menyala di bibirnya, terlihat sangat menggoda iman.
“Heran banget kenapa Pak Regan sampe saat ini nggak suka gue ya? Padahal gue itu cantik, montok pula. Kurang apa lagi coba dari diri gue? Perfect gini masih aja di anggurin.” Dara menghela nafasnya. “Apa Pak Regan homo ya?” pertanyaan konyol bahkan sampai keluar dari mulut Dara.
“Assalamu'alaikum.”
Mendengar itu Dara langsung menoleh ke arah sumber suara, yap. Betul suami tampannya sudah pulang dari Masjid dengan koko putih juga sarung, sungguh MasyaAllah sekali. Tidak salah Dara sejatuh cinta itu pada Regan, selain matang, kaya raya dan tampan rupawan Regan juga bisa membimbing Dara ke jalan yang benar.
“Waalaikumsalam suamiku, selamat datang di kamar yang penuh dengan cinta ini.” ucap Dara mendramatisir.
Regan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dara, namun tampak ada yang beda pada gadis itu---bagaimana tidak setiap Regan pulang dari Masjid, ia selalu melihat pemandangan gadis itu tengah merebahkan dirinya di kasur sambil memainkan ponsel. Tetapi sekarang Regan melihat Dara mengenakan mukena, terlihat sangat cantik.
Dara mencium tangan Regan. “Harum banget Pak, Dara kaya cium bau surga.”
“Tumben kamu?”
Dara mengerutkan keningnya. “Tumben apa Pak?” tanya Dara bingung sendiri.
“Pake mukena, biasanya kamu rebahan di kasur, kamu sholat?” pertanyaan itu seolah membuat Dara merasa rendah sebagai perempuan muslim sejak lahir.
“Sholat lah Pak, kan udah kewajiban, lagi pula kan Bapak mau ngajarin saya ngaji kan?”
Regan mangut-mangut, jadi itu alasannya mengapa gadis itu memakai mukena.
“Dar?”
“Iya sayang?”
“Bibir kamu kenapa pucet banget, kamu sakit?”
“P-ucet perasaan Dara tadi pake liptint, emang masih kelihatan pucet ya?”
Regan menggeleng. “Bukan, kurang merah, biar menyala abangkuh!”
Dara terkekeh. “Pak ngejokes apa ngejoker sumpah lucu banget!”
“Hapus bibir kamu Dar, merah banget udah kaya mau ke diskotik.”
Dahlah, usaha Dara memang selalu sia-sia di mata Regan.
➷➷➷
Kalau kalian mengira Dara bahagia setelah diajarkan mengaji oleh Regan, kalian salah besar. Dara tidak bahagia melainkan terkena mental bahkan Dara sampai menangis setengah jam.
“Saya harus apa biar kamu berhenti nangis?” tanya Regan yang sedari tadi ada di samping Dara, menyaksikan gadis itu menangis.
Bukannya menjawab Dara sengaja mengencangkan suara isakannya, hingga suaminya membujuknya.
“Bujuk lah anying, dipeluk kek, cium kek, ini malah nanya. Dasar manusia ter nggak peka di Bumi! Kenapa juga gue suka sama manusia gak peka itu.” batin Dara kesal, berharap suaminya itu mendengar suara hatinya lalu melakukan apa yang di ucapkan Dara di dalam hatinya.
Regan berdeham, ia mendekat pada Dara, tangan kekarnya memeluk pinggang Dara yang tertidur membelakanginya. Hal itu tentu membuat jantung Dara berdebar seketika, suara isak tangis yang tadinya besar perlahan mengecil.
“Maafkan saya, saya tidak bermaksud untuk memarahi kamu tadi, saya hanya ingin tegas agar kamu paham dengan apa yang saya ajarkan.” ucap Regan dengan nada yang amat sangat lembut, tangannya memegang tangan Dara lalu mengelusnya dengan lembut.
Sungguh Dara membutuhkan pasokan nafas sekarang juga, ia tidak bisa lagi bernafas ketika Regan bersikap lembut padanya dan ini untuk yang pertama kalinya Regan bersikap lembut padanya.
Malam ini adalah moment romantis yang tidak akan pernah Dara lupakan seumur hidupnya.
➷➷➷
Dara terbangun dari tidurnya, ia tersenyum ketika melihat suaminya yang masih tertidur dengan pulas. Tangan mungilnya mengelus lembut wajah tampan Regan, setelah itu Dara memejamkan matanya lalu mengecup bibir Regan.
“Sopan nggak sih gue cium guru gue sendiri? Sopan kali ya, kan udah jadi suami.”
“Ganteng banget sih astaga, gue jadi pengen nerkam Pak Regan pas lagi tidur gini.”
“Bayangin Dar, kalau dia ada di atas tubuh lo dengan keringat yang menetes ke tubuh lo.”
“Duh pasti menggoda banget!”
“Oh iya kira-kira Pak Regan brutal nggak ya?”
Kata terakhir yang terlontar di mulut Dara, membuat Regan terusik dari tidurnya.
“Brutal apa?” dengan suara paraunya Regan bertanya membuat Dara panik seketika.
“H-ah nggak Pak itu anu...” Dara menelan ludahnya susah payah, ketika Regan menatapnya.
“Kamu jangan berpikiran itu tentang saya, kamu masih sekolah Dara. Akan ada saatnya saya berada di atas tubuh kamu, tapi bukan pada saat kamu masih sekolah.” ucapan itu seolah membuat leher Dara tercekik, omaygat! Jadi Regan mendengar semua ucapan Dara? Jadi Regan tidak benar-benar tertidur pulas?!
Cup!
Sebuah kecupan singkat yang belum pernah Dara dapatkan seumur hidupnya dari Regan, kini Dara dapatkan secara mendadak.
“Saya kembalikan lagi ciuman kamu.” setelah mengatakan itu Regan beranjak dari kasur lalu pergi ke kamar mandi.
Sedangkan Dara hanya diam mematung, menetralisir hatinya yang terus menerus berdebar.
➷➷➷
Holla guys, aku kembali lagi setelah sekian lama. Maafin aku ya, karena kehabisan ide hehehe.
Gimana dengan ceritanya?
Kalian suka?
Kalau gitu sampai jumpa di part selanjutnya👋🏻💗
𝙏𝙤 𝘽𝙚 𝘾𝙤𝙣𝙩𝙞𝙣𝙪𝙚𝙙
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬 𝐫𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚, 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐣𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐯𝐨𝐭𝐞!♡

KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Husband
Storie d'amore"Saya ini udah jadi istri bapak lho, kenapa bapak masih menghukum saya?" "Kamu harap setelah menjadi istri saya, kamu terbebas dari hukuman? Jangan harap Dara!" Ini tentang Dara gadis cantik dengan sejuta keceriannya dan segala perjuangannya untuk m...