Bonchap??

179 21 3
                                    

Hal kemarin sedikit banyaknya membuat hidup Venus berhenti sementara. Semua pekerjaan ia limpahkan semua kepada sekretaris nya.

Mengurung diri dikamar dengan ketukan kecil dibalik pintu setiap kali waktunya makan. Venus terlampau takut menatap mata anaknya yang sering kali berkata dari balik pintu bahwa ia rindu dongeng sebelum tidur yang selalu Venus bacakan sebelumnya katanya.

"Mommy ni mam siang mommy." Ucap Mars dari balik pintu.

Perih hati Venus mendengar mulut kecil anaknya sudah fasih menyebutkan huruf S.

"Mommy diam dikamalnya jangan lama lama ya, Mals mau peluk mommy"

;

Satu tahun berlalu, kehidupan Venus terus berjalan dan mulai menghiraukan segala hal yang telah terjadi padanya. Perasaannya perlahan pulih dengan sendirinya. Venus harus lanjutkan hidupnya seolah kemarin tak pernah ada yang terjadi, seolah ia dan Jeffrey hanya hidup dalam memory yang harus cepat-cepat ia kubur dalam-dalam.

Apa lagi dengan Mars yang entahlah mungkin punya trauma tersendiri dalam hatinya namun bertingkah seolah baik-baik saja. Venus paham betul perubahan sikap dari anak satu-satunya itu, menjadi lebih pendiam, posesif yang berlebih padanya, dan cenderung lebih senang sendiri. Venus mengerti hal kemarin memang cukup ekstrim untuk terjadi pada anak seumur Mars.

Banyak hal Venus sudah lakukan untuk membuat Mars yang lama kembali. Pindah ke Singapura untuk beberapa waktu, mengunjungi orang tuanya di Roma dan menetap sebentar disana, termasuk menyingkirkan satu per satu barang-barang pemberian dari Jeffrey untuk Mars di kamar bayi kecilnya itu tanpa sepengetahuan si pemilik. Tenang saja, Venus tidak membuangnya, ia hanya menyimpan barang-barang itu di suatu tempat. Karena Venus yakin, akan ada saat dimana semua hanya akan menjadi sebuah cerita, dan  mungkin suatu saat Mars ingin membuka kembali lembar cerita lama dalam ingatannya, bahwa ia pernah dihadirkan tuhan manusia luar biasa seperti Jeffrey. Tapi untuk sekarang Venus ingin yang terbaik untuk putranya, pertumbuhan mental dan fisik Mars yang paling utama untuk dirinya.

Jadi, Venus ingin sedikit demi sedikit Mars melupakan sosok Jeffrey, sosok Daddy yang pernah menjadi favorit anaknya. Karena Venus dan Jeffrey sepakat bahwa ia, Jeffrey dan Mars tidak akan bertemu lagi dalam unsur kesengajaan, sekalipun Mars sendiri yang meminta atau sekalipun anak semata wayangnya menangis meronta. Karena sejatinya mereka bertiga sudah hidup di beda cerita.

;

Hari Senin di siang lewat pukul 12, Venus berlari kecil kearah berlawanan dengan anak-anak yang juga berlari ke arah orang tua mereka. Hari ini Venus menepati janjinya pekan kemarin untuk menjemput Mars disekolah, membatalkan sebuah pertemuan di jam makan siang dengan beberapa klien lalu berlari memesan taksi karena pasti akan terlambat jika harus mengambil mobil dulu. Venus tidak ingin membuat anaknya menunggu lama.

Matanya mencari anak laki-laki dengan ransel merah dengan garis biru, ditengah-tengah puluhan anak yang keluar bersamaan dengan seragam yang sama, tapi dari arah kanan ada yang menepuk pelan kakinya, "loh? Kok dari arah sana? Mommy tadi tanyain Mars ke Miss Laras katanya Mars samperin Miss Sovie buat minta bintang karena udah jawab pertanyaan, tapi kata Miss Sovie Mars gak ada nyamperin Miss Sovie." Jelas Venus pada anaknya.

Mars melipat tangannya di dada, "aduhhh mommy ini celewet sekali."

"Heh kok sama mommynya kayak gitu?"

"Ya mommy sih, Mals kan sudah besar, Mals sudah SD tau, Mals bukan anak kecil lagi."

Venus tertawa geli mendengar anaknya yang tingginya baru semeter lebih sepuluh senti itu mendeklarasikan bahwa dia bukan anak kecil, "iya deh yang sudah besar mommynya kalah deh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Venus✨ | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang