6. Daddy?

982 120 5
                                    

"Doyoung?" Panggil Venus dengan nada suara yang seakan, tidak enak(?)

"Ya Bu?"

"Saya boleh titip Mars sebentar? Eyangnya Mars meminta saya untuk membeli kue kering untuk acara keluarga nanti malam tapi saya ga bisa bawa Mars. Gimana boleh?"

Dan untung saja laki-laki itu memang tengah bersantai dengan kopi dan beberapa keping biskuit yang selalu tersedia di pantry kantor, karna tugasnya yang hari ini tak seperti biasanya, menumpuk dan menuntut matanya terjaga sampai larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali. Hari ini pekerjaan Doyoung dapat diselesaikan setengah hari, tadinya kalau dapat izin dari Venus, Doyoung ingin pulang lebih awal untuk mengajak kekasihnya berkencan. Tapi niatnya tertunda.

Doyoung sedikit kaget. Memang menitipkan Mars padanya bukan hal baru tapi, kemana Ana? Biasanya Ana selalu mendampingi Mars, "boleh bu, tapi memangnya Ana kemana?"

"Ana sedang minta cuti 3 hari jadi ya.. saya sendiri yang jaga Mars. Maaf ya Doyoung saya merepotkan—Mars sama om Doyoung dulu ok? Mommy mau beli pesenan Eyang, Mars mau titip apa?"

Anak itu menatap Venus lamat-lamat seolah berpikir kue jenis apa yang sedang ingin ia makan siang ini, "ehmm... Mals mauk mini pao cocat Mommy!"

Venus mengangguk mengusap rambut anaknya sambil tertawa, "Doyoung titip ya."

"Siap Bu!— sini Mars sama om!" Ajaknya sambil mengacungkan biskuit isi krim coklat ke arah Mars berniat menarik perhatian anak laki-laki itu.

Mars berlari ke arah Doyoung yang tak jauh darinya, Mars tipe anak yang tidak mudah rewel dan mudah berbaur dengan orang baru, makanya Venus minta pada Ana dan beberapa penjaga untuk menjaga betul anaknya takut-takut ada orang jahat yang ingin menculik Mars kalau lengah dari pengawasan. Apalagi persaingan diluar sana sangat panas.

"Pinter banget anak bos gue!" Gumam Doyoung yang gagal karena ternyata anak bosnya itu mendengar.
"Bos tu apa om?"

"Bos itu mommynya Mars." jawab Doyoung sekenanya. Sepengetahuan Doyoung, anak ini sangat kritis dia akan terus bertanya perihal suatu kata atau istilah yang baru saja ia dengar. Jadi ya, Doyoung sebisa mungkin menjawab dengan sesederhana mungkin dan mudah dimengerti. Daripada dia sendiri bingung kalau kalau Mars bertanya hal yang ia sulit artikan— ntar aja sama emaknya lanjutin acara tanya jawabnya.

Mars mengangguk seolah mendapat ilmu baru dan kosa kata baru untuk ia gunakan "oohh mommy Boss. Om Mals mau ke taman mauk liat itan belenang."

"Ok siap meluncur!" Doyoung sih nurut-nurut saja walaupun sedang banyak pekerjaan, kalau anak bos-nya ini minta Doyoung loncat dari lantai 56 pun Doyoung sepakati asal Mars lapor hal-hal baik saat dia bersama Doyoung pada ibunya. Lumayan bonus menjaga Mars setara dengan gajinya 2 bulan.

"Doy!"

"Psst psst"

"Doyoung!"

Mata sipit Doyoung memperhatikan Mars yang tengah mengobok-obok kolam ikan. Sesekali melihat sekeliling mencari siapa yang sedari tadi memanggilnya dengan berbisik-bisik. Tapi tidak ada orang selain dirinya dan Mars, masa taman kantor berhantu?

Tapi matanya terarah pada air mancur samping rumput tinggi ditengah taman, kok bentuknya aneh ya?

"Jupri! Ngapain lu disitu?!"

Jeffrey keluar dari persembunyiannya tertawa ringan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, "gabut Doy gue."

"Gabut? Gabut lo bilang? Lo tau, orang yang bisa masuk ke kawasan kantor itu cuma orang-orang berkepentingan. Bukan orang sembarang."

Jeffrey mengangkat halisnya sebelah "jadi lo bilang gue orang sembarangan? Lo ga tau kalo gue sup-"

"Super model internasional" potong Doyoung sambil menirukan cara bicara Jeffrey, "bosen gue lu ngomong kaya gitu. Inget, diatas langit masih ada langit, diatas muka lo ada muka gue." lanjutnya dengan nada ketus namun terkesan meledek.

"Om Mals bole bawak pulang itan yang walna led? Mals mauk pihala di kulium lumah." Mars berlari menghampiri Doyoung yang masih bercengkrama dengan... dengan siapa ya itu?— pikir Mars sambil terus membawa jaring ikan miliknya yang selalu disimpan di gudang kantor, karna Mars suka sekali dengan ikan ikan yang ada di kantor ibunya.

"Boleh! Nanti bilang om Ganjar buat tangkepin ikannya ya?"

"Ih bocah sapa tuh? Lu punya anak ga bilang-bilang gue lu Doy."

"Sembarangan lo! Ini— "

"Daddy?"

Doyoung yang mendengar itu langsung mensejajarkan tubuhnya dengan Mars, menatap anak itu dengan tatapan memohon, "Mars sayang, ini bukan Daddy. Masa iya Daddy nya Mars macem ginian. Nanti kalo dia jadi daddynya Mars om yang paling ga setuju!" Ucap Doyoung dengan nada bercanda.

Mars?
Mars?! Venus?
Ini anak Venus?

Jeffrey menatap lekat Mars dengan kedua bola matanya. Kelopak matanya seolah kehilangan kekuatan untuk berkedip sekalipun. Tiba-tiba kakinya bagai tak memiliki tulang, lemas bahkan mungkin sebentar lagi kakinya tak kuat menopang bobot tubuhnya.

Mata itu,
Lesung pipi?
Bibirnya?

Siapa sebenarnya Mars ini? Siapa ayahnya?

"Ini butan Daddy?" Ucapan Mars menyadarkan Jeffrey dari lamunannya, "Tapi Mals bole pandil dia Daddy?" Lanjutnya.

"Ga bo— "

"Boleh dong sayang! Panggil om Daddy aja!" Ucap Jeffrey semangat.

;

"Mommy! Tadi ada daddy!" Mars bercerita sambil memeluk ibunya menunggu kantuk yang seolah hilang setelah dipeluk mommynya.

"Daddy? Oohh Daddy Jeje?" Tebak Venus. Daddy Jeje adalah panggilan Mars untuk adik mommynya. Venus memiliki adik laki-laki, Zeus Margo Alatra. Hanya memiliki jarak umur 3 tahun dengan Venus, memegang kantor cabang di Singapura membuatnya jarang untuk pulang atau bahkan sekedar memberi kabar. Tapi Zeus belum memberi kabar jika dia memang pulang tadi siang, laki-laki itu selalu absen dalam acara keluarga. Jadi siapa Daddy yang dimaksud Mars?

"Butan mommy! Itu Daddy yang puna ini sama taya Nas!" Mars menunjuk pipinya memberi lihat mommynya lesung pipi miliknya.

Bukan Jeffrey kan??

***

"Boleh dong sayang! panggil om Daddy aja!" - Jeffrey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh dong sayang! panggil om Daddy aja!"
- Jeffrey

Venus✨ | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang