4. last paragraph

963 141 3
                                    

Venus mengaduk-ngaduk kopi dalam cangkir miliknya, tak berniat menyesapnya sedikitpun. Memesan kopi adalah caranya mengalihkan perhatian dalam keadaan seperti ini. Canggung.
Kedua manusia itu tak mengeluarkan sepatah kata pun sejak mereka bertemu.

niat Venus berbicara pun sepertinya sudah hilang ketika sorot mata Jeffrey terarah padanyanya.

"Bisa langsung bicara saja? Kenapa kamu tertarik menjadi model V&M? Saya rasa kamu cukup hebat untuk menjadi model dari brand yang lebih terkenal dari V&M. Kamu mata-matai saya? Mau apa kamu?"

Ini gue di wawancara apa gimana sih?

"Ga usah terlalu formal Ven, santai aja. Aku masih sama seperti dulu."

Mata bulat Venus berkedip-kedip menatap Jeffrey yang tengah tersenyum ke arahnya.

Ga. ga bisa. "Kita sedang berbicara tentang pekerjaan. Menyangkut karir kamu dan juga karir saya, saya berusaha bersikap profesional mengenyampingkan semua hal-hal diluar pekerjaan saya. Jadi kamu bisa diajak bekerja sama dengan profesional kan?"

Kalau bisa dibandingkan, ini sama sekali bukan Venus-nya Jeffrey yang dulu ia kenal. Gadis manis, ceria dengan tawa mengiringi setiap langkahnya itu bukan lagi diri Venus yang sekarang. Pandangan matanya tajam, duduknya tegap, bahkan dia hanya berbicara seperlunya. Venus berubah 180 derajat.

"Oke. Jadi saya beserta tim saya ingin mengajukan saya sendiri Jeffrey Magdana sebagai model musim ini. Sudah menjadi rahasia umum, semua model berlomba-lomba menjadi model utama V&M termasuk saya."
Akhirnya Jeffrey menyeruput kopinya yang mungkin saja sudah tidak lagi panas,
"Jika anda berkenan kita bisa membuat jadwal untuk membicarakan kontrak? Bagaimana? dan iya, maaf jika saya tidak membawa manager saya, dia sedang ada keperluan, mungkin pertemuan ini sedikit tidak profesional karna saya tidak membawa manager dan anda juga tidak membawa tim anda, tapi ya sudah, kepalang basah."

Venus mengangguk sedikit menghiraukan beberap kata yang tak perlu ia jawab. Toh tidak membawa Doyoung juga karena ini sudah jam pulang kantor dan arah pulang Venus searah dengan tempat ini, "oke, sekretaris saya akan meng-kondisikan jadwal saya. Tapi saya tidak yakin akan terjadi dalam waktu dekat"

"Sudah selesai? Oke kalau begitu kita bicara non-formal bisa?"

"Tidak perlu. Karena ini sudah selesai. Jadi saya permisi terimakasih." Venus mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Belum selesai." ucapan Jeffrey membuat Venus berhenti bergerak, "saya pikir, kamu bahkan cerita kita masih belum selesai." Venus kembali duduk dan menatap Jeffrey seakan meminta penjelasan atas apa yang barusan diucapkan.

"Bahkan aku atau kamu tidak pernah mengucapkan kata akhir Venus."

"Lalu apa yang kamu harapkan? Kembali?" Venus menggeleng dan membuat duduknya menjadi lebih nyaman, memandang lawan bicaranya dengan tatapan yang sulit diartikan, "engga Jeff. saya pikir, paragraf akhir dari cerita 6 tahun lalu itu membuat cerita kita selesai untuk membuat cerita baru, dibuku baru, dan itu masing-masing."

"Lalu apa alasan kamu tidak ingin kembali hemm? Kita masih sama-sama sendiri dan aku yakin kamu masih punya perasaan yang sama. Aku sangat yakin jika Aphrodite bisa kembali berpihak."

"Seyakin apa kamu jika saya masih sendiri?—"

Baru saja ingin melanjutkan ucapannya, Venus mendapatkan satu panggilan telepon di ponselnya, "Ada apa Ana?"

"Mommy? Tenapa pulangna lama? Muffin cocat punya Mals ada kan mommy?"

Venus tersenyum hangat mendengar kata-kata anaknya. Kosa kata Mars terus bertambah seiring ia tumbuh, pipinya pun kini sudah semakin gemuk, membuat Venus terus merasa bersalah karena terlalu sibuk di kantor dan melewatkan banyak momen tumbuh kembang anaknya.

"Iya sayang, mommy baru keluar dari kantor. Ini mommy lagi beli muffin coklat nya Mars, tunggu ehmm... Sekitar setengah jam? Mars bisa nunggu Mommy?" Ucapan lembut Venus membuat pupil mata Jeffrey membesar.

Apa katanya?
Mommy?
Mars?
Muffin coklat?

Venus menutup teleponnya, beralih tatap memanggil satu pelayan cafe yang tengah berdiri dimeja kasir, "Mba? Muffin coklat 1 kotak, dengan extra krim coklat diatasnya." pesannya sambil memasukan ponsel miliknya kedalam tas.

"Jika memang aku dan kamu masih menyimpan perasaan lama yang seharusnya sudah lama hilang, itu salah Jeff, baik aku atau kamu seharusnya sudah melupakan itu."

"1 kotak muffin coklat dengan extra krim coklat atas nama Venus."  panggil pelayan.

"Aphrodite tidak lagi bisa berpihak Jeff–"
"—saya sudah punya anak. Permisi."

Jeffrey tidak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu sudah sangat pintar sekali berbicara yang membuat lawan bicaranya diam tak berkutik. Yang bisa Jeffrey lakukan sekarang adalah menatap, iya hanya menatap wanita yang kini tengah membayar pesanan muffin milik anaknya itu.

Punggung wanita itu perlahan hilang dari pandangan Jeffrey, "Mau kita lari sekuat apapun, kita berdua ga sadar kalau kita sebenarnya masih jalan ditempat Ven."

"Aku dan kamu masih punya perasaan yang sama terlepas apapun status kamu sekarang."

;

"Doy lo ga bilang kalo bos lo Venus."

Doyoung merenyit heran apaan si ini orang malem malem nelepon dan ngomel-ngomel ngomongin bosnya,
"Ya terus? Lo juga kan ga pernah nanya namanya, Sueb!"

"Kan gue bilang dia anak keluarga Alatra, anak keluarga Alatra yang cewek cuma 3 Sueb, nih ya, yang pertama Hera, paling gede udah nikah noh tinggal di Italia. Yang kedua Athena lagi pendidikan S3 di Amerika. Nah yang terakhir ya bos gue."

"Doy lu inget kan gue pernah cerita tentang perempuan yang namanya kaya Dewi Romawi? Nama planet itu? Yang nama lain dari Dewi Aphrodite, inget kan? Itu Venus Doy mantan gue."

"Aduh gue ga inget tentang kisah mitologi lo itu Jeff, lagian lo ga usah halu deh. Gue tau bos gue cantik tapi masa iya tipenya cowok kaya lo."

Venus✨ | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang