01

8.4K 991 55
                                    

Haechan terbangun ketika bel apartemennya terus menerus berbunyi. Dengan berat hati ia berjalan ke arah pintu, tidak sabar ingin memaki seseorang yang sudah mengganggu tidurnya.

Dengan tidak santainya Haechan membuka pintu, mendapati sosok tetangganya dengan cengiran lebarnya. Melihat sosok di depannya membuat Haechan merasa semakin kesal saja!

"APA?!" Tanyanya galak. Haechan paling tidak suka diganggu ketika tidur, jadi jangan kaget ketika ia menjadi sangat sangat galak seperti sekarang.

"Ini." Hendery, sosok yang membunyikan bel apartemennya dengan tidak tau diri tadi menyodorkan selembar kertas. Dengan setengah hati Haechan mengambilnya.

"Hendery Express?"

"Iya. Hari ini Hendery Express buka lagi. Jadi kalau lo mau beli apa-apa kasih tau gue aja, buat ongkirnya masih sama kayak yang dulu, kok." Jelas Hendery. Masih tidak sadar kalau sosok di depannya sudah meremat kertas ditangannya dengan gemas.

"KAK! LO BANGUNIN GUE DI JAM 5 PAGI CUMA BUAT INI DOANG?!"

Blamm!

Setelahnya pintu apartemen Haechan tertutup dengan keras tepat di depan wajah Hendery. Jangan lupa dengan selebaran yang terlempar tepat mengenai wajah Hendery.

[•]

"Kak, ngampus bareng siapa?" Tanya Haechan cepat ketika melihat pintu apartemen Hendery terbuka.

Hendery yang sedang mengunci pintu apartemennya melirik Haechan sebentar, "Peter."

"Nah! Bagus! Gue ikut, ya. Anggap aja ini permohonan maaf lo gara-gara ganggu tidur gue tadi pagi."

Awalnya ia ingin berangkat dengan mobilnya sendiri, tetapi ia baru ingat jika mobilnya masih berada di bengkel karena kemarin ia tidak sengaja menabrak pohon ketika sedang parkir di kampus. Lalu ketika ingin menelpon Jeno, pintu di depannya terbuka. Siapa tau saja kan Hendery ingin berangkat bersamanya.

"Ikut yang lain aja, Chan. Gue ga tega kalau ngeliat Peter harus bawa beban berat kayak Lo gitu."

Haechan memelototkan matanya, wajahnya sudah merah padam. Topik berat badan memang sangat sensitif untuk Haechan akhir-akhir ini.

Belum sempat Haechan melontarkan kalimat pedasnya, Hendery lebih dulu tertawa. "Bercanda, Chan. Yok lah ikut gue. Tapi maaf nih ya motor gue ga ada atapnya kayak mobil-mobil doi lo." Ucapnya yang sudah berjalan lebih dulu daripada Haechan.

"Tumben ga pelit." Haechan membenarkan letak tasnya lalu ikut berjalan di belakang Hendery.

"Bukannya pelit, tapi ini namanya bisnis. Pokoknya nanti siang traktir gue makan siang."

"Anjingbabiayamkucinggajahkelincimarmutkoi!" Umpat Haechan.

Sudut bibirnya berkedut kesal. Sudah ia duga, kalau bersama Hendery tidak ada yang namanya gratis.

Haechan semakin yakin kalau dia harus punya suami yang kaya dan tidak pelit seperti Hendery.

Tebeceeee

Rich [Hendery × Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang