𝐒𝐏𝐀𝐂𝐄 : Bagian Enam

259 32 1
                                    

Kini Embun tau, bahwa dirinya benar mencintai gadis penyuka bulan itu.

Rindu menjerujinya selama 2 minggu belakangan. Hatinya memaksa melangkah ke apartemen mereka, namun pikiran masih memerintahnya untuk tetap bertahan.

Begitu rindu ia pada gadisnya. Senyumnya yang memikat; mata elangnya yang melembut ketika mereka bersitatap; wangi vanilla yang masuk penciumannya; serta badan dia yang selalu terasa dingin, sangat pas untuk tubuhnya yang selalu hangat.

Meski hubungan mereka sudah terjalin selama tiga tahun, namun ia tak munafik, bahwa dirinya masih ragu untuk membawanya lebih maju. Ia takut banyak yang terluka dengan hubungan mereka. Belum lagi kedua orang tuanya yang sangat religius. Ia takut mengecewakan mereka.

Kendati begitu sekarang dia tahu bahwa dirinya tak akan bisa hidup tanpa Rembulan. Dia sudah menemukan jawabannya, lantas apa yang harus dia lakukan setelah ini?

Terkadang dirinya juga merasa tidak percaya diri bersanding dengan Rembulan. Wanita itu sangat menarik, bahkan jika sekali bertatap, akan ada magnet yang terus menyuruh untuk terus memperhatikannya. Ia sangat tahu bahwa, banyak yang menjadikan gadis itu sebagai crush.

Merasa insecure bukan hal yang jarang ia rasakan. Meski Rembulan terus memberitahu bahwa ia sangat beruntung memilikinya tapi tetap saja, Embun merasa tidak pantas.

Tuntutan keluarga pun menjadi salah satu pengaruhnya. Seorang anak perempuan yang telah sukses dan berumur namun belum menikah pasti tidak heran ditanya, ‘Kapan nikah?’

Dan ia sudah berada di fase itu. Bagaimana cara ia memberitahu keluarganya, jika ia mencintai seorang gadis?

Bagaimana caranya memberitahu Rembulan bahwa orang tuanya sudah mendesak itu?

Bagaimana?

Embun menghela nafasnya gusar. Rindu dan pertanyaan yang memupuk membuatnya ingin tidur. Ia pun dengan sangat terpaksa melanjutkan pekerjaan yang sudah dimintai penyelesaiannya.

“Semangat, Embun!” ucapnya menyemangati diri sendiri. []

SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang