Wanita yang memiliki mata almond itu sedang termenung di tempatnya duduk. Pekerjaannya sudah selesai 5 menit yang lalu. Namun, entah apa yang ada dipikirannya sehingga kini kening itu berkerut.
Wanita itu adalah Embun Adhisti, seorang perempuan yang sudah memiliki pekerjaan yang terbilang menjanjikan di usia 25, manager dari salah satu cabang perusahaan ternama di Indonesia. Meski tubuhnya sangat imut dan kecil, tapi tak menjadi halangannya untuk mengepakkan sayap untuk memulai karir.
Dan tentang wanita yang selalu bersamanya adalah Rembulan Cahyani. seorang pengacara yang sudah terjun di dunia politik lebih dari 2 tahun. Usianya sama seperti Embun. Jasanya cukup dicari oleh beberapa pejabat negeri yang sedang membutuhkan kepandaian dari pengacara muda yang sudah beberapa kali memenangkan persidangan yang cukup besar.
Kedua wanita itu sudah saling mengenal sejak bangku Sekolah Menengah Atas dan menjalin hubungan ketika keduanya telah lulus kuliah. Banyak hal yang mereka lalui sampai akhirnya bisa saling jujur tentang perasaan masing-masing. Tak mudah untuk mengemukakan itu, pasalnya perasaan mereka masih sangat tabu di negara yang berlambangkan burung Garuda itu.
Hubungan mereka bisa dibilang harmonis, jarang sekali bertengkar. Entah mengapa Rembulan selalu bisa mengalah jika sedang berdebat dengan wanitanya, tidak seperti jika di meja hijau---aura intimidasi sangat nyata. Tak ada yang salah dengan itu semua, mungkin saja Rembulan yang paham akan sifatnya yang tak mau kalah, jadi mengurangi ego ketika berada disekitar kekasihnya.
Embun pun sama, ia sangat bisa membuat Rembulan selalu jatuh di setiap menitnya. Dia sangat tau bagaimana cara meluluhkan hati sang kekasih, meski yang ia lakukan hanya tersenyum manis pada manusia satu itu.
Namun entah apa yang merasuki dia sekarang, karena dia terlihat sangat gusar. Gelagaknya seperti seseorang yang tengah berfikir sangat keras.
Embun bangkit dan keluar dari ruangan karena jam pulang sudah terlewat. Langkahnya sangat yakin. Sesekali ia tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai balasan dari sapaan teman kerjanya.
Ia melangkah menuju basement dan mengeluarkan mobilnya dari parkiran. Mulutnya bersenandung kecil mengikuti alunan musik yang keluar dari radio.
Setelah satu jam lebih barulah ia sampai kawasan apartemen yang ditempati olehnya dan Rembulan semenjak memasang status baru. Ia membuka pintu dan tersenyum ketika melihat Rembulan sudah ada di sofa favorit mereka sedang memakan buah sambil menonton televisi.
"Hallo,"
Rembulan menoleh dan tersenyum. Lalu melanjutkan kembali memakan kripik singkong baladonya. "Hai,"
"Aku akan mandi dulu." Embun mencium kepala Rembulan singkat. Gadis yang masih mengunyah itu hanya mengangguk dan tersenyum.
Sejak pacaran mereka memang sudah sepakat untuk selalu mandi terlebih dahulu ketika sudah pulang kerja. Tidak ada cuddle, tidak ada rebahan. Langsung mandi!
Baju peach itu membuat wajah Embun semakin terlihat bersinar. Dia berjalan ke kulkas sebelum menghampiri Rembulan dan masuk pada pelukan sangat kekasih, yang selalu disambut hangat.
"Capek?" Rembulan mengasak rambut Embun ketika merasakan sang penjawab mengangguk. "Jadi ada cerita menarik apa hari ini?"
Embun langsung bangkit dan menatap Rembulan intens. "Nggak ada cerita menarik. Tapi ada yang mau aku omongin, bisa?"
Rembulan tersenyum dan mengangguk gemas. "Tentu, bukan kah kita selalu berdiskusi, hum?"
Embun kembali masuk dalam pelukan Rembulan. "Salah satu alasan ku menyukaimu." Embun memainkan kerah Rembulan, entah mengapa kini dia gugup sendiri. "Bulan, mari kita berpisah." []
KAMU SEDANG MEMBACA
Space
Fanfic"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘢𝘵, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘰𝘴𝘢𝘯? 𝘔𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶." *** Mengapa Embun meminta berpisah setelah hubungan yang mereka jalani secara rah...