Malam itu terasa dingin bagi Izumi. Entah cuaca atau hatinya hanya saja dia merasa hampa jauh di lubuk hatinya. Semilir angin masuk lewat celah jendela yang terbuka.
Sedangkan Izumi fokus mendengar suara seseorang di sebrang telepon. Tatapannya mengarah keluar jendela yang sengaja ia buka.
"Apa yang akan kau lakukan Izumi?"
"Entahlah! Memangnya aku harus apa setelah mengetahui hubungan mereka berakhir. Lagipula dia sebentar lagi akan menikah dengan adik ipar ku." sahut Izumi malas menyadarkan tubuhnya pada sisi jendela.
"Memberi pelajaran suamimu mungkin."
"Akan aku lakukan jika mereka masih berkencan."
Orang disebrang telepon terkekeh tidak menyangka dengan jawaban santai itu. Padahal dia sudah mengharapkan perang dunia ketiga atau kesekian kalinya. Apapun itulah yang dia inginkan hanyalah keributan.
"Ku tutup teleponnya atau kau ingin menyapa suamiku?" goda Izumi yang dibalas dengusan orang itu.
"Tidak terimakasih!"
Suara sambungan terputus memenuhi pendengaran Izumi. Helaan napas terdengar kemudian, helaan yang terdengar berat seolah dia memikul dunia dan seluruh isinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Itachi memasuki kamar mendapati Izumi menghela dalam.
"Hanya lelah. Aku juga kesulitan tidur setiap malamnya membuatku frustasi."
Sekarang giliran Itachi yang menghela napas. Tidak bisa di pungkiri Izumi akhir-akhir ini mengalami insomnia. Entah apa penyebabnya obat tidur yang diminumnya tidak memberi pengaruh karena Izumi akan terlelap sejenak lalu bangun dan terjaga hingga pagi.
"Besok datanglah ke rumah sakit, mungkin dokter bisa memberi solusi."
"Kau mau mengantarku?" tanya Izumi penuh harap.
"Tentu. Apa yang tidak untuk istriku ini huh?" seru Itachi seraya melingkarkan tangannya pada perut Izumi.
Izumi diam tidak merespon godaan suaminya. Ia bukan orang bodoh yang tidak tahu Itachi sedang menginginkannya. Jujur dia sedang tidak mood bermesraan dengan suaminya.
"Ada yang ingin ku bicarakan." seru Itachi membalikkan tubuh Izumi.
"Apa?"
"Apa kau masih menginginkan seorang anak?"
Raut terkejut tidak bisa Izumi sembunyikan lagi. Dia tidak salah dengarkan kenapa tiba-tiba sekali. Sesaat Izumi terkekeh begitu menyadari alasan mengapa Itachi menyinggung anak dengannya.
"Seberapa pun aku menginginkannya jika kau tidak mau untuk apa. Lagi pula hidup berdua seperti ini tidak terlalu buruk." ujar Izumi santai.
Menginginkan anak setelah putus dengan selingkuhan mu bukankah lucu?. Yang ada anak itu akan terluka begitu tahu ayahnya tukang selingkuh.
"Jadi kau berubah pikiran?!"
"Bukan berubah pikiran, aku tidak ingin kecewa lagi. Dulu kau selalu menolak soal anak lalu tiba-tiba membahasnya. Apa sekarang kau sudah muak ditanya orang-orang tentang anak heh?!"
Tatapan sinis Izumi layangkan pada Itachi membuat laki-laki itu menghela napas. Sadar tidak sadar dia lah penyebab Izumi seperti ini. Wanita mana yang tidak stress jika bertemu orang-orang selalu ditanya soal anak setelah bertahun-tahun menikah.
"Maafkan aku. Tapi kali ini aku serius Izumi, kita bisa merencanakannya dari sekarang. Sungguh jika kau menginginkannya kau bisa mendapatkannya Izumi."
'Bugh!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
RomanceSebuah drama dan intrik kehidupan. Cinta, persahabatan yang diwarnai penghianatan. Cinta tak harus memiliki hanyalah omong kosong. Aku tidak sekuat itu merelakan laki-laki yang kucintai untuk orang lain. ~ Sakura Lalu bagaimana denganku? asal dia ba...