Cieelahhh yang nunggu sequel awoggaowgagg
Nganuu bestiewww nih buat kalian yang sangat kepo dengan kisah alfathan, aku baikloh udah buatin kalian sequel sesuai permintaan reader tercintahhh.
— Happy reading bestieww —
<><><><><><>
Laki-laki berjas dokter itu tengah merapikan mejanya karena dia akan pulang ke rumah. Malam sudah larut tentu dia juga butuh istirahat, menjadi direktur atau pemilik rumah sakit ini sekaligus dokternya, itu membuat dirinya kewalahan, untung saja ada sahabatnya namanya Saka Agrifa dion, sahabat dari alfathan dan nouval.
"Lo langsung pulang bos?" tanya saka.
"He'em gue juga butuh istirahat"
Saka mengangguk "Okedeh, oh iya tadi temen lu yang dosen itu nelfon ke kantor, cuma lonya tadi masih sibuk jadi dia bilang juga nanti aja telfon lo pribadi"
Alfathan mengangguk "Yaudah gue pulang, semangat jaga malemnya"
Saka mengangguk "Hati-hati bos"
Alfathan membalasnya dengan jempol, lalu membuka pintu ruangannya, dan membuka jas dokternya, lalu ia sampirkan di lengannya.
Alfathan menjadi dokter bukannya permintaan orang tuanya, tetapi murni keinginan dan cita-cita, lalu memiliki rumah sakit sendiri, ini bukanlah hal yang mudah baginya, meminjam modal ke papinya juga hal yang sangat sulit waktu itu, bukan tentang cepat atau lama dapatnya, tetapi tentang bagaimana alfathan mengembalikannya.
Bahkan hutang modalnya masih di papinya, yang setiap bulan ia setor, papinya sudah bilang jangan di ganti tetapi apalah daya raka, anaknya itu sangat pemaksa, alfathan bersikukuh untuk mengganti modal dari papinya yang dia pinjam itu.
Saat sampai di apartemen miliknya yang dekat dengan salah satu kampus di sana, alfathan langsung merebahkan dirinya di sofa, tanpa membuka sepatu maupun dasinya, sungguh hari ini adalah hari yang melelahkan baginya.
"Papi pasti marah, karena gue engga nelfon-nelfon ke rumah hari ini" lirihnya.
Dia mengeluarkan handphonenya yang merk ip itu, lalu menelfon ke rumah. Walau sudah malam sekali tetapi dia harus menelfon kerumah, dari pada besok dia mendapatkan usiran dari papinya dan malah di omeli habis-habisan.
Baru saja telefon itu tersambung terdengar ocehan dari sang pemilik handphone.
"Lupa rumah kamu, atau gimana? Sekalian al jangan telfon deh, gaperluu jangann malahhh, udah berapa kali sih papi bilang?, telfon kasi kabar walau cuma bisa 1 menit atau 2 menit, yang penting kita tahu kamu baik-baik aja atau gimana" oceh papinya.
Alfathan bangkit dari sofanya lalu memijat keningnya, nahkan apa dia bilang papinya pasti akan mengomelinya "Iyaa pi maaf, tadi alfathan sibuk banget"
"Alasan! Kamu lupa kan punya papi sama mami?!"
"Iyaa alfathan lupa ta—"
"Anak kurang ajarr!! Bisa-bisanya ya kamu lupain mami sama papi, kamu lupa dulu papi aja yang cebokin kamu? Nepuk-nepuk pantat kamu yang tepos itu?! Lupa hah?!" astagaaa papinya ini kenapa musti di ungkit-ungkit sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Mr. Lecturer?
Teen FictionKisah Cinta yang rumit, Alfathan laki-laki berumur 29 tahun, dengan mahasiswinya sendiri yang berumur 24 tahun yang sedang mengejar skripsi, Alfathan bukan hanya dosen, dia juga seorang Dokter. Siapa saja pasti terpesona saat melihat pesona seorang...