Seri cerita 1

738 75 0
                                    

Selamat tinggal semuanya.

"Bangun!!! Kim Dokja!!!!"
Salah satu teman akrabnya mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan kasar dan tak sabaran.

Tak ada gunanya kau melakukan itu.
Terima saja, mungkin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi, Yoo Joonghyuk.

"Eugh!! Kim Dokja!!!"

Sayangnya kau tak bisa mendengar ataupun melihatku ya...
Hatimu sepertinya sangat kacau.
Jika saja ada cara untuk membuatmu berhenti meratap...

Yoo Joonghyuk menjauh dari tubuh teman akrabnya dan terkejut begitu matanya melihat ke atas.

Oh? Kau bisa melihatku?!

Raut muka Yoo Joonghyuk langsung berang.

Aku tak bisa berbuat apa-apa, jadi berhentilah marah.

Yoo Joonghyuk menatap ke tubuh yang tergelatak itu dan kembali menatap ke atas, lebih tepatnya ke jiwa pemilik tubuh tersebut.

Apa? Kau tak boleh protes!
Karena tugasku sudah selesai,
kau harus terus menjalani hidupmu.

"Sompret."
Kata tak menyenangkan keluar dari mulut Yoo Joonghyuk berupa gumaman tak jelas yang entah ditujukan kepada siapa.

Astaga!
Waktuku disini sudah mencapai batasnya.
Kalau begitu... Selamat tinggal!

Yoo Joonghyuk mengepalkan tinju karena geramnya dengan ketidakmampuannya mencegah orang yang satu-satunya paling penting baginya pergi untuk selama-lamanya.

·
·
·
·
·
·

Cahaya menyilaukan menyambut penglihatan Kim Dokja setelah sebelumnya dia tidak berada di mana-mana.

Auch! Betapa menyakitkannya!

Kim Dokja mencoba berulang kali mengedip-ngedipkan matanya sekaligus membiasakan matanya menerima cahaya.

Woah... Sangat cantik..!
Baru pertama kali aku melihat pemandangan yang setidak nyata ini!

Dengan teliti matanya mengamati sekelilingnya, mulai dari benda terbesar hingga benda terkecil, tak ada yang terlewat.

" §•√μ‰₹№‽ "

Suara bayi siapa itu?

" Πμ₹#≈ "

Oh! Pantas saja terdengar sangat dekat.. ternyata dari suaraku sendiri····
Tunggu dulu!? Kenapa aku jadi bayi?

"Sangat imut!!!!"
Pekikan menahan gemas tiba-tiba terdengar.

"Jangan berisik!
Kau bisa membuat adikku terbangun!"
Larangan tegas tapi dengan volume suara yang pelan terdengar dari samping.

"Tceh. Asal kau tau ya. Dia itu adikku juga."

"Kau cuma sanak fiktif."

"Biarpun begitu, aku juga temanmu."

Suara mereka berdua ini tidak seperti suara anak laki-laki.
Barangkali memang anak perempuan?????

"Tahun depan aku bakal masuk sekolah loh. Bagaimana denganmu?"

"Tentu saja aku juga bakal masuk sekolah. Kau pikir apa rupanya?"

"Sekolah di rumah."

"Itu akan sangat membosankan!"

"Kau lebih mudah fokus kalau sekolahnya di rumah."

"Aku ingin punya banyak teman!
Aku ingin bermain!
Aku ingin melakukan segala hal yang aku mau!"

"Dasar loba."

"Selagi masih anak-anak sebaiknya dipuas-puasin masa bermainnya."

"Bukan hanya bermain,
belajar dan hal-hal penting buat masa depan juga harus dilakukan."

"Kau tidak asyik.
Aku harap Dokja tidak seperti kau."

Hei, kalian berdua itu masih balita.
Topik pembicaraan kalian sangat acak.
Bermainlah sesuai usia kalian, tak perlu membahas masalah rumit begitu.

" ဪ§ရ∅၏φς#δሥጭ "

"Lihat! Adikmu saja setuju denganku."

"Eh, kau jangan mengada-ngada!"

Kalian cekcok terus. Apa tak capek?

♦27 April 2022♦
♦(27-04-2022)♦

i don't wanna be a villainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang