16. Tessa?

603 85 2
                                    

Tatapan menghakimi didapati keluarga Louis. Mahendra, Deana juga Brian hadir malam ini Herma juga Athena pun ikut menyertai Venus.

Herma menyesap wine cheval blanc dalam gelas, rasa manis dan dominasi rasa kecut (plis aku gatau rasa wine gimana >.<) memenuhi indera pengecapnya, "pilihan yang bagus, pengetahuan kalian tentang wine memang tak perlu diragukan"

Laki-laki berjanggut itu mengusap mulutnya dengan serbet lalu menatap cucu perempuan yang sedang menundukkan kepalanya sedari makan malam dimulai. Tangannya terulur memegang tangan cucunya, melepas cincin yang telah melingkar selama satu tahun itu dari jemari cantik Venus, tak ada perlawanan apapun dari Venus.

Tangan kekar dengan urat yang menonjol tajam mengepal kuat dibawah meja, dadanya membusung dengan tatapan yang tak lepas dari tunangan yang kini berubah status menjadi mantannya itu. Brian bahkan tak diberi kesempatan untuk bicara sedari tadi lalu memutuskan untuk pergi lebih dulu menghindari meledaknya emosi ditempat yang sudah keluarganya pesan sejak tiga hari yang lalu.

Bohong jika Venus tak sedih, berakhirnya hubungannya dengan Brian cukup membuat dadanya sesak. Walaupun Venus tak terlalu menganggap serius hubungannya dengan Brian, tapi kisah mereka berjalan tanpa adanya paksaan. Keduanya saling jatuh cinta tanpa tahu latar belakang masing masing. Bermula karena tertukar koper saat dibandara membuat mereka bertemu dan menjalin hubungan semakin dekat.

Tapi kini cerita Venus dan Brian selesai, tak akan ada lagi sesuatu yang terpaksakan, tak ada lagi sandiwara Venus setiap kali hadir di acara makan bersama dengan keluarga Louis. Tapi yang jelas adalah esok pagi berita tentang keluarganya akan jadi trending topik yang hangat dan patut dibicarakan masyarakat.

;

Hari mulai gelap, jarum jam yang melingkar ditangan kirinya menunjukan waktu jam enam sore itu artinya dia dan lelaki dihadapannya harus segera kembali ke hotel untuk beristirahat sebelum besok akan dihajar habis-habisan oleh jadwal yang menumpuk.

Satu cangkir kopi rasanya tak cukup untuk menemani mereka berdua yang tengah menonton kendaraan berlalu lalang. Memilih tempat seperti ini memang sangat pas untuk sejenak bersantai. Memutuskan untuk meminum kopi mereka di meja luar cafe sambil menikmati angin bercampur polusi sebab duduk dipinggir jalan.

Besok pemotretan akan dimulai, memajukan jadwal yang telah diatur karna satu dan lain hal memaksa mereka untuk mengatur ulang rencana.

Sebenarnya mereka tidak membuat janji untuk minum kopi bersama. Awalnya Jeffrey yang keluar hotel sebab katanya ingin mencari angin segar diluar malah melihat Venus yang sedang duduk sendiri menunggu pesanannya datang. Jadilah mereka duduk bersama sekedar minum kopi dan sedikit mengobrol tentang rencana pemotretan besok.

"Impian terbesarmu apa Ven?"

Venus sedikit terkejut karena tanpa aba-aba Jeffrey bertanya hal semacam itu, "impian terbesarku?" Ulang Venus.

Jeffrey mengangguk, "impian terbesarku bahagia" Venus tertawa setelahnya sebab wajah Jeffrey yang terlihat aneh sekarang.

"Manusia itu hanya butuh bahagia Jeff, mau mimpi setinggi langit pun kalau ga bahagia ya untuk apa? percuma, karna sebenarnya dalam impian itu ada sumber bahagianya 'kan?"

"Menurutku, bahagia itu gak bisa dihitung dari seberapa besar pencapaiannya, tapi berapa banyak luka dan sakit yang didapat ketika mengejarnya"

Jeffrey mengangguk, "ingin tahu impian terbesarku?"

"Ehm, apa impian terbesarmu?"

"Ada disini."

"Ada disini karena jadi modelnya V&M? Astaga kamu ternyata cukup ambisius ya?" Venus tertawa lalu meminum kopinya yang hampir habis.

"Bukan. Impian terbesarku ada disini, duduk dan minum kopi denganmu."

Venus terbatuk karena terkejut ucapan Jeffrey, saling menatap beberapa saat hingga sadar ketika hujan turun yang memaksa mereka untuk masuk ke cafe sebelum basah kuyup.

"Kamu bawa mobil?" Tanya Jeffrey pada Venus yang tengah menguncir rambut panjangnya.

"Jarak dari hotel ke sini bahkan tidak memakan waktu lima menit kenapa harus pakai mobil?" Tanya Venus balik.

Jeffrey melepas jaketnya lalu memberikannya pada Venus, klasik sih memang tapi bagaimana lagi kalau tidak begini dia akan basah kuyup kehujanan, kalau suasana romantis itu hanya bonus.

"Pakai ini." Jeffrey melampirkan jaket miliknya ke bahu Venus.

"Menunduk sedikit."

"Hah?"

"Menunduk sedikit." Titah Venus ulang. Jeffrey menurut menundukkan tubuhnya hingga kini sejajar dengan tubuh mungil Venus. Setelahnya, Venus melampirkan jaket Jeffrey untuk menutupi kepala mereka berdua.

"Kalau bisa untuk berdua, kenapa harus sendiri?" Venus menggeser tubuhnya hingga kini tak ada lagi jarak diantara mereka

;

Matahari Hawaii hari ini sedang bekerjasama dengan baik sepertinya, terik matahari yang pas, deburan ombak yang tak terlalu kencang dan pasir putih yang lembut terlihat begitu sempurna apalagi dengan Jeffrey yang kini sedang bergaya di depan kamera.

Satu mobil merah tanpa atap berhenti tepat disebrang, satu persatu kaki sang pengemudi turun menampakan kaki jenjang seorang wanita cantik yang kini sedang berjalan ke arah area pemotretan dengan membawa beberapa paper bag ditangannya.

Tessa? Gadis itu sedang apa disini? Pikir Venus.

Venus yang baru saja membeli ice cream untuk Mars mengerutkan halis, memilih mempercepat langkahnya dengan ice cream yang baru saja ia beli hampir mencair terkena sinar matahari.

"Loh mbak Venus?" Ucap wanita itu ketika melihat Venus baru saja duduk dikursi lipat miliknya dengan namanya sendiri tertulis disandarannya.

Jeffrey yang tengah dirapihkan riasannya seketika berubah mimik wajahnya ketika mendengar Tessa yang katanya datang untuk menemuinya ternyata mengenal Venus.

"Kebalik dong Tessa, harusnya mbak yang kaget, kamu kenapa bisa disini?"

"Aku... nyamperin Jeffrey."

"Adek mbak udah gede yaaa udah tau mana cowok ganteng." timpal Venus dengan sedikit tawa.

Gadis 23 tahun itu tersenyum lebar lalu bergelayut manja di lengan ramping Venus, "Ehehe mbak, pemotretannya sampai jam berapa?"

"Gatau deh, sana tanya fotografer nya"

"Ih mbak masa ga tau, kan mbak yang punya"

"Kan bukan mbak yang foto Tessa sayang"

Baru saja Tessa membuka mulut ingin bertanya lagi, Doyoung malah memanggil Venus dari kejauhan.

"Apa Doy?"

"Mbak Tessa ngapain ke sini?" Tanya nya dengan nada panik.

"Ya mana saya tau Doy, sana tanya sendiri"

"Ya mana saya tau Doy, sana tanya sendiri"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Venus✨ | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang