Chapter 18 | Penculikan

156 10 0
                                    

"Sweet ih," seru Inggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sweet ih," seru Inggi.

Naga menoleh ke samping. Dia meletakkan dagunya ke atas kepala Inggi.

"Lo enggak dengerin ya?"

Inggi mendongakkan wajah. Naga memberi senyum tipis. Manis, tapi sorot matanya kosong. Itu membuat Inggi menarik kembali pandangnya dengan kesal.

"Gue denger."

Naga menyampirkan anak rambut Inggi ke belakang telinga. "Lo mau cuddle kayak gitu kan?"

"Enggak."

"Jangan ngambek."

"Makanya kalau orang ngomong itu dengerin. Tatap matanya."

"Iya, iya."

Hanya itu saja. Tidak ada inisiatif lanjut dari Naga untuk membujuk. Inggi semakin kesal, tapi dia menahannya mati-matian.

Keluar dari bioskop. Naga menunggu Inggi di tepi dinding. Perempuan itu pergi untuk membeli minuman dingin. Dia enggan ikut, karena malas membelenggu.

Sebuah pesan masuk. Notifikasi suaranya segera mengusik Naga.

08xxxxxxxxxx: Jalan Kenari, gedung bekas di belakang perumahan citra. Tiga puluh menit lo gak datang, orang ini akan gue bunuh.

Sebuah foto melompat ke pandangan Naga. Itu adalah Runa. Dia tengah menatap kamera. Kondisinya dalam keadaan tidur atau mungkin malah pingsan. Belum ada luka, tapi Naga percaya itu bisa saja segera tercipta.

"Nih."

Inggi mengulurkan satu cup cappucino. Naga menyakukan ponselnya.

"Lo bisa pulang sama supir kan?"

Bibir Inggi mengatup rapat. Mereka baru pacaran beberapa jam yang lalu. Tindakan Naga sudah keterlaluan. Namun dia takut untuk marah. Naga bisa saja berujung mencampakkannya.

"Gue ada urusan sama anak-anak Zeros. Sorry ya." Naga maju, dia memeluk tubuh Inggi. Sekejap saja. Dia langsung berbalik dan berlari menembus keramaian.

Naga masih yakin kalau dia sudah melupakan Runa. Dia sudah tidak mau peduli jika perempuan itu hidup atau mati, tapi dia bertanya-tanya sekarang. Kenapa jantungnya tidak terkendali? Degupannya mengalahkan kewarasan. Itu seolah mengisyaratkan dunianya akan runtuh hingga ketakutan pun meluap ke mana-mana.

"Dua puluh detik, kumpul semua di Jalan Kenari."

Naga mengirim pesan suara ke grup inti Zeros. Tanpa menunggu dibaca, dia memakai helmnya. Begitu naik ke motor, Naga memutar gas.

Motor merahnya bergabung di jalanan yang padat. Berkali-kali dia menyalip mobil ataupun truk. Sesekali dia mendapatkan umpatan kasar dari pengendara lain. Itu tidak masuk ke telinga. Fokusnya hanya pada tujuan.

NagaNa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang