Chapter 24 | Zeros vs Neptuns

116 11 0
                                    

Silahkan kunjungi playlist Nagana di Spotify. Gampang kok. Cari aja Nagana Melody, terus dengerin deh. Semoga suka. Happy reading all!
.

Lapangan milik Mentari telah riuh. Hari ini mereka akan mengadakan pertandingan dengan Neptuns selaku tuan rumah. Adapun Zeros adalah lawan undangan.

"Masih sakit?"

Naga menggerak-gerakkan rahangnya. Dia lalu menggeleng begitu tak merasa nyeri seperti semalam.

"Kaki?"

"Enggak."

Naga merebut botol yang dibawa oleh Runa. Dia meneguk sedikit darinya dan mengembalikan.

Dendi dari sisi samping menghampiri. "Ga, serius enggak mau ganti?"

"Gue belum mati, Den. Gak usah lebay."

"Bukan lebay, tapi khawatir." Bagas mengoreksi. "Lebam di muka lo masih terlihat jelas tuh."

"Gue bisa."

Anas mengulurkan headband merah. Naga mengenakannya. Segera tampilan wajahnya terlihat lebih tegas. Tentu juga dengan lebam di mata dan sudut bibir.

"Lo main setengah aja," saran Arka.

Bibir Naga sudah hendak terbuka, tapi Anas buru-buru menyambar. "Gue mah gak peduli lo mati di tengah-tengah permainan, Ga. Gue cuma kasihan sama baby Runa. Nanti dia nangis lagi gara-gara lo."

"Yap." Bagas ikut membenarkan. "Gue gak mau ayang gue nangis karena lo mati."

"Gue enggak akan mati."

Naga lalu masuk lebih jauh ke lapangan. Pemain lainya mengikuti. Mereka memulai pemanasan.

"Naga!"

Datang-datang Inggi langsung berseru ceria. Naga tengah melompat-lompat, tapi sudut matanya memperhatikan ekspresi Inggi.

"Minggir lo!" usir Inggi.

Runa memundurkan tubuh. Dia meletakkan minuman Naga ke bangku, menata lap wajah dan juga kotak P3K.

"Na, sini!"

Lalis melambai dari sisi kanan stadion. Runa menghampirinya dengan mata mengawasi Faye. Perempuan itu tak menunjukkan ekspresi penolakan. Jadilah Runa bergabung.

"Wajah Naga kenapa babak belur, Na? Lagi cosplay jadi orang jelek ya?"

Runa meringis. Mana mungkin Naga mau cosplay menjadi orang jelek. Lagipula apa itu kurang jelas sebagai bukti serangan?

"Bego lo jangan diternakkan, Lis," sela Sana.

"Gue kan cuma nanya."

"Nanya yang logis-logis aja kali."

"Itu logis tahu."

Sana memutar matanya. "Terserah."

Faye mengulurkan satu cup cilok. Itu adalah salah satu camilan kesukaan Runa.

"Buat gue?"

"Iya." Lalis meraih cup tersebut. Dia memindahkannya kemudian ke tangan Runa. "Tadi Faye sengaja beli. Tahu gak? Dia sampai bayar empat kali lipat karena penjualnya belum buka."

Runa tahu pertanyaannya hanya akan membuat Faye marah. Oleh karenanya dia tetap diam. Akan tetapi matanya memeriksa ekspresi Faye. Itu sungguh jutek sekali.

"Thanks, Faye."

Faye tidak menjawab. Dia memaksa pandangannya tetap lurus ke depan. Padahal tidak ada satupun yang dia lihat. Itu hanyalah tindakan asal agar terlihat acuh.

NagaNa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang