𝐒𝐏𝐀𝐂𝐄 : Bagian Tujuh

402 39 6
                                    

Suara ketokan membuatnya terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketokan membuatnya terbangun. Embun merapatkan selimut ketika akan membuka pintu, karena dingin sangat menusuk kulitnya.

Kaget dapat ia rasakan ketika melihat sosok yang sangat dirindukannya ada di depan kosnya dengan pakaian yang basah.

Suasana canggung. Rembulan masih menundukan kepalanya. "M-maaf aku tidak tahan, aku merindukanmu..." bisiknya yang masih tertangkap indra pendengeran Embun.

Embun dalam diam tersenyum. Merasa bangga juga karena bisa membuat Rembulan melanggar ucapannya sendiri--yang selama ini sangat pantang.

"Masuklah," ucapnya sambil menyingkir dari pintu. Rembulan bergegas masuk. "Mandi dulu, biar aku siapkan baju untukmu." Rembulan menurut dan langsung masuk kamar mandi. Suara cipratan orang mandi langsung terdengar.

Sepuluh menit kemudian Rembulan sudah keluar dengan handuk yang melilit pada badannya. "Ekhem, b-bajunya?"

Embun mengangkat pandangannya dari ponsel dan terkekeh saat Rembulan wajahnya sangat merah. Ia bangkit dan memberikan hoodie oversize dan celana training pada gadisnya yang terlihat sudah malu sampai ubun. Rembulan pun langsung masuk kembali ke dalam kamar mandi.

"Minum dulu tehnya."

Rembulan tersenyum sangat manis. Merasa senang dengan perhatian Embun yang semakin membuatnya jatuh. Rindunya sedikit melebur. Jantungnya berdegup kencang. Sensasi kupu-kupu kembali menjalar.

Mereka hening dalam beberapa waktu. Tidak ada yang memulai percakapan. Hanya 2 pasang bola mata yang saling bersinggungan dan seolah mewakili perasaan.

Suasana rindu dan sendu sangat terasa. Ditambah oleh soundtrack dari suara alami langit yang menumpahkan isinya ke lautan dan bumi.

"Aku sangat merindukanmu."

Rembulan tersenyum puas. Tidak berbicara, ia tahu gadisnya pasti mempunyai banyak kalimat yang ingin disampaikan.

"Berjauhan 16 hari ini sangat berat. Hariku terasa sepi jika tak ada kamu. Hampir saja aku kalah oleh permainanku sendiri dan akan menerobos apartemen kita..." Embun bangkit dari duduknya dan kembali duduk pada pangkuan Rembulan. "Aku mencintaimu, maafkan aku yang telah meragukanmu, meragukan kita. Bisakah kita berjuang bersama, Sayang?"

"Tentu. Aku akan berjuang untuk kita. Aku akan berjuang untukmu. Aku akan memperjuangkan kita. Kamu dan aku harus jadi kita."

Embun tersenyum hangat. Ia menarik leher yang sudah dalam lingkarannya agar mendekat pada bibirnya. Kini mereka tersenyum dalam hangatnya pertukaran saliva. Ciuman yang sangat terkesan karena sudah beberapa hari terlewati tanpa adanya sapa langsung yang hadir. Cumbuan yang terasa lebih memabukan dan berharga.

Kini baik Embun maupun Rembulan sudah yakin dengan perasaannya. Mungkin mereka hanya memerlukan jeda untuk membuat start yang lebih panjang demi perjuangan kisah mereka. Kadang dalam hubungan memang memerlukan sedikit istirahat dan meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri.

Jeda tak apa, asal kita jangan terpisah.
Yang aku tahu, aku mencintaimu. []





[ E N D ]



















Gimana guys ceritanya?
Semoga dapet ya feel-nya, hiks

Jadi apakah kamu setuju dengan pemahaman hubungan antara Embun dan Rembulan? Atau ada yang tidak setuju?
Bebas komen, guys!
Lapak ini memang dibuat untuk saling mengemukakan pendapat, kok!

Terima kasih untuk kamu yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita gaje-ku, haha.

Sengaja up semua, karena dalam beberapa minggu—atau mungkin bulan—aku ga aktif nulis di sini dulu.

G o m a a o~

SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang