9

1.5K 228 41
                                    

Lagi-lagi Hendery geleng-geleng kepala waktu inget cerita Jeno tadi. Dia masih nggak nyangka aja Haechan nangis sehisteris dan patah hati segalau itu karena diputusin sama pacarnya.

Iya. Pacarnya.

Pacarnya di roleplayer.

Pemuda asal china tadi aja sempat nggak bisa berkata-kata waktu dengar cerita Jeno. Awalnya dia nggak paham apa itu roleplayer, tapi setelah dijelasin Jeno, dia langsung tepok jidat keras-keras.

Pacaran kok sama yang virtual? Liat bentukan aslinya aja nggak pernah. Cuma modal tampang artis terkenal sama kata-kata manis doang.

Emangnya si Haechan nggak pengen punya pacar beneran apa? Yang bener-bener ada buat dia, kayak Jeno misalnya. Menurutnya, Jeno cocok banget sama Haechan. Soalnya dia bisa ngatasin dan sabar banget sama sikap barbar di gumpalan daging.

Kalau misalnya Hendery yang jadi pacarnya Haechan mah, bisa-bisa baru seminggu pacaran si Haechan sudah dijadiin bakso sama dia.

"Gue beberapa hari ini nggak liat Haechan." Lucas bertanya sambil menyeruput kuah ramyeon miliknya.

Renjun, —sobat karib haechan sekaligus gebetan Lucas menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya. "Haechan masih sakit. Asam lambung, maag sama typus-nya kambuh. Tu anak kalau udah sakit gitu bakal lama sembuhnya."

"Anjir, penyakitnya datengnya kok keroyokan gitu." Komentar Lucas, dia geleng-geleng kepala sendiri.

Sedangkan Hendery sudah nggak kaget lagi. Gimana nggak sakit, makan ramyeon pedas sebanyak itu. Untung aja itu anak nggak usus buntu juga.

Kan gak lucu kalau usus buntu gara-gara galau diputusin pacar gak nyata-nya.

Rencananya sih nanti sore dia mau jengukin Haechan. Walaupun mereka kadang —sering— nggak akur, tapi Hendery tetep berusaha jadi tetangga yang baik. Makanya habis dari kampus dia mau mampir ke toko buah dulu baru pulang.

Ya sekali-kali ngeluarin duit buat tetangga nyebelinnya gak papa lah ya.

[•]

Jeno bukain pintu apartemen buat Hendery. Ternyata pemuda dengan eyesmile itu belum pulang juga daritadi.

"Lo gak balik?" Hendery jalan ke sofa ruang tengah, nyusul Jeno yang sudah duduk duluan di sana.

"Rencananya gue mau balik waktu Renjun atau Jaemin dateng, tapi kebetulan karena kak dery di sini, gue boleh titip Haechan sebentar? Gue mau jemput sepupu di bandara." Pinta Jeno.

Hendery tidak tega juga mau menolaknya. Jeno juga sudah keliatan capek gitu.

"Iya. Lo sekalian istirahat juga di rumah. Jangan ikutan sakit kayak si Haechan.

Jeno berdiri dari duduknya, masih dengan senyum di wajah tegasnya. "Thanks ya kak. Haechan kalau sakit agak sedikit rewel, jadi gue nggak bisa ninggalin dia sendirian."

Hendery mengibaskan tangannya di depan wajah, menyandarkan punggungnya ke bantalan sofa. "Tenang aja Jen, lagian apartemen gue juga hadap-hadapan sama tu bocah."

Jeno cuma senyum buat nanggapin itu, dia jalan ke kamar Haechan buat mastiin kondisi si gumpalan daging di sana. Tangan besarnya mengusap kening Haechan yang terasa panas dengan beberapa bulir keringat jatuh dari sana.

"Bear, Nono pulang dulu. Cepet sembuh ya." Jeno mencuri satu kecupan ringan di bibir hati milik Haechan. Hanya sekedar menempelkan bibir mereka, tidak lebih.

Rich [Hendery × Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang