Sesampainya di restauran daging kegemaran Yeojin, tak lupa ia segera memesan dua porsi steak ukuran besar dengan harga yang cukup menguras dompet.
"Makanlah sepuasnya Yeojin, hari ini adalah hari spesial untukmu, aku akan mengabulkan semua permintaanmu."
Gowon melihat Yeojin tengah fokus memotong daging steak kecoklatan, dagingnya terlihat berkilau dan masih mengeluarkan asap, aroma daging yang dibakar sangat memikat selera Yeojin, saat dipotong bahkan mengeluarkan minyak daging yang beraroma rosemary. Rasa original daging yang sedikit asin, ditambah saus berwarna coklat gelap yang dipadukan lada hitam menambah sensasi kesegaran di lidah.
Yeojin makan begitu lahap namun tetap sopan sangat menggemaskan di mata Gowon, segera diambilnya tisue untuk mengelap sisa saus di mulut Yeojin.
"Hmm.. kau begitu fokus melihatku dan kelihatannya hanya aku yang terlihat rakus disini. Ayo segera makan Gowon."
"Aku tahu itu, dasar anak kecil."
"Apa katamu? Kau coba ulangi lagi."
"Tidak-tidak, kau seperti bayi dan rasanya aku ingin menggigitmu." Gowon tersenyum lembut menatap Yeojin, ia sangat senang bahwa sahabatnya telah lulus, ia sendiri telah lulus beberapa bulan sebelumnya di universitas berbeda dan sedang magang di salah satu kantor penerbitan swasta.
"Kantorku sedang membutuhkan ilustrator untuk buku yang akan segera diterbitkan, apa kau ingin mencoba magang di sana?"
"Aku tidak tahu Gowon, aku rasanya tidak ingin terikat dengan perusahaan, rencananya aku ingin mengikuti beberapa pameran untuk karya-karyaku bersama teman di jurusanku, aku juga sudah mencoba mendaftar beberapa beasiswa untuk magister nanti. Aku tidak begitu optimis, dan hanya berharap semuanya berjalan lancar, hehe."
"Wah bagus sekali, tidak apa-apa, aku berpikiran akan sangat bagus jika aku bisa bekerja sama denganmu."
"Dasar kau ini, tidak bosankah kau melihatku setiap hari? aku bahkan tak pernah menginjakkan kaki di asramaku karena kau Gowon."
"Hahaha, siapa yang menyuruhmu datang ke asramaku. Meski aku mengunci pintu tetap saja kau akan terus menggedor pintu kamarku."
"Tentu saja! kalau tidak, entah apa yang akan terjadi denganmu kalau aku tidak datang."
"Hahah" Gowon hanya tertawa meringis mendengar Yeojin, hari-harinya selalu ditemani Yeojin di asrama, entah dia yang pulang larut malam dari kampus dan pada akhirnya ia akan datang ke asrama Gowon.
Pernah suatu waktu karena harus pergi akibat urusan kampus selama dua hari, Yeojin terpaksa meminta izin untuk pulang lebih awal karena Gowon tidak membalas teleponnya. Ia begitu khawatir sampai-sampai akan memarahi teman yang mengantarnya pulang. Sesampainya di kamar Gowon, ia segera menggedor-gedor pintu kamar dan frustasi mencari kunci cadangan milik Gowon, di dalamnya Gowon sudah tergelatak tak sadarkan diri karena meminum obat secara berlebihan. Yeojin berteriak seketila meminta pertolongan dan membawa Gowon ke rumah sakit dibantu teman di sebelah kamar Gowon.
Yeojin menangis memegang tangan Gowon yang dingin, berulang kali memanggil namanya dan berjanji tak memarahinya lagi. Gowon yang terbangun saat itu, hanya termenung dan tak mengatakan sepatah kata pun, tangannya sedikit gemetar dalam genggaman Yeojin.
"Apakah aku masih belum mati?" Suara lirih Gowon memecah kesunyian di ruang UGD saat itu, hanya tersisa dirinya dan Yeojin.
Yeojin yang tertidur segera bangkit dan memeluk Gowon.
"Tidak Gowon, kau jangan seperti ini, aku harus bagaimana kalau tidak ada dirimu. Aku sendirian di kota ini, bahkan orang tuaku tidak peduli lagi denganku, hidupmu sangat berarti dan masih ada aku yang akan menemanimu." Yeojin memeluk Gowon yang masih mematung, seketika ia mengingat tentang bagaimana Gowon memeluknya hangat saat Yeojin menangis sendiri di rumahnya akibat orang tua Yeojin yang memutuskan berpisah. Ia dan Gowon berjanji menjaga satu sama lain kemudian mereka memutuskan kuliah di luar kota meski berbeda universitas.
Selama empat tahun ini dihabiskan oleh mereka dengan saling mengobati dan menyemangati satu sama lain bahwa hidup mereka masih sangat berarti, dan masih ada orang yang membutuhkan mereka untuk bertahan hidup.
Saat itu, Yeojin dengan rutin akan menemani Gowon konsultasi ke psikiater dan membelikan obat demi kesembuhan Gowon.
Hingga akhirnya mereka dapat duduk bersama hari ini dan setidaknya Gowon dapat tersenyum lembut serta tertawa lepas adalah sebuah perjuangan dan bukti bahwa mereka dapat melangkah maju bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Electric
FanfictionHyejoo dan Gowon tadinya telah berjanji sehidup semati untuk menjadi sahabat. Pertemanan yang dijalin sejak 5 tahun hingga sekarang menginjak pertengahan masa SMA tentu tak perlu diragukan lagi. Hyejoo yang kuat dan Gowon yang selayaknya putri begit...