Hari ini haechan sudah balik ke aktivitas ngampusnya. Nggak masuk seminggu lebih ngebuat dia dihajar habis-habisan sama tugas yang numpuk dan deadline yang mepet.
Sekarang sudah jam makan siang, tapi dia masih ngetik tugas di sela-sela makan siangnya. Setelah nyuapin makanan ke mulutnya, tangannya bakal balik buat menari di atas keyboard.
Gitu terus sampe suara tetangganya ngeinterupsi kegiatannya.
"Udah sembuh lo?"
"Belum." Jawabnya sarkastis tanpa ngeliat si lawan bicara.
"Santai dong bro, nggak inget kemarin lo muntahin gue ha?" Hendery menarik kursi di depannya. Rasanya sudah lama ia tidak membuat Haechan emosi.
Haechan merotasikan matanya. Bro katanya? Sejak kapan ia sedekat itu dengan hendery?
"Bukannya kata pepatah 'buanglah sampah pada tempatnya?'" Kalimat itu berhasil meluncur mulus dari bibir haechan.
Hendery gelengin kepala dengan dramatis. "Wah wah. Lo udah gue rawat sampe sembuh tapi nggak berterimakasih sama sekali ya. Dasar anak muda zaman sekarang."
"Yang ngerawat gue Jeno kalau lo lupa."
"Waktu Jeno nggak ada yang ngerawat siapa? Gue kan?"
"Lo cuma numpang makan sama ngabisin cemilan gue doang kemarin."
"Chan, kalau sakit ga boleh banyak nyemil. Baru sembuh juga ga boleh nyemil, jadi daripada mubazir kan mending buat gue hahahaha."
Lagi dan lagi haechan merotasikan matanya malas. Dia males berdebat, mending dia ngalah aja sama si Hendery buat kali ini.
Tangannya nyodorin buku menu ke arah Hendery. "Pesen aja yang lo mau."
"Ha—"
"Gue yang bayar."
Tatapan bingung Hendery tadi langsung berubah jadi tatapan antusias. Bahkan kayaknya mata si Hendery udah berbinar-binar gara-gara denger mau ditraktir.
Haechan kesurupan dedemit mana nih? Kok tumben-tumbenan mau traktir dia tanpa dipaksa gitu. Dah lah biarin aja, Hendery nggak mau mikirin. Mending dia mikirin mau makan apa sekarang.
Tiba-tiba ide cemerlang melintas di otaknya. Mumpung lagi ditraktir, dia harus manfaatin keadaan.
Dengan semangat dia manggil pelayanan restoran.
"Kak, saya mau pesen makanan sama minuman paling mahal di sini. 1 porsi dimakan di sini, 4 porsinya lagi dibawa pulang." Pesannya penuh semangat. Bahkan giginya kayanya udah kering gara-gara senyum pepsodent dari tadi.
Haechan yang lagi ngetik langsung berhenti waktu denger pesenan Hendery.
"Dia yang bayar." Tutupnya sambil nunjuk Haechan yang masih speechless.
Haechan gabisa berkata apa-apa lagi yorobun. Dia udah terlanjur bilang mau bayarin makan si Hendery.
Gengsi lah si baby bear ini kalau bilang dia nggak jadi bayarin Hendery.
Haechan mau heran tapi ini Hendery :(
Hhh ya sudahlah. Anggap aja ini sedekah.
[•]
Haechan melanin mobilnya waktu ngeliat orang yang dia kenal lagi jongkok depan motornya di pinggir jalan. Orang tadi berkali-kali neken ban belakang motornya yang berwarna merah hitam.
Siapa lagi kalau bukan Hendery dengan Peter.
Haechan turun dari mobil, jalan datengin Hendery. "Motor lo kenapa lagi?"
"Bannya bocor chan. Mana udah jam segini lagi." Hendery ngeliatin jamnya, udah hampir jam 12 malam. Mana ada bengkel yang buka jam segini.
"Lah bukannya kemarin udah gue ganti ya?"
"Lu gantinya pake ban murah sih, makanya ga nyampe sebulan udah bocor lagi."
Haechan jadi emosi dengernya. "Motor lo tuh yang udah butut!"
"Mutur lu tuh yung uduh butut." Ulang Hendery dengan bibir yang dimonyong-monyongkan. Ngebuat haechan kesel setengah mati karena ngerasa di ejek.
"Motor gue masih bagus ya!" Sambungnya sedikit ngegas. Hendery paling anti kalau ada yang bilang motor dia buluk. Ingat, hampir semua uangnya dia investasikan ke motornya ini!
Haechan nendang ban motor Hendery, "Butut ah motornya!"
Langsung saja Hendery memukul-mukul kaki Haechan yang nendang-nendang ban motor dia. "Heh kakinya! Motor mahal nih."
"Huh kukunyu! Mutur muhul nuh." Balas haechan dengan wajah nyinyirnya. Ia langsung menghentikan aksi menendang ban motor Hendery.
"Pulang bareng gue aja mau gak? Mumpung gue baik nih."
"Tapi Peter gimana chan? Masa gue tinggal di sini."
"Nggak bakal ada yang nyuri si Peter. Gue berani jamin."
"Nanti kalau dia kedinginan gimana?"
"Lah terus kenapa? Kan benda mati juga, mana mungkin kedinginan."
"Dia kalau kedinginan suka susah dinyalain chan." Hendery pasang wajah memelas, harap-harap cemas agar Haechan mau bawa si Peter juga.
"Lo beneran ngerawat si Peter gak sih?!" Tuh kan, tuh kan. Haechan emosi lagi.
"Terus maunya gimana? Masa Peter dimasukin ke mobil gue?! Lo kira mobil gue pick up atau truck apa?!"
"Ya terus gima—"
"Tinggalin Peter di sini atau lo pulang jalan kaki sambil geret si Peter?!"
Dan akhirnya, Hendery milih buat jalan kaki sambil dorong Peter sampai apartemen.
TEBECEEEEE
Ensiti drim mau kambekkkkk 😻
Ga sabar buat kambek kali ini! Kayaknya bakal boom banget! Soalnya konsepnya bener-bener menarik dan bagus banget huhuhuhu 😭👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich [Hendery × Haechan]
Fanfiction"Chan, tipe cowok idaman lo yang kayak gimana?" "Nggak muluk-muluk sih, yang penting doi ganteng biar bisa gue pamerin di Instagram dan satu hal lagi yang paling penting.." "??" "Harus kaya."