Namaku Olivia Rosy Hyejoo, aku lebih suka dipanggil Hyejoo. Kata orang-orang aku adalah seorang yang tidak mudah dijangkau. Sering ada dinding pembatas antaraku dengan mereka yang ingin mendekat denganku. Jujur saja, aku sama sekali tak menyadarinya. Lagipula untuk apa aku melakukannya? Justru rasanya sangat menyenangkan mempunyai banyak teman yang bisa diajak bermain game denganku, ha ha.
Namun hingga sekarang satu-satunya orang yang kupercaya sebagai sahabat ialah Alexandra Gowon. Aku sangat menyayanginya. Sangat, sangat. Entah hal apa yang sampai menyatukan kami hingga sedekat dan selama ini. Gowon-ku sendiri seumuran denganku. Kami selalu berada dalam satu kelas dengan sekolah yang sama dari sekolah dasar hingga sekarang menginjak kelas 2 SMA. Hari-hari tanpa Gowon mungkin sulit rasanya kulalui. Berlebihan memang. Tapi itulah kenyataannya.
"Gowon, apa kau sudah tidur?"
"Gowon"
"Gowon?"
"Ah menyebalkan, padahal aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu"
...
Hyejoo memandang cemberut smartphone - nya hingga ia menyadari bahwa Gowon sudah tak aktif lagi membalas chatting mereka. Baru saja ia ingin menceritakan bahwa konsol game-nya dirusak oleh Choerry kakaknya.
Ia merasa sangat kesal mendapati konsol-nya telah berakhir di tempat sampah akibat pertengkaran Hyejoo dengan Choerry yang tak sengaja menjatuhkan biola kesayangan milik kakaknya itu. Ceritanya sangat panjang, sampai-sampai Hyejoo ingin mengamuk dibuatnya. Ia sendiri harus menguras uang tabungannya hanya demi benda kesayangannya itu.
Hyejoo masih belum mengantuk. Pikirannya melayang. Waktu sendiri sudah menunjukkan tengah malam. Ruangannya telah diselimuti kegelapan, kecuali lampu baca di dekatnya yang sengaja ia nyalakan. Hyejoo melanjutkan bacaan komiknya yang tertunda. Namun pikirannya masih belum bisa diajak kompromi untuk tetap fokus.
Tadi siang sewaktu berkunjung ke rumah Gowon ia masih ingat betul Gowon tersenyum-senyum aneh, anehnya lagi Gowon tak menjawab pertanyaannya mengenai perilakunya yang seperti itu. Berulangkali bahkan Gowon mengalihkan topik pembicaraan tiap kali ia menanyakannya. Hyejoo bukannya merasa tersinggung, hanya saja perasaannya mengatakan ada hal yang terjadi pada Gowon dan ia sendiri tak tahu tentang hal itu. Sigh. Atau apakah memang Gowon merasa Hyejoo tak perlu tahu?
...
"Hyejoo, kau adalah yang terbaik!"
"Hyejoo, bagaimana kau bisa begitu baik?"
"Hyejoo, apakah kau tahu bahwa kau adalah yang terbaik?"
"Hyejoo, bolehkah aku pergi?"
DEG.
...
Hyejoo melihat smartphone miliknya untuk memastikan sekarang telah menunjukkan jam berapa. Ia begitu ketakutan mendengar kalimat terakhir dari Gowon dalam mimpinya hingga tiba-tiba saja ia harus terbangun. Tak terasa setetes air mata mengalir dari kelopak matanya. Ia masih belum mencerna baik apa maksud dari kalimat terakhir Gowon. Harapannya kalimat itu selamanya hanya sebatas mimpi. Sebatas mimpi.
Ia kembali menatap handphone - nya dan tak satu pun balasan pesan yang ia terima. Ya, mungkin saja ia masih tertidur. Meski sekarang sudah menunjukkan pukul delapan. Gowon pasti sedang menikmati Minggu Pagi-nya hingga ia lupa untuk mengecek pesan dari Hyejoo.
Hyejoo segera bangun dan merapikan dirinya, hari ini ia berencana berolahraga dan memanjakan dirinya bermain game seharian di rumah. Lagipula kakaknya Chuu sedang tidak ada di rumah, jadi ia bebas meminjam barang milik kakaknya itu. Chuu Sendiri umurnya lebih tua 2 tahun dari Hyejoo. Sementara Choerry dan Hyejoo merupakan sepasang saudara kembar, ya, hanya saja Madeline Rosy Choerry lahir beberapa menit mendahului Hyejoo.
"Aku ikut!!!" Seru Choerry melihat bersiap untuk olahraga.
"Ayo! Ikut saja." Jawab Hyejoo melihat kakaknya begitu bersemangat di Minggu Pagi.
"Bukankah itu Gowon? Kemana dia akan pergi?" Celetuk Choerry tatkala melihat Gowon bersama orang tuanya bergegas pergi entah kemana.
"Mungkin saja Gowon sedang ingin berlibur bersama keluarganya." Ucap Hyejoo yang entah mengapa semangatnya di Pagi hari mendadak turun tatkala melihat Gowon yang melesat begitu saja di dalam mobil, Mungkin ia tak melihatku, sesal Hyejoo dalam hati yang melihat Gowon pergi begitu saja. Jarak antara rumah Gowon dan Hyejoo sebenarnya terbilang sangat dekat. Mereka hanya dipisahkan tiga rumah yang mana rumah Gowon berada di barisan depan tepat sebelum gerbang perumahan mereka.
"Kau mau kemana?" Choerry dibuat bingung oleh Hyejoo yang berubah haluan hendak menuju rumah mereka kembali.
"Aku sedang tidak enak badan, kau olahraga sendiri saja!" Seru Hyejoo meninggalkan kakaknya yang semakin bingung dibuatnya. Tapi diam-diam Choerry memandang sedih ke arah Hyejoo, selama ini sengaja ia terus ikut dengan Hyejoo apalagi kemarin ia merusak konsol game adiknya akibat biolanya yang telah dirusak, padahal hal tersebut hanyalah alasan agar ia bisa merusak benda itu, nyatanya biola milik Choerry memang telah lama rusak.
Ia hanya ingin perhatian Hyejoo setidaknya teralihkan kepadanya, menurutnya selama ini Hyejoo terlalu terobsesi dengan Gowon sampai-sampai ia kadang mengabaikan sekitarnya atau bahkan mengabaikan siapa saja yang ingin dekat dengan adiknya itu, sehingga tak jarang orang-orang salah mengira Hyejoo adalah seorang yang senang menutup diri. Ia bingung harus berbuat apa, kadang Hyejoo yang murung akan melampiaskan kesedihannya dengan bermain game tanpa mengingat waktu.
Choerry kembali berpikir bahwa masalah ini pasti akan segera teratasi mengingat kakaknya akan segera pulang dalam waktu yang dekat. Choerry sangat optimis.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Electric
FanfictionHyejoo dan Gowon tadinya telah berjanji sehidup semati untuk menjadi sahabat. Pertemanan yang dijalin sejak 5 tahun hingga sekarang menginjak pertengahan masa SMA tentu tak perlu diragukan lagi. Hyejoo yang kuat dan Gowon yang selayaknya putri begit...