ROSE?

1.2K 78 25
                                    

Pakaian berserakan di lantai, tempat tidur yang rapih menjadi berantakan karena ulah dua manusia yang tengah bermain panas di atas sana.

"Ahhh gueehh mau keluarshhh..." desah Jiani merasakan sesuatu akan keluar dari bawah sana.

"Keluarin buat gue, Ji. Gue kangen sama cairan lo," ucap Jimin yang masih menghentakkan pinggulnya tanpa henti. Namun kali ini sangat cepat tidak sepelan sebelumnya.

"Ahhh Parkhh Jiminhh!"

Akhirnya cairan itu keluar teramat deras hingga berluberan kemana-mana dan menerembes di kasur Jimin. Cowok itu ikut mendesah merasakan hangat sekaligus lega. Jimin mengeluarkan juniornya perlahan sambil memperhatikan spermanya yang ikut keluar akibat tidak bisa ditampung banyak di dalam sana. Yap! Jimin mengeluarkannya di dalam.

Jiani terdiam memejamkan matanya merasakan kupu-kupu hangat hinggap di dalam perutnya, sial! Dia menginginkan Jimin lagi.

"Tumbuh jadi anak yang baik, ya?" ujar Jimin membuat pipi Jiani merona malu mendengar perkataannya.

"Lo mau punya anak dari gue?" Jiani menatap wajah Jimin yang basah karena keringat permainan panas tadi.

Jimin menoleh dan mengangguk. "Gue mau punya anak dari lo, Ji. Gue mau serius sama lo dan bangun kehidupan baru sama lo."

"Kenapa harus gue? Apa karena lo merasa bersalah aja?"

"Gue lakuin itu karena gue beneran sayang sama lo, Ji."

"Dari awal ketemu?"

Jimin hanya mengangguk sebagai jawabannya. Jiani berdecak kesal dan menjauhkan dirinya dari Jimin yang tengah berbaring di sampingnya.

"Mana ada cowok yang sayang sama cewek terus ngebiarin ceweknya digilir kayak lonte?" sarkas Jiani.

"Bukan gitu maksud gue, Ji." Jimin menarik tangan Jiani lalu memeluk tubuh gadis itu. "Gue dulu emang belum bisa memastikan diri gue, apa gue benar-benar sayang sama lo? Setelah gue lihat temen gue yang sering nidurin lo, gue cemburu, Ji. Gue marah sama diri gue sendiri, kenapa biarin mereka nidurin lo?" lanjutnya.

"Kenapa lo bisa sebrengsek itu, Jim?" tanya Jiani hampir menangis. Ia memeluk erat pinggang Jimin.

Jimin terdiam tak bisa menjawabnya.

"Lo masih gak mau cerita sama gue? Apa harus gue dengar dari orang lain dulu baru lo mau cerita sama gue?"

"Gue belum bisa cerita ke lo, Jia..." Jimin mengelus punggung polos Jiani.

Mereka terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun dan mengakhiri percakapan yang menurut mereka terlalu pribadi hingga sulit untuk bercerita satu sama lain.


Tepat pukul dua belas siang, dua manusia masih terlelap di balik selimut yang hangat menutupi tubuh polosnya. Jiani terbangun ketika ada sesuatu di bawah mengenai miss v nya membuatnya sedikit mendesah.

"Nghh!" Jiani merenggangkan otot-ototnya setelah melepaskan pelukannya dari Jimin. Laki-laki itu masih tertidur lelap seolah tidak ada niatan untuk bangun sedikitpun.

Saat Jiani akan beranjak dari ranjang, tangan kekar melinggar di pinggangnya lalu menarik Jiani untuk kembali berbaring. Jimin memeluk Jiani erat bagaikan guling.

Jiani menepuk pelan lengan Jimin sambil berkata, "Jimin, bangun udah siang."

Cowok itu tidak memperdulikannya, dia hanya ingin berduaan bareng Jiani seharian.

"Jimin, gue mau ke kampus udah telat banget temen gue neleponin mulu nih!" kesal Jiani pada Jimin yang tak kunjung melepaskan pelukannya.

Makin kesal dibuatnya, Jiani melepaskan tangan Jimin secara paksa,

Still a Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang