Hanya Ryu Danbi yang tidak ikut menyanyikan Party In The USA bersama dua puluh orang lainnya yang juga duduk dengannya membentuk lingkaran mengitari api unggun. Ia kehilangan semangat untuk bernyanyi-apalagi berpesta, meskipun ini adalah acara reuni-berkemah SMAnya yang pertama, langit malam ini cerah berbintang, dan Park Chanyeol-secara kebetulan duduk tepat di hadapannya dalam lingkaran ini-yang memetik gitar mengiringi lagu. Tidak, Danbi sedikit pun tidak tertarik untuk membuka mulutnya.
Karena ia baru saja disodori pemandangan Baek Jinhye mengalungkan kedua tangannya ke leher Chanyeol dan menggelayut manja di bahu laki-laki itu.
Hubungan kedua orang itu bukan rahasia. Danbi-begitu juga semua orang yang ada di sini-melihat sendiri aksi norak Chanyeol ketika menyatakan cinta pada Jinhye, dengan buket mawar merah bodoh dan lagu cinta yang menjijikkan, di lapangan sekolah pada tahun terakhir mereka di SMA. Otak Park Chanyeol memang bermasalah (bagi Danbi keadaan ini tidak berubah sama sekali), tapi masalah perasaan, ia benar-benar berpendirian. Setahun lagi mereka semua akan menjadi sarjana, dan Chanyeol dan Jinhye masih juga bersama.
Danbi mengingatkan diri bahwa seharusnya ia sudah terbiasa. Di antara mantan teman-teman sekelasnya ini, hanya ia, Chanyeol, dan Jinhye yang masuk di universitas yang sama. Danbi mau tidak mau melihat mereka berdua menempel satu sama lain setidaknya tiga kali sehari di berbagai tempat. Sudah seperti minum obat saja.
Danbi mengedarkan pandang dengan getir. Memandang dua lagi 'pasangan kelas' yang saling merangkul juga tidak membantu.
Acara ini sungguh menggelikan.
Sampai umurnya menjelang dua puluh tiga saat ini, Danbi belum pernah pacaran. Tepatnya, belum ada laki-laki yang mengajaknya berkencan. Bukannya Danbi akan menerima, jika memang ada. Ia sudah menyukai seseorang sejak lama. Walaupun ia tahu benar orang itu hanya menyukai satu orang, dan itu jelas bukan dirinya.
"Ja, ja!" Chanyeol meletakkan gitarnya dan berdiri, lalu menepuk tangan meminta perhatian dengan lagak sok penting. "Tadi Jongdae mengusulkan main Truth Or Dare. Semua mau?"
Sebagian besar bersorak setuju. Sisanya yang tidak antusias-tentu saja hanya Danbi.
Karena tidak mungkin bermain dengan memutar botol, mereka mengestafet botolnya dengan diiringi lagu Gom Se Mari (Tiga Ekor Beruang) dimulai dari Jongdae-karena botol yang dipakai botol air mineral miliknya-dan bergerak ke kanan. Botol itu sampai di tangan Danbi pada bagian anak beruang dan ia mengopernya dengan tampang datar. Tidak ada yang memerhatikan kalau ia tidak ikut bernyanyi.
Setelah tiga putaran, botol itu berhenti di tangan Chanyeol. Laki-laki itu kegirangan-padahal apa menariknya permainan ini.
"Truth or dare?" tanya Jieun, yang tadi terakhir menerima botol.
"Dare, dare!" seru Chanyeol semangat.
"Cium Jinhye!"
Bukan hanya Jinhye yang terlihat terkejut. Danbi merasa seakan wajahnya disambar api unggun.
Chanyeol menangkupkan sepasang tangannya pada wajah Jinhye dan mengecup bibir gadis itu cepat-cepat. Jinhye tersenyum malu-malu, tapi kentara tampak senang. Semua berseru heboh. Semua, kecuali satu.
"Oh, yang benar saja," Danbi mengerang dengan rahang terkatup rapat.
"Estafet seperti ini kurang seru," Chanyeol mengusulkan, mengacungkan botol di tangannya. "Sekarang, kita melemparnya saja. Lempar secara acak, tapi jangan terlalu keras. Oke, aku mulai."
Belum sempat yang lain mencerna cara baru ini dan bersiap-siap, botol itu melambung dari tangan Chanyeol menyeberangi api unggun. Dua orang di kiri-kanan Danbi berlindung dengan tangan di atas kepala. Seharusnya tidak perlu. Karena sebelum Danbi menyadari apa yang terjadi, botol itu menghantam dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Years Forwarded
FanfictionRyu Danbi belum mencapai usia tiga puluh, tidak pernah tinggal di luar negeri, dan terutama tidak pernah menikah dengan siapapun. Tapi, itu dulu. Saat ini, ia terjebak di masa mendatang tanpa ingatan apa pun mengenai kehidupannya selama sepuluh tahu...