10. When i meet you

763 109 2
                                    

Tangis kencang makhluk kecil itu mengiringi suka cita atas lahirnya ia ke dunia. Matanya perlahan terbuka mengedip berkali-kali, merasa asing ketika untuk pertama kalinya matanya menangkap cahaya yang amat terang. Sepertinya akan sangat menyenangkan hidup di dunia yang penuh akan hal-hal unik pikirnya.

Tapi ia kini kedinginan, air yang membasuh tubuh mungilnya tak bertahan lama suhu hangatnya. Tak banyak yang bisa dilakukannya, ia hanya bisa menangis kencang seolah berbicara pada manusia manusia itu agar mengerti apa maunya.

Ia ingin didekap, ia ingin kehangatan, tapi apa yang ia dapatkan? Hanya kotak kecil seukuran tubuhnya yang mereka sebut inkubator. Bukan, bukan ini maunya, ia ingin tubuh ibunya sendiri yang menghangatkannya bukan benda seperti ini.

Tapi mereka bilang wanita yang disebut ibunya itu tak menginginkannya. Mereka bilang dia adalah hasil dari sebuah kesalahan. Tapi lagi-lagi ia tak bisa berbuat apapun, bahkan hatinya pun belum cukup sempurna untuk pertama kalinya mendapat kejahatan dunia. Ia tak tahu apapun, bahkan ia tak meminta untuk lahir ke dunia, tapi mengapa dunia sudah sejahat ini? Bahkan kulitnya pun masih sangat rapuh untuk mendapat sebuah goresan luka.

;

"Pasiennya kabur." ucap seorang perawat dengan wajah paniknya.

Security berlarian kesana kemari untuk mencari pasien wanita yang katanya kabur setelah perawat menemukan tempat tidurnya kosong dan cairan infus yang bercucuran ke lantai.

Tak mungkin kecepatan gerak security kalah dengan kecepatan lari ibu yang baru saja melahirkan. Tapi sumpah, jejaknya bagai terhapus permanen oleh angin, ia tak ditemukan disudut manapun rumah sakit.

"Ada apa? Kok pada lari-lari?"

Dengan tenangnya wanita dengan jas putih itu menjawab, "Pasien yang baru aja melahirkan kabur."

Berbeda dengan satunya yang terlihat terkejut bukan main, "Hah kok bisa?!" 

"Udah biasa Ven, anak muda. Kayak ga tau jaman sekarang aja."

Loana, seorang dokter muda teman sepermainan Venus itu sendiri yang menangani kelahiran anak laki-laki yang malang itu. Wanita muda berambut merah itu datang siang tadi mengeluh sakit diperutnya. Ketubannya sudah pecah dan bayinya siap dilahirkan, jika saja si ibu telat beberapa menit, nyawa keduanya akan terancam. Umur dan juga rahim yang masih sangat rapuh itu menjadi faktor utama yang membahayakan nyawa mereka.

Untung saja tangan terampil Loana biasa menangani kasus seperti ini. Ia bisa menyelamatkan keduanya. Bayi laki-laki yang sangat sehat dan juga ibunya.

"Tapi dia bawa anaknya kan?"

"Itu dia Ven, itu dia masalahnya dia ga bawa bayinya dan ga bayar biaya persalinannya."

Ini tak masuk akal bagi Venus. Bagaimana bisa seorang ibu meninggalkan bayinya yang baru lahir seorang diri bahkan tanpa diberi nama? Kenapa tuhan bisa-bisanya menciptakan manusia se-jahat itu?

Tapi masih ada satu hal yang Venus syukuri, ibu dari bayinya tidak bertindak lebih bodoh dari ini. Membunuh bayi sebelum lahir kedunia itu adalah tindakan paling jahat atau membuang bayi yang baru lahir ditempat yang tidak pantas. Untungnya si ibu memilih tempat dimana ada tangan tangan baik hati yang dapat memberikan jutaan cinta bagi anaknya.

"Terus bayinya... Gimana?"

"Yaaaa kemungkinan besar dia akan diserahkan kepada lembaga sosial— udah ah kok jadi cerita bayi sih. Gimana Italia? Seru? Ajakin gue kesana dong kali-kali. Gimana kalo sekarang kita ke mall? Ayo belanja bareng!"

"Anterin gue buat liat bayinya bisa Na?"

;

"Lo serius mau adopsi bayinya? Ven jangan bercanda ini bayi manusia bukan boneka."

Jari telunjuk Venus di genggam erat tangan mungil itu, bibir Venus tak henti-hentinya tersenyum kagum akan pahatan sempurna ciptaan sang maha kuasa.

"Na, gue sama sekali ga bercanda. Gue jatuh cinta sama dia, matanya, bibirnya. Gue jatuh cinta Na."

Tangan Loana terulur mengusap lengan Venus, "Ven menjadi seorang ibu itu ga gampang. Itu pekerjaan seumur hidup, Lo tau? Apalagi lo masih belum menikah apa kata orang nanti— "

"— Satu lagi, ingat latar belakang lo Ven. Lo mau nama baik keluarga lo tercoreng, hanya karna tindakan gegabah lo ini?"

"Na, menjadi seorang ibu itu ga bisa ditentukan oleh status pernikahan dan latar belakang seperti yang lo bilang tadi. Status ibu itu akan bersandang pada setiap wanita yang dapat berjuang melahirkannya, memberinya cinta dan juga kasih sayang pada anaknya. Meskipun gue ga melahirkan dia, tapi gue masih bisa ngasih kasih sayang dan cinta buat dia."

Loana mengembuskan nafasnya. Dia menyerah, mau jutaan kata yang ia lontarkan pun tetap Venus akan menang dalam hal berbicara.

"Lo yakin?"

Venus mengangguk, "gue yakin seyakin-yakinnya. Biar gue telepon pengacara gue untuk secepatnya ngurusin hak asuh dia." mata Venus beralih pada manik bening nan indah itu, kedipannya membuat Venus tak kuasa menahan bahagianya.

Venus tak pernah melahirkan. Tapi Venus sudah pernah dan akan terus mendapatkan cinta dari seorang putra.

"Halo sayang? Ini mommy. Hari ini, detik ini kamu bayi kecilku, aku beri kamu nama..."



"Mars."

Venus✨ | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang