Duabelas: Broken Heart

435 71 0
                                    

Ayo tinggalkan jejak

_._._

Hazen menatap lurus tuannya melalui atap transparan di atas tempat tidurnya: Renji tidur dengan damai setelah dia pergi.

Hari ketiganya akan berakhir setelah sepuluh menit, dan dia masih belum percaya dengan sesuatu yang membawanya ke dalam situasi ini.

Temannya, temannya di masa lalu... teman yang dia anggap seperti saudaranya sendiri di saat dia masih seorang peri yang tidak tahu apa-apa, tidak tahu tentang dunia yang kejam. Dia pikir semua orang baik, dan dia tidak curiga sedikitpun dengan orang yang mendekatinya. Tapi setelah hal mengerikan itu terjadi, dia tidak berpikir hal yang bernama teman akan datang kepadanya.

Apa yang terjadi dulu membuat Hazen merasa bahwa perilaku baik hanya topeng, sebuah trik yang digunakan untuk memanfaatkannya. Dan Hazen sudah muak dengan itu. Dia tidak akan jatuh kedalam lubang yang sama, semua orang hanya mencari keuntungan pribadi, dan Renji sama saja.

Dia tidak akan jatuh pada laki-laki ini, dia tidak akan menyerah pada keinginan hatinya. Dia akan menggunakan Renji untuk membalas dendam.

Hazen sadar dia tidak berbeda dengan temannya jika dia melakukannya, tapi dia tidak peduli.

"Dia pantas menerimanya," gumamnya, menyeringai. Dia bukan lagi peri yang lugu dan bodoh.

"Kamu mau seseorang yang kamu cinta? Baik, aku akan memberikannya untukmu, dan aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku tidak peduli akan menghilang nantinya karena 'dia' juga akan menghilang."

Seringainya melebar dan dia meletakkan lengannya di belakang kepalanya yang sudah pulih, berbaring menatap langit malam.

"Betapa manisnya pembalasan dendam." Dia bergumam lalu menutup mata dalam kepuasan.

.

.

Renji membuka mata dan melihat seseorang berbaring di atap atas tempat tidurnya. Dia bangkit lalu menuju kamar mandi untuk bersiap sekolah. Masih terlalu pagi jadi Renji tidak terburu-buru. Selasai mandi, dia merapikan kamarnya sendiri lalu turun untuk membuat sarapan.

"Harfa! Jeova! Bangun sekarang atau kalian bakal telat ke sekolah!" dia meneriaki adiknya dari dapur sambil mengolesi roti. Tidak lama, terdengar suara langkah menuruni tangga sebelum Jeova muncul dan duduk di meja makan, masih menguap.

"Belum juga jam enam, kak," kata Jeova sambil mengusap mata. Renji menaruh piring di depannya. Harfa datang beberapa saat setelahnya, terlambat karena membersihkan diri terlebih dahulu.

"Jeova, cuci muka dulu sana," katanya. Dia berdiri di belakang kursi Jeova, menahan tangannya yang hampir menyentuh roti.

"Baik, kakak," jawab Jeova dan mendongak menatap wajah diatasnya. Yang ditatap merasa gugup dan menutup mata di bawahnya.

"Sana," katanya lalu duduk di kursinya sendiri dengan wajah memerah. Renji tersenyum melihat interaksi mereka.

"Melamunkan sesuatu?" Hazen muncul di sampingnya, memberinya senyum selamat pagi.

"Tidak ada."

"Ck. Jika kamu memikirkan Mahen, kamu akan memilikinya minggu ini, ingat? Dia akan sepenuhnya menjadi milikmu."

Hazen bisa merasakan, setiap dia menyebut nama Mahen, mood Renji akan membaik dalam hitungan kecepatan cahaya. Dia penasaran bagaimana itu bisa terjadi. Hanya nama, tapi sudah cukup membuat seseorang senang bukan main.

"Beruntungnya dia." Hazen bergumam namun cukup keras untuk didengar Renji.

"Siapa?" Tanya Renji, mengalihkan pandangan dari pisau selai yang sedang dicucinya untuk memandang Hazen yang diam saja. Dia menghela napas lalu menepuk pelan pipi si guardian, menariknya dari pikirannya.

"Apa?" Tanya Hazen menyebalkan.

"Siapa yang beruntung?" kata Renji sambil melepas celemeknya.

"Mahen."

"Kenapa memangnya?" Renji menyambar tasnya dan berjalan menuju ruang depan.

"Dia banyak menerima cinta."

"Kamu iri, kan?" pertanyaan ini seperti tusukan bagi si guardian.

"Kenapa harus?" Hazen menanggapi dengan dingin, melarikan pandangannya ke langit-langit.

"Karena siapapun ingin dicintai." Renji duduk lalu mengambil sepatunya dari rak.

Hazen menatap Renji yang tersenyum sambil mengikat tali sepatunya, tidak ingin melanjutkan pembicaran tentang cinta.

.

.

Renji hampir sampai di sekolah ketika dia melihat sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan gerbang. Dua orang keluar dari mobil dan salah satunya adalah teman adiknya.

"kak Ji." Panggil Mahen. Dia menghampirinya dengan seorang laki-laki dengan rambut berwarna sama dengan mobil di belakang mereka mengekor menggandeng tangannya.

"Hai, Mahen." Renji menyapa, namun merasa aneh dengan Hazen yang tiba-tiba mencengkeram tangan kirinya. Dia mengikuti arah pandangan Hazen dan menemukan laki-laki di sebelah Mahen balik menatap Hazen.

'Tidak mungkin dia bisa melihat Hazen, kan?' pikir Renji.

"Kak, aku mau ngenalin kakak sama kak Yohan. Kak Yohan, ini kak Renji. Kak Renji, ini kak Yohan."

Renji menjabat tangan si laki-laki yang dari tadi menggenggam tangan Mahen. Dan setelah jabat tanganpun kembali ke posisi semula. Renji mengerutkan kening. 'Tidak mungkin, kan?'

"Senang bertemu denganmu," kata Renji. Hazen masih mencengkeram tangannya. Renji merasakan tangan si guardian mendingin. Adakah sesuatu yang salah?

"Aku juga senang bertemu denganmu," kata Yohan lalu memandang Mahen. "Aku harus pergi sekarang. Kelasku akan segera dimulai." Dia mengecup singkat bibir Mahen sebelum kembali ke mobil.

Mata Renji melebar. Dia merasakan hatinya pecah menjadi beberapa keping. Mereka berciuman. Mungkinkah itu berarti mereka... pacaran?

"Mahen, aku duluan. Ada yang perlu kuurus." Renji lalu bergegas menuju kamar mandi. Setelah sampai dia lalu membasuh muka di westafel dan menatap bayangannya di cermin.

"Hazen..."

"Ya, tuan."

Renji menghela napas. Kenapa Hazen memanggilnya seperti itu lagi?

"Aku udah nggak punya kesempatan, kan?" tanyanya, melirik Hazen.

"Tidak juga."

"Apa maksudmu? Kamu lihat sendiri, Mahen udah punya pacar."

"Segalanya bisa terjadi dalam tiga hari."

_._._

Say hello to Yohan, ayang bebebnya Mahen!

Say hello to Yohan, ayang bebebnya Mahen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Creating Our Own Destiny (hoonsuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang