#Hyejoo's pov 4 years separation
Hyejoo tidak bisa tidur hari itu, pertama kalinya ia menangis tersedu dengan mata bengkak dan air mata yang telah mengering, kepalanya terasa akan pecah karena lelah menangis seharian, tubuhnya seperti melayang seolah ia tak menemukan tempat berpijak.
Gowon adalah tempatnya berpijak, ia hanya ingin Gowon sebagai sahabatnya, hanya Gowon yang mengerti dirinya. Namun, perasaan itu seketika sirna mendengar ucapan Gowon. Benarkah yang ia katakan? Apakah ia hanya berhalusinasi? Gowon tak benar-benar serius? Berulang kali ia bertanya dan jawaban dalam dirinya tetap sama... Gowon tak benar-benar menganggapnya... ia hanya beban untuk Gowon... Gowon hanya kasihan.
Ia masih tak percaya... apakah ia benar-benar terlihat seperti idiot di depan Gowon? perhatiannya kepada Gowon adalah momok untuknya? Gowon jijik kepadanya? Lalu untuk apa sikap tulus Gowon selama ini?
Ia tak sanggup memikirkannya, ia benar-benar tak ingin berpikir, semuanya terjadi begitu saja, tak pernah terbersit dalam pikirannya akan tiba hari itu.
Jauh di dalam hatinya ia tak pernah berpikir akan mengungkapkan perasaannya kepada Gowon. Ia tahu akan batasan, melihat Gowon tersenyum dan berbicara kepadanya adalah hal terhebat yang harus ia jaga.
Tak pernah sekalipun ia melarang Gowon dekat dengan laki-laki lain, hanya terkadang Hyejoo berusaha sebisa mungkin menarik perhatiannya hingga Gowon akan mengabaikan mereka. Hyejoo mungkin terdengar sedikit keterlaluan, namun tak sedikitpun Gowon terlihat terpaksa bermain bersamanya di masa lalu. Sekarang ia bahkan lebih tak menyangka.
***
Silih berganti kakak juga orang tuanya bertanya tentang keadaannya, namun tak satupun ia gubris, hingga mereka akhirnya berhenti bertanya dan hanya sekedar membawakan makanan dan minuman untuk Hyejoo.
Pada awalnya Hyejoo menolak makan, tak satupun makanan akan disentuhnya, hingga kemudian ia mendengar saudaranya Choerry menangis memohon kepadanya, Choerry yang sangat peduli padanya tak lupa untuk mengunjungi Hyejoo di kamar kemudian didapatinya makanan yang tak beranjak di depan kamar Hyejoo.
"Hyejoo, kumohon jangan menyiksa dirimu, aku tak tahu apa yang telah kau alami hingga seperti ini, tolong ceritakan kepadaku apapun itu. Aku tak akan pernah menyalahkanmu, tapi tolong setidaknya kau mengerti bahwa masih banyak orang yang peduli padamu Hyejoo.. Kau tahu meskipun aku hanya dilahirkan selang beberapa menit darimu, sebagai kakak aku bisa merasakan rasa sakitmu. Aku sangat sakit melihatmu terus seperti ini.. rasanya seperti aku yang mengalaminya Hyejoo." Choerry menangis sesenggukan di depan kamar Hyejoo menunggu adiknya itu akan segera tergerak hatinya, namun hingga di pagi hari ia menunggu di depan kamar, masih tetap tak ada pergerakan dari Hyejoo. Choerry hanya bisa pasrah dan menahan rasa sakitnya menyaksikan kembarannya itu menderita, lalu kembali menangis
"Aku akan terus datang ke depan kamarmu Hyejoo sampai kau akan membuka pintu." Begitulah seterusnya hingga mencapai hari ketiga.
"...."
Hyejoo akhirnya mengambil makanan dan minuman yang dibawa Choerry dan meletakkan catatan di sebelah kembarannya itu.
"Jangan menunggu dan tertidur di depan kamarku lagi, atau aku tidak akan makan."
Choerry yang membaca catatan itu merasa lega seketika, ia merasa bersyukur Hyejoo akan berubah pikiran, meski tetap tak mau berbicara.
Hari-hari itu dilalui Hyejoo selama dua minggu, ia mengurung dirinya bermain game dan menolak pergi ke sekolah. Orang tuanya mulai jengkel dengan sikap keras kepalanya tapi tetap tak bisa berbuat apa-apa.
Malam itu Hyejoo tiba-tiba saja keluar dari kamar, dengan raut yang kusut dan tanpa ekspresi di wajahnya, begitu tenang dan segera duduk di ruang makan bersama keluarga.
"Aku ingin pindah sekolah."
Choerry yang tengah makan langsung terhenti, ditatapnya saudaranya itu heran.
"Maksudmu?"
"Aku ingin pindah..."
"Apakah kau yakin Hyejoo? Kau tak akan menyesali perkataanmu?" Kali ini ibu Hyejoo bertanya
"Tidak, setelah ini aku berjanji akan berubah."
"......"
Semua keluarga terdiam dengan perkataan Hyejoo, tak disangkan ia akan mengeluarkan pernyataan seperti ini.
"Baiklah, kau janji akan satu hal, kau akan berubah dan terbuka dengan orang lain, juga kau harus belajar untuk masuk perguruan tinggi." Kali ini ayah Hyejoo angkat bicara, ia baru saja tiba di rumah bersama ibu Hyejoo setelah dikabari oleh Choerry mengenai kondisi Hyejoo, mereka adalah sepasang suami istri yang menggeluti bidang konstruksi hingga mengharuskan mereka terus bepergian.
Mendengar kabar Hyejoo yang menolak pergi ke sekolah sangat membuat mereka khawatir dan sedikit marah, namun mereka tak ingin memarahi Hyejoo, sebab mereka merasa secara tak langsung Hyejoo menjadi keras kepala karena kurangnya perhatian dari mereka.
"Lagipula sebenarnya, kita akan berencana untuk pindah, proyek ayahmu yang ada di luar kota mengharuskannya."
Hyejoo hanya termangu mendengarnya, tidak berusaha terkejut bahwa niatnya persis dengan rencana orang tuanya.
"Baiklah."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Electric
ФанфикHyejoo dan Gowon tadinya telah berjanji sehidup semati untuk menjadi sahabat. Pertemanan yang dijalin sejak 5 tahun hingga sekarang menginjak pertengahan masa SMA tentu tak perlu diragukan lagi. Hyejoo yang kuat dan Gowon yang selayaknya putri begit...