Bangsat! Sungguh bangsat! Jiani menahan rasa cemburunya ketika melihat Rose yang kerap kali mencoba menggoda Jimin dan dengan sialannya Jimin menerimanya meskipun hanya akting karena mereka sedang berhadapan dengan klien disana.
Tanpa ia sadari, pria manis bertubuh tinggi tegap menghampirinya sambil membawa segelas cocktail dan memberikan gelas itu padanya.
"Mau minum sesuatu, cantik?" sapanya membuat Jiani terkejut.
Gadis itu memperhatikan pria asing di hadapannya. Ugh! Sangat tampan.
Jiani menerima minuman itu dan tersenyum. "Thanks!"
"Namaku Jungkook, Jeon Jungkook. Kamu?"
"Lee Jiani."
Mereka bersalaman setelah mengenalkan diri satu sama lain. Kedua manusia itu bercerita membahas hal yang sangat random sampai Jiani tidak sadar bahwa Jimin memperhatikan dirinya.
"Oh, ternyata lo kuliah di Seoul University juga? Jurusan apa?" tanya Jiani yang sontak terkejut ketika Jungkook memperlihatkan foto dirinya mengenakan almameter kampusnya.
"Kedokteran udah semester akhir, kalo lo?"
"Wih! Kita sama dong cuma bedanya gue baru aja mau mulai, susah gak sih?"
Jungkook mengelus rambut Jiani gemas. "Susah atau enggaknya itu tergantung lo yang ngejalanin, masing-masing jurusan juga pasti sama, ada susahnya dan ada senangnya. Jadi, apapun yang terjadi lo engga boleh nyerah, okay?"
"Okay!" ujar Jiani semangat, ia tak bisa melepaskan senyuman yang melekat dibibirnya. Entah kenapa ia merasa nyaman di dekat Jungkook.
"Oh iya, kalo boleh tau lo kesini sama sia–"
"Sama gue!"
Belum selesai Jungkook mengeluarkan kalimatnya dengan cepat Jimin memotong pembicaraan dan menarik Jiani ke belakang punggungnya.
"Oh, jadi ini cewek lo?" ujar Jungkook menatap sinis ke arah Jimin seolah mereka sudah lama kenal dan mungkin bisa disebut musuh bubuyutan.
"Kalo iya kenapa? masalah buat lo?" balas Jimin tak kalah sinis.
"Cantik juga... Ohiya, gue lupa, cewek lo kan emang cantik-cantik dan abis itu ditinggal deh."
Jiani ketar-ketir suasana semakin panas, Jimin hampir memukul rahang Jungkook jika saja Jiani tidak menahannya mungkin mereka sudah melemparkan tinjuan satu sama lain.
"Jimin, ayo pergi..." Jiani terus menarik tangan Jimin meski tenaganya kalah dari Jimin.
Cowok bermarga Park itu masih menatap Jungkook dengan tajam dan bengis, kemudian ia beralih menarik tengkuk Jiani dan mencium gadis itu di depan banyak orang bahkan melumatnya lembut.
"Oh my!!! Jadi selama ini dia pacarnya CEO kita? Anjir! Tadi gue sempet sinisin dia di kamar mandi."
"Sama gue juga! Malah tadi dia minta tolong dan gue bentak-bentak."
"Loh, kalo dia pacarnya pak Jimin terus hubungan dia sama Rose gimana?"
"Kesian banget Rose ditinggal."
Jadi begitulah misuh-misuh para karyawan dan para tamu yang hadir diacara kemenangan Jimin.
***
"Udah puas ngobrol sama cowok lain?" ujar Jimin kesal.
Gadis dihadapannya terkekeh geli, ia menangkup pipi Jimin. "Cemburu?"
"Jelas aku cemburu lah! Cowok tadi siapa?" tanya Jimin.
"Kakak tingkat aku di kampus," jawab Jiani sekenanya.
"Oh, kakak tingkat..."
"Iya, kenapa?"
"engga apa-apa cuma tadi keliatan deket banget."
"Emangnya gak boleh ya keliatan deket sama orang lain?"
Jimin mencubit gemas hidung Jiani.
"Boleh, asal engga sama cowok!" ucap Jimin menunjukkan bahwa dirinya benar-benar cemburu dengan Jungkook.
"Loh, kamu sama cewek lain aja aku enggak cemburu kok,"cetus Jiani membuat Jimin mengerucutkan bibirnya gemas.
"kamu engga cemburu, berarti kamu enggak sayang sama aku dong?"
"Enggak!"
"Lee Jia—"
"Bercanda, Jim." Jiani menghentikan Jimin yang hampir aja menyebut lengkap namanya, bukan karena tidak suka tapi jika Jimin sudah menyebut nama lengkapnya berarti cowok itu tengah menahan marahnya.
Mereka berdua sangat menikmati acara semi formal meski tadi sempat ada keributan kecil. Jiani sempat terkejut melihat beberapa karyawan Jimin yang tadinya tidak suka dengannya tiba-tiba saja mengajaknya berbicara bahkan bercanda.
Rose berdiri diam disudut ruangan yang sangat megah, ia mengepalkan tangannya sembari menggigit bawahnya menahan kesal.
"Menyebalkan! Awas saja lo, Jia!"
Gadis berambut blonde itu sangat tidak terima akan kehadiran Lee Jiani, ia bersumpah sangat membenci gadis yang tengah tersenyum bahagia di samping Jimin.
***
Tepat pukul dua malam, mobil Jimin baru saja memasuki perkarangan rumahnya yang sangat luas. Cowok itu memarkirkan mobilnya bersama deretan mobil mahal lainnya.
"Jia, bangun udah sampai." Jimin membangunkan Jiani tertidur pulas karena kecapekan.
Gadis itu mengerjapkan matanya perlahan, namun sangat sulit, matanya sangat berat terasa tidak ingin terbuka. Dia benar-benar sangat mengantuk. Jimin yang melihat hal itu langsung keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah pintu penumpang tempat Jiani terduduk.
Jimin membuka pintunya.
"Kasian banget pacar aku, sini peluk," ucap Jimin lalu merengkuh tubuh Jiani. Jiani membalasnya setengah sadar.
Tanpa ada niatan untuk membangunkan Jiani, Jimin langsung menggendong tubuh mungil gadis itu dan membawanya masuk ke dalam rumah. Jimin bahkan menggantikan baju Jiani dan beres-beres rumah sebentar sebelum ia bergegas tidur.
Ting!
Sebuah pesan masuk di ponsel Jiani.
unknown
tunggu pembalasan gue, Lee Jiani!Jimin mengernyitkan keningnya membaca pesan tersebut. "Siapa sih malam-malam kayak gini ngirim pesan ancaman ke cewek gue?" gerutunya. Tanpa berpikir panjang Jimin menghapus pesan itu agar Jiani tidak melihatnya, karena ia tahu kalau Jiani melihat pesan itu, Jiani akan overthinking seharian dan membuatnya jadi kepikiran.
TO BE CONTINUE!

KAMU SEDANG MEMBACA
Still a Bad Boy
Fanfiction"Mau sampe kapan lo kayak gini terus ke gue, Jimin? Gue capek." Sequel of I Love a Bad Boy [BOOK 2] Copyright ©Rustybreezes, 2021