Seperti garis lurus yang transparan, tatapan menusuk yang di berikan [name] pada Anastacius membuat Zenith hanya bisa menatap kedua nya.
"Baiklah saya permisi dulu," Ujar Zenith memulai pembicaraan.
"Kamu mau kemana, Zenith?" [Name] menahan lengan gadis dengan rambut berwarna brunette.
"Saya hanya akan mengambilkan jamuan." Sudah menjadi tata krama dan adat serta kebiasaan keluarga kerajaan, [name] pun tak bisa mengelak lagi walau mereka sudah terlepas dari ikatan itu.
"Baik, hati-hati ya." [Name] tersenyum lembut. Zenith mengangguk, kemudian gadis itu segera pergi dari hadapan ayah nya dan duchess [name].
"Aku ragu pada mu, Anas. Mana mungkin manusia bisa berubah secepat itu ...." [Name] menaruh dagu nya di atas tangan. Gadis itu tak pernah melepas tatapan tajam. Anas sendiri sampai memalingkan wajah nya sebab aura mencekam dari [name] membuat dia terus berkeringat.
"Tau apa kau, Barienth. Seharusnya aku yang berkata begitu. Ayah mu merupakan seorang yang lebih keji dulu nya–" [name] menyenderkan tubuh kebelakang. Membuat punggung nya nyaman bersandar pada sofa.
"Sudah selesai memaki orang yang bahkan sudah tiada? Aku tahu fakta itu. Yang terpenting kan aku tidak berlagak seperti diri mu. Lagi pula itu perbuatan ayah ku, dia juga sudah menerima hukumannya." ujar [name] sambil menunjukan tatapan kosong. Sesungguh nya Anas merasa sedikit menyesal sebab menyinggung soal ayah nya. Bagaimana pun juga, sekeji apapun itu, ayah [name] pernah menyayangi anak nya walau hanya sewaktu kecil.
"Terserah mu, aku tak peduli pandangan orang lain. Yang terpenting sekarang aku menikmati kehidupan nyaman bersama anak ku. Aku harap kau tidak menyimpulkan apapun berdasarkan sudut pandang mu."
Hening yang lumayan lama baru saja terjadi. Tetesan air dari air mancur, kemudian pemandangan matahari terbenam lah yang mengisi keheningan.
"Apa mereka habis berantem lagi?" Zenith membawakan beberapa cookies dan teh.
Gadis itu mempersiapkan diri sebelum datang menemui kedua orang dewasa yang bahkan bisa bersikap seperti anak-anak apabila sedang adu mulut.
. . .
Anastacius terbangun dari sofa. Bagaimana mungkin dia tak sadar ketika tertidur di sofa. Raut wajah nya terkejut begitu melihat makanan pada meja ruang tamu.
"Apa ini? Apa Zenith membuat ini?" Anas sedikit tersenyum. Sebab nya lelaki bertubuh jangkung itu senang apa bila anak nya memperhatikan diri nya.
Sebelum membuka kotak makanan itu, Anastacius melihat kertas kecil yang tertempel di atas tutup makanan.
Zenith! Aku memasakan mu spaghetti Aglio Olio. Aku membuat nya lagi sebab aku tahu kamu menyukai nya! Jangan lupa di makan ya!
[name] –
"Sialan, aku lupa kalau dia membawa kotak aneh saat datang kemari! Kuharap seterusnya dia tak datang untuk mengganggu lagi." Ketika mengetahui fakta bahwa yang memberikan makanan itu adalah [name]. Anastacius langsung hilang selera.
"Ayah, apa ayah sudah melihat pemberian nona [name]?" Zenith bertanya kepada sang ayah sambil mendudukan diri di samping Anas.
"Hm, sudah. Dia membawakan mu spaghetti." Sebelum nya sudah kesal, saat ini bahkan bertambah kesal sebab dia tahu pasti kalau Zenith dekat dengan [name].
"Bagaimana bisa anak ku yang baik ini, dekat dengan wanita aneh seperti nya!?"
. . .
"Tak ku sangka Anas lebih menyebalkan dari yang ku kira. Bagaimana bisa Zenith tinggal dengan orang seperti nya!💢" Pelayan [name] terus menggeleng. Saat ini duchess sedang di pijat kaki nya. Sebab dia sendiri yang mengeluh pegal-pegal setelah bertemu Anas.
"Benar, dia pasti orang yang menyebalkan!" Belle tertawa, tangan nya tak henti memijat kaki [name].
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kalau nona tidak menyukai orang itu, maka dia pasti menyebalkan!" Belle menegak saliva nya kasar. Padahal pelayan itu mengatakan betapa menyebalkan nya Anas bukan karena dia mengetahui siapa sosok Anastacius, akan tetapi untuk menenangkan majikan nya.
"Tapi nona, apa nona akan pergi kesana lagi?" Tanya Belle.
Sebenarnya [name] tak yakin akan pergi kesana untuk kedua kali nya atau tidak. Yang pertama alasan untuk tidak kesana lagi ialah ada Anas, yang kedua bisa saja ada rumor yang mengatakan bahwa [name] berkencan dengan orang yang di asingkan, kemudian banyak sekali permasalahan yang akan muncul. Walau begitu dia sudah menganggap Zenith sebagai anak nya sendiri, hitung-hitung dia bisa saja menganggap Anastacius seperti orang yang tidak ada ketika dia berkujung ke kediaman itu.
"Aku tidak yakin ...."
Belle menghentikan aktivitas nya sebentar, kemudian dia menatap [name] serius.
"Kenapa kau menatap ku dengan tatapan seperti itu, Belle?" Tanya [name].
"Kalau ada alasan nona untuk pergi kesana maka lakukan saja! Jangan memikirkan kemungkinan yang bahkan belum terjadi." Belle tahu bahwa [name] selalu memikirkan segala kemungkinan, namun bukan berarti hal itu merupakan hal buruk.
Bukti nya karena sifat [name] yang tegas dan kompeten, daerah kota menjadi semakin maju. Padahal dia baru 3 bulan menjadi seorang duchess.
"Bagaimana pun itu, aku tidak boleh gegabah. Hanya karena perasaan pribadi ku, aku tak mau menggiring opini buruk masyarakat terhadap Barienth." [Name] melipat kedua kaki nya hingga posisi sang gadis saat ini ialah duduk bersila di atas kasur.
"Aku tidak mengerti apa yang nona bicarakan, seperti nya karena aku bodoh. Kalau begitu apa boleh buat, saya akan selalu ada di pihak nona dan mendukung apapun keputusan nona!"
"Terima kasih."
. . .
2 Minggu kemudian ....
"Kau datang lagi Barienth, apa kau tidak takut akan ada rumor tentang mu nanti nya?" Anastacius dengan posisi bersender di depan gerbang, dia melihat [name] sambil tersenyum. Senyuman nya tak dapat di artikan.
"Kenapa aku mesti takut. Aku datang kan bukan untuk bertemu dengan mu. Kalau ada rumor, ya aku tinggal menjelaskan saja."
Lelaki itu mengangguk beberapa kali. Kemudian tanpa aba-aba dia memojok kan [name] ke tembok, kedua tangan nya di taruh di dekat kepala [name].
"Kalau seperti ini, apa orang-orang akan bisa mempercayai ucapan mu?"
[Name] menepis tangan Anas, gadis itu mendekat kan wajah nya ke telinga Anastacius.
"Orang-orang hanya akan mempercayai yang mereka percayai. Kau yang memojok kan ku duluan saat ini, bisa saja rumor itu berganti menjadi, tuan Anastacius yang menggoda seorang duchess setelah di asingkan?~"
"Coba fikirkan, siapa yang akan mereka percayai, aku atau kau?"
Anas berbalik badan, kemudian dia menutupi mulut dengan tangan. Sebisa mungkin ia tak bertatapan dengan [name].
"Sial, bagaimana bisa dia bertambah menyebalkan hanya dengan kurun waktu 24 jam ...."
"Sudahlah Anas, aku ingin bertemu dengan Zenith. Jangan bersikap ke kanak-kanakan, Zenith itu membutuhkan sosok dewasa yang bisa membuat nya bersandar dan merasa nyaman." [Name] bingung mengapa Anas berbalik badan dan menghindari tatapan nya.
Namun gadis itu tak menghiraukan nya. [Name] langsung saja berjalan masuk sebab dia melihat Zenith di depan pintu tengah melambaikan tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight | Anastacius x reader
RomansAnastacius x reader Setelah Anastacius dan Zenith pindah ke kota meninggalkan kerajaan. [Name] jadi lebih sering mengunjungi rumah mereka, sebab rumah mereka sendiri memang berada dekat dengan tempat tinggal duchess [name]. [Name] selalu membawakan...