❥12. Jasmine [NaoIchi]

156 19 2
                                    

Starmiya's Note:

Ya ampun, udah lama aku gak lanjutin buku ini. Masih ada yang baca kah? Sampai lupa, ngabulin yang request. Maaf, ya. 😭

•••

Punya banyak teman.

Itu adalah keinginan seorang Ichigo Hoshimiya. Gadis periang, yang melakukan apa saja untuk mendapatkan banyak teman. Ichigo suka menjalin pertemanan, dan membenci permusuhan. Oleh sebab itu, jika terjadi perdebatan, Ichigo lebih suka mengalah dibanding melawan.

Selain senang menjalin hubungan pertemanan, Ichigo juga rajin membantu orang lain. Banyak orang yang senang dengan sikap gemar membantu Ichigo. Karena mereka bisa memanfaatkan Ichigo, untuk meminta bantuan. Seperti saat ini, murid-murid di kelas Ichigo, meminta gadis itu untuk mengantarkan buku paket ke perpustakaan.

Jika saja, buku paket itu tak banyak dan tak berat. Mungkin Ichigo tak akan kesusahan, atau merasa keberatan. Pada akhirnya, Ichigo malah setuju mengangkat belasan buku paket menuju perpustakaan. Walaupun tinggi tumpukan buku paket itu, menghalangi arah pandangnya. Ichigo tetap tersenyum, berusaha untuk tidak mengeluh.

Itu sebelum, Ichigo menginjak tali sepatunya sendiri. Spontan, gadis itu langsung terjatuh bersamaan dengan kumpulan buku yang dia pegang. Ichigo berdecak, merutuki kecerobohannya.

"Kau menuruti perintah dari teman-teman palsumu itu lagi?" celetuk murid bermata tajam, dengan seragam kusut.

Namanya Naoto Suzukawa. Murid yang terkenal suka membuat onar, dan selalu bolos sekolah. Selain nakal, Naoto juga dikenal sebagai murid paling menyebalkan. Namun, anehnya banyak gadis yang malah menyukai tipe murid seperti Naoto.

"Mereka hanya meminta bantuanku," jawab Ichigo sembari merapikan buku-buku yang terjatuh.

Naoto berdecak, dia kemudian menginjak buku yang akan dibawa Ichigo. Spontan, Ichigo mendongakkan wajah ke atas. Dia mengerutkan kening, kemudian memberitahu Naoto, "Jangan menginjak buku pelajaran Naoto. Itu tidak baik. "

Perkataan Ichigo sederhana, tapi Naoto langsung berjongkok ikut merapikan buku-buku yang dibawa Ichigo. Melihat Naoto mau ikut membantunya, Ichigo akhirnya tersenyum manis. Dia menjulurkan tangan di depan Naoto. Lebih tepatnya menunggu Naoto memindahkan buku ke tangannya.

"Tidak perlu, biar kubantu bawakan, " kata Naoto.

Ichigo sudah senang, seorang anak pembuat onar seperti Naoto mau membantunya. Namun, sudut bibir Ichigo langsung turun ke bawah. Naoto tiba-tiba berteriak ke arah salah satu teman sekelas Ichigo. Dia memerintah, "Dasar makhluk pengangguran tak tahu diri!"

"Bagaimana bisa kalian menyuruh Ichigo mengantarkan buku seorang diri? Apa kalian pikir, Ichigo bisa membawanya?"

"Bagaimana jika jemari mungil Ichigoku terluka? " bentak Naoto.

Setelah Naoto berteriak, semua siswa langsung membantu Naoto membawa buku ke perpustakaan. Ichigo mengeluarkan napas panjang, dia tak habis pikir dengan pikiran Naoto. "Kau tak seharusnya menyuruh mereka, karena aku memang berniat membantu. "

Naoto menyilangkan tangan di depan dada. Dia memperingati Ichigo, "Mereka saja boleh menyuruh-nyuruhmu. Kenapa aku tak bisa menyuruh mereka juga?"

"Tapi aku tak keberatan, " balas Ichigo.

Naoto berdecih, "Mereka juga harus tak keberatan. "

"Naoto!"

"Apa?!"

Kesabaran Naoto habis. Dia lelah, memperhatikan Ichigo yang terlalu baik hati. Tak bisakah Ichigo mementingkan dirinya sendiri? Naoto memberitahu, "Ichigo, aku tahu kau itu sangat baik."

"Tapi jangan terlalu baik juga, sampai orang-orang itu selalu memanfaatkanmu. "

"Jika kau tak bisa melakukan pekerjaan yang mereka minta, jangan diterima!" peringat Naoto.

Ichigo mengangguk menuruti perkataan Naoto."Maaf."

"Jangan meminta maaf padaku juga Ichigo!" peringat Naoto.

"Baiklah, " balas Ichigo.

Naoto mengeluarkan napas panjang lagi dan lagi. Dia menepuk jidat, kemudian berucap, "Ichigo, tak bisakah kau melawan ucapanku? Bela lah dirimu sendiri! Jangan cuma menurut saja."

Ichigo tersenyum, dia melangkah menuju kelas sembari menatap langit biru. Ichigo berkata, "Sebelum aku bisa mempunyai banyak uang dan kekuasaan, aku harus tetap menunduk dan menurut. Kecuali jika aku difitnah."

Naoto ikut berjalan di samping Ichigo. Dia tersenyum nakal, sembari melirik ke sampingnya. Tepat di sisi Naoto, terdapat gadis bertubuh mungil dengan senyuman yang terus terlukis di wajahnya. Ichigo jarang mengeluh, meskipun dia dimanfaatkan tapi Ichigo tetap hidup nyaman. Seolah-olah, dirinya tak mempunyai beban. Oleh karena itu, dengan memandang wajah tenang Ichigo, Naoto sudah merasakan kedamaian.

Satu pertanyaan muncul dibenak Naoto, "Aku curiga, jika aku memintamu mencium pipiku, kau pasti akan melakukannya."

"Tentu saja," balas Ichigo.

Naoto tertawa kecil, mendengar ucapan Ichigo. Dia kemudian berhenti berjalan ketika Ichigo menawarkan, "Kau ingin aku cium?"

"Ti ... dak lah!" jawab Naoto.

Ichigo menganggukkan kepala. "Oke. Tak akan aku cium. "

Mendengar jawaban Ichigo, Naoto langsung mengubah jawabannya, "Aku mau! Aku mau! Tapi tidak sekarang. "

Ichigo berhenti berjalan, dia memutar arah jalannya menuju ke belakang. Senyum manisnya masih terlihat, dia kemudian berjinjit mendongakkan wajah ke arah Naoto."Kenapa?"

Naoto melirik ke sekeliling, dia melihat banyak murid yang memperhatikan keduanya. Jelas saja, Naoto menolak Ichigo. "Di sini banyak ora---"

"Tutup matamu, " pinta Ichigo.

Ketika hati dan otak tak bisa diajak bekerja sama. Otak Naoto meminta untuk memperhatikan sekitar. Sementara hatinya langsung menuruti perkataan Ichigo, hanya dalam waktu satu detik saja. Naoto menutup kelopak matanya, bersamaan dengan napas Ichigo yang terasa di pipinya.

Pikiran Naoto sudah melayang terbang jauh. Dia memikirkan sesuatu yang lembut menyentuh bibir, meskipun pada akhirnya dia malah merasakan jari jemari Ichigo sedikit menekan area di bawah alis. Ichigo berkata, "Di sini merah, apa kau baru saja memakai eyeshadow?"

Seketika, otak Naoto teringat pada sang kakak yang kemarin menjailinya. Dia berdecak, kemudian memberitahu, "Tampaknya warna itu adalah sisa dari make up yang kakakku pakaikan."

"Oh."

Naoto sudah berharap, tapi Ichigo tak mengabulkan keinginannya. Dia akhirnya tertawa renyah, sebelum merasakan bibir Ichigo mendarat di pipinya. Tubuh Naoto mematung, tak bisa bereaksi apa pun. Napasnya dia tahan, sedangkan jantungnya terus berdetak kencang. Dia tak bisa berpikir apa-apa, karena Ichigo terkikik kemudian kabur melarikan diri.

Untuk pertama kalinya dari sejarah, seorang Naoto Suzukawa tak bisa melawan lagi.

•••

AIKATSU ONESHOT 𓆩✩𓆪 ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang