07. Menyatakan

1K 142 13
                                    

"Ah ya .... hari itu benar-benar hari tersial yang pernah ada. Begitu Melinda datang, aku langsung lemas dan tidak tau harus berbuat apa, lagi pula aku bersyukur karena dia memang bukan ibu ku, aku tidak pernah memiliki ibu sedari kecil, dan ya begitulah .... aku benar-benar gelisah. Setiap hari pembunuh bayaran datang ke kamar ku, begitu banyak hingga rasa nya sesak
...." [name] terus saja melantur. Berbagai macam cerita dan keluh kesah keluar dengan sendiri nya.

Setelah kedatangan Anastacius di kediaman [name]. Lelaki jangkung pemilik wajah tampan itu mengajak [name] untuk makan di luar alias restaurant dengan beralasan bahwa Zenith yang meminta nya, ya walau memang benar begitu, tapi hal itu tak luput dari keinginan nya juga.

[Name] mau saja di ajak untuk makan bersama, asalkan letak dari restaurant tersebut tidak jauh dari mansion Barienth.

Kondisi [name] saat ini tengah mabuk sebab minuman yang ia pesan, padahal minuman itu kandungan alkohol nya tidak terlalu berat. Hanya karena [name] tidak pernah minum minuman dengan kandungan alkohol, begitu meneguk 3 gelas kecil saja sudah membuat wajah nya merah padam serta keringat bercucuran.

Kebal dari racun bukan berarti kebal dengan alkohol.

"Kalau aku bilang sekarang, menurut mu bagaimana?"

"Bilang apa?"

"Entahlah, rasa nya jantung ku terus berdetak kencang saat bersama mu."

"Itu mungkin saja karena kau sudah tidak waras." [Name] menampakan senyum kecil.

Sesaat lelaki itu diam dan hanya menarik senyum kecil sambil melihat [name] mengoceh.

"Sudah larut, lebih baik kita bergegas pulang."

Anastacius membawa tubuh [name] seperti karung beras, dan meletakan nya di dalam kereta kuda bersama Zenith yang tengah terlelap.

[Name] menggenggam erat ujung pakaian Anastacius sambil bergumam, "Aku tidak mau pulang ...."

"Langsung menuju kediaman anda?" Kusir nampak bingung.

"Tidak, antarkan ke mansion Barienth," jawab Anastacius.

"Baik tuan."

Di dalam kereta kuda [name] tak berhenti menatap wajah Anastacius.

"Kenapa?"

Anastacius memberikan jaket nya pada [name] dan Zenith, sebab bagi nya angin malam itu tidak baik bagi kesehatan.

"Padahal aku akan pergi besok ...."

"Kau akan pergi?" Anastacius yang sedari tadi tak merespon, kini ia merasa seperti ucapan [name] adalag ucapan yang serius.

"Aku akan pergi jauh untuk waktu yang lama," ujar [name] dalam keadaan setenagh sadar.

"Kenapa kau memberitahu ku?"

"Itu karena .... bisa saja zenith bertanya tentang ku, dan bisa saja besok aku sudah tidak berada di mansion ku." Anastacius sungguh bingung, saat ini perasaan nya campur aduk, pria itu ingin mencegah kepergian gadis yang menyandarkan kepala di bahu nya.

Tapi untuk alasan apa pria itu mencegah nya?

Apa karena dia sudah mulai menaruh hati?

"Ku harap kau tidak melakukan nya."

[Name] mendekatkan wajah nya yang memerah karena alkohol ke dekat wajah anastacius, membuat jarak antara kedua nya tidak bisa di hitung jari telunjuk.

"Kenapa?" Tanya [name] bingung.

"Apa kau berpura-pura tidak tau? Kurasa dengan ini kau pasti sudah tau alasan nya." Jelas Anastacius masih dengan mempertahankan posisi itu.

[Name] diam, dia tidak mengerti maksud dari perkataan Anastacius.

Entah karena suasana yang mendukung, atau karena cahaya jalan yang membuat Anastacius merasa [name] terlihat sangat indah di mata nya.

"Tolong bilang hentikan, karena kurasa aku akan benar-benar mencium mu."

Pria itu tidak bisa mengalihkan perhatian nya lagi.

"Lakukan saja, aku ...."

Pada malam yang dingin yang hanya ada sinar rembulan, Anastacius mencium serta melumat bibir sang gadis yang saat ini tengah mengikuti alur pergerakan nya.

"Aku sudah gila. Mencium nya yang tengah mabuk, benar-benar gila."

. . .

"Aku dan Anastacius? Tidak mungkin ...."

"Duchess [name], apa anda baik-baik saja? Wajah anda pucat." Bell menaruh segelas air hangat yang terdapat perasan lemon untuk [name].

"Aku baik-baik saja," ujar [name] dengan senyum kikuk.

"Semalam aku sama sekali tidak merasa malu, namun saat ingatan ku sudah tersusun sempurna pagi ini, rasa nya aku ingin menghilang dari bumi," batin [name].

"Nonaa, saya sangat terkejut tadi malam, tuan Anastacius menggendong anda seperti pangeran yang menggendong tuan putri, persis seperti di novel!" Bell menjelaskan, raut wajah nya nampak histeris.

"Ha .... kau terlalu banyak membaca novel."

"Ngomong-ngomong, tuan Anastacius memberikan surat kemarin malam." Bell memberikan secarik surat yang di tulis langsung oleh Anastacius.

To : [Name]

Mengingat kau akan pergi ke Dellmontie besok, ku harap kau tetap menjaga kesehatan mu. Dan juga .... sebenar nya aku berniat mengatakan nya sesaat setelah kita makan malam, namun kau berada di bawah pengaruh alkohol, jadi aku menuliskan nya saja pada surat ini.

[name], entah kau mau menganggap ini sebuah lelucon atau apa, aku tidak peduli karena aku menyukaimu, sungguh. Seperti nya aku sedikit terlambat untuk menyatakan ini, tetapi aku tidak menyesali perbuatan ku. Dan juga surat ini merupakan pernyataan cinta yang pertama untuk ku, jadi mungkin saja ini sedikit kaku.

From : Anastacius

"Bell, berapa lama kita berada di Dellmontie nanti?"

"Sekitar 1 minggu nona."

"Sial. Aku harus bagaimana merespon surat ini," ujar [name] dengan sedikit rona merah di wajah.








Hold Me Tight | Anastacius x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang