BAB 5

15.2K 1.4K 39
                                    

"Kakak lelaki layaknya ksatria kedua setelah Papa."

-kata Ayu

Ayudya

"Babe, besok jadi berangkat? Gue nyusul jumat sore ya. Paginya masih ada jadwal poli."

Talita menghubungi tepat saat aku merebahkan tubuh di tempat tidur. Lelah setelah seharian ini berkutat dengan pasien-pasien, aku menjawab sambil memejamkan mata.

"Gue jadinya jalan kamis pagi, sis. Kasian pkm sama RS kalo ditinggal kelamaan."

Aku dan Talita berencana menghadiri event Komunitas Cinta Baca dalam rangka Hari Anak Nasional sabtu besok. Kami memang tergabung dalam komunitas ini sejak kuliah. Kami sering ikut keliling Indonesia saat ada event tertentu. Sangat menyenangkan bertemu dengan banyak orang dengan hobi sama, terutama saat berhubungan dengan anak-anak.

"Bukannya lo mau nemenin bokap peresmian RS? Kamis kan acaranya?"

Ya, Papaku yang seorang surgeon akan membuka sebuah rumah sakit khusus bedah. Setelah sekian lama menjadi dokter bedah, Papa memutuskan akan fokus di satu rumah sakit saja. Mungkin karena usia Papa juga sudah tidak muda lagi, sehingga gampang lelah jika terlalu banyak mobilisasi. Dan kamis besok adalah peresmiannya. Sekaligus pertama kali aku pulang ke rumah setelah enam bulan di sini. Mama dan Papa memang sering ke Bandung untuk menjengukku, sekaligus liburan katanya. Mungkin setelah enam bulan, mereka mulai bosan berlibur di sini sehingga menerorku untuk segera pulang dan peresmian RS Bedah Sabdatama membuatku tidak punya alasan untuk tidak pulang. Papa memang sudah lama merencanakan RS ini, bahkan sebenarnya RS ini disiapkan untuk aku kelola setelah aku selesai internship. Sayangnya ada hal yang di luar rencana.

"Gue datang malem aja deh, pas gala dinner, males lama-lama di sana. " terbayang olehku jika menemani Papa seharian, aku akan mendapat banyak pertanyaan tentang keberadaanku di Bandung saat ini di saat Papaku sendiri membangun rumah sakit di Surabaya. Dan aku malas menjelaskan berulang kali.

"Mm, Yu, Lo udah siap ketemu dia lagi?"

"Well, harusnya udah nggak masalah ya, Ta. Gue nggak mau berantakan lagi."

"Good girl. Udah saatnya lo berdamai. Biar dia tau juga, dia nggak segitu okenya sampe bikin seorang Ayudya terpengaruh."

Aku menghela nafas dalam. "Kenyataannya gue memang terpengaruh, Sis. Sampe mesti ngungsi ke sini. "

"Gue percaya kok, lo cuma butuh waktu. Mungkin dia juga."

"Okey, Sis. Lanjut besok ya, serius ngantuk banget. Good night, Tanita."

"Sleep tight, Ayu."

****

Aku mematut diriku di depan cermin. Dress brukat hitam sederhana bentuk A line dengan panjang selutut ini membungkus tubuhku dengan baik. Aku memasang hairclips di sisi kanan dan kiri rambutku. Tidak lupa heels 7 cm yang sudah aku persiapkan sejak kemarin. Aku tinggal mengambil clutch sewarna gaunku lalu melangkah ke luar hotel.

Aku sudah sampai di hotel tempat gala dinner peresmian RS sejak siang tadi. Papa dan Mama masih berada di rumah sakit untuk mengikuti rangkaian acara yang baru selesai jam 4 sore. Aku memutuskan langsung ke hotel untuk istirahat dan baru akan keluar menjelang dimulainya gala dinner. Aku melirik jam di ponsel, 18.15, masih 45 menit lagi sebelum dimulai. Aku memutuskan menuju kamar Papa dan Mama yang berada di lantai yang sama dengan kamarku.

"Hai, sayang." sapa Mama saat membuka pintu lalu memeluk dan mengecup pipiku. Sedangkan Papa yang sedang duduk di sofa segera menurunkan ponsel dan membalas pelukanku.

Prognosa: Ad BonamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang