00. Dibedakan

887 62 1
                                    


Mungkin untuk anak seusia Jevano, dibedakan oleh kedua orangtuanya sudah menjadi kebiasaannya sehari hari, bahkan ia lebih memilih memendam rasa iri kepada kakak nya yang selalu di jadikan nomor satu oleh orangtuanya.

Jevano adalah sosok yang cenderung pendiam sejak kecil, bahkan tak sedikit pun banyak yang menjauhi Jevano karena tidak suka dengan sikap diam Jevano, Jevano mempunyai satu keinginan ketika ia menginjak usia empat belas tahun, bisa di bilang mungkin ini hal yang sepele bagi semua orang, karena semua orang sudah pasti mendapatkan hal ini, satu keinginan Jevano adalah.... "Disayang seperti anak anak yang lain" hanya itu keinginan yang Jevano mau, sangat kecil keinginannya bahkan semua orang tua pun bisa mengabulkan permintaan anak nya, tapi tidak untuk Jevano.

Terkadang Jevano selalu ingin berada di posisi kakaknya, disayang, dipeluk, dan di banggakan di depan keluarga besarnya, namun apa daya Jevano yang bodoh ini apa ia bisa mendapatkan itu semua? kita lihat saja nanti.

Kadang Jevano selalu ingin menyalahkan takdir karena tidak memperlakukan adil antara ia dan kakaknya, tapi apa? ini semua sudah terjadi dan Jevano hanya bisa menerima takdir sebagai anak yang tidak di pandang oleh keluarga nya sendiri.

"Emangnya salah ya meminta satu permintaan?" ucap Jevano di dalam hati.

Hari hari Jevano dipenuhi dengan pemandangan yang sangat Jevano inginkan jika bersama kedua orang tuanya, setiap pulang sekolah ia selalu melihat kedua orang tuanya duduk di antara Marka di samping kanan dan kirinya, dan berakhiran ia harus terbiasa dengan keadaan seperti ini, toh juga ia sudah menerima keadaan saat ini meski dengan perasaan yang penuh rasa iri.

Kegiatan keluarga pada umumnya di pagi hari adalah melakukan sarapan pagi bersama dengan anggota keluarga yang lainnya, hal ini juga di lakukan di dalam keluarga Jaendra, setiap pagi mereka memang selalu melakukan sarapan pagi bersama.

Bahkan ketika mereka sedang asyik mengobrol sambil menikmati sarapan paginya disitu lah salah satu dari mereka di lupakan, yaitu Jevano ia hanya bisa melihat kakak dan kedua orangtuanya asik mengobrol, jauh di lubuk hati Jevano ia sangat ingin bergabung dengan apa yang mereka obrolkan saat ini, namun nihil ia hanya bisa menyaksikan ketiga orang di depannya ini tanpa harus membuka suara.

Mungkin anak anak pada umumnya setelah sarapan pagi mereka akan meminta sesuatu pada orangtuanya sebelum berangkat ke sekolah entah itu uang jajan atau bekal?. Ya Jevano juga menginginkan hal itu, Jevano tidak mengharapkan uang jajan dari orangtuanya ia hanya ingin di bawakan bekal oleh ibu nya.

"Bun, Marka bawa bekal hari ini ya?" Ucap Marka di sela aktivitas sarapan nya.

"Iya sayang, Bunda siapin ya bekal nya" Balas Alicya seraya mengusap rambut putra sulungnya.

Setelah dirasa ada kesempatan Jevano pun beralih bertanya kepada ibu nya "Bun, Jevano juga mau minta bekal kaya kak Marka boleh?"

"Bikin sendiri aja sana jangan manja jadi anak!!" Ucap Alicya yang sedang fokus menyiapkan makanan untuk Marka.

"Tapi kak Marka-" Ucapan Jevano terpotong karena Alicya menyela perkataan Jevano.

"Jevano!!! Bunda sudah bilang kan kalau kamu mau bekal bikin saja sendiri, jangan nyusahin Bunda terus!!".

Lagi lagi Jevano hanya bisa menunduk dan terdiam mendengar tuturan yang di ucap oleh bundanya.

Bahkan ketika berangkat ke sekolah Jaendra hanya mengantar Marka saja, sementara Jevano pergi sekolah menggunakan sepeda, hal itu tidak membuat Jevano gentar, yang ia pikirkan hanya fokus belajar agar bunda dan ayah nya menghargai jerih payahnya.

Dari kecil Jevano memang selalu mendapatkan hal hal yang tidak seharusnya di dapatkan oleh anak seusia nya dulu, seperti di pukul di bentak dan sebagainya, bisa di bilang Jevano sudah mempunyai mental yang buruk sejak kecil.

[Jevano Dan Impiannya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang