Chapter 17 | Balikan With Mantan

168 10 1
                                    

"Bagaimana dengan sekolah kamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana dengan sekolah kamu?"

Minat makan Naga menurun begitu saja. Akan tetapi dia masih memaksa diri untuk mengangkat suapan.

"Seperti biasa."

Naga melahap nasi dan ikan asam manis. Tidak mengunyah rapi, dia membiarkan saja makanan itu langsung turun ke bawah.

"Maksud kamu dengan nilai pas-pasan dan masalah, begitu?"

"Itu saja yang bisa mama lihat?"

"Memangnya apa lagi?" ejek Kathrine. "Geng tidak jelas kamu? Itu bahkan tidak pernah berguna."

"Untuk mama, tapi tidak untuk Naga."

Naga meletakkan sendok dan garpunya. Dia benar-benar tak tahan lagi. Rasa masakan mamanya terlampau kuat.

"Untuk kamu, benar." Katherine tertawa pelan. Ringan dan penuh ejekan. Sinkron pula dengan ekspresi wajahnya. "Zeros hanya membesarkan nama kamu. Sisanya, perkara ekonomi dan masa depan. Apa Zeros memberi jaminan?"

"Apa yang sebenarnya hendak mama katakan?" tanya Naga jengah.

"Jadilah ranking pertama."

"Itu bukan bakat Naga."

"Tidak ada bakat di dunia ini, Naga. Semuanya tentang usaha." Katherine meletakkan sendok dan garpunya. Jari-jarinya yang panjang dan berhiaskan warna merah di kuku itu meraih gelas. "Tenang saja, mama sudah mengatur guru privat terbaik untuk kamu. Beberapa merupakan lulusan universitas ternama di luar negeri."

"Naga gak butuh itu, Ma."

"Kalau begitu dedikasikan waktu kamu untuk belajar. Buktikan dengan hasil ulangan bulan depan, mengerti?"

Naga mengangguk. "Naga mengerti, tapi Naga gak mau. Menang dalam akademik bukan bidang Naga."

"Mama akan menarik semua fasilitas kamu."

"Itu bukan fasilitas dari mama. Itu dari papa."

Katherine meletakkan gelasnya secara perlahan ke meja. Di waktu yang sama amarahnya mulai menggunung. Akan tetapi dia tersenyum tipis alih-alih berteriak atau menghamburkan isi gelas ke wajah Naga.

"Kamu benar. Pria itu yang berjasa untuk menghidupi kamu hingga hari ini. Namun harusnya kamu tidak lupa akan wanita yang melahirkan dan merawat kamu. Bukan begitu, Naga?"

"Maksud mama Naga harus balas budi? God!" Naga terkekeh. Dia lalu mulai menggeleng-gelengkan kepala kanan dan kiri. "Apa memang begini cara seorang wanita berstatus ibu memperlakukan anaknya?"

"Sebentar lagi papa kamu akan lepas tangan. Naga, kamu hanya memiliki mama pada akhirnya."

"Sebentar lagi? Ya, setidaknya Naga masih memiliki waktu."

Naga memundurkan kursinya. Dia lalu berdiri dan meraih ponselnya.

"Masakan mama terlampau lezat. Naga hampir mati karena rasanya. But, thanks for it."

NagaNa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang