6

1K 160 366
                                    

#HAPPY READING GUYS

     Waktu Ebra untuk melihat Ara kurang dari satu bulan lagi. ya, Ebra sudah memutuskan untuk melanjutkan studinya di Harvard sampai S2.

Dia tidak boleh egois, Ebra harus memastikan kehidupannya untuk kedepannya nanti harus lebih sukses dibandingkan dengan Tama.

Namun saat ini, Ebra cuma mau menghabiskan waktu lebih banyak lagi dengan Ara gadis kecilnya.

Sebentar lagi, arloji yang melingkar di tangan kiri Ebra akan menunjukkan angka tujuh. disinilah Ebra berada sekarang! tepatnya di mansion keluarga Ara.

Ebra datang dengan tujuan untuk menepati janjinya kepada Ara.

TING TONG, TING TONG.

Dua kali Ebra memencet bel, akhirnya pintu utama dibuka oleh seorang maid.

"Siapa Bik?" Tanya wanita paruh baya, namun masih terlihat begitu cantik yang tiba-tiba muncul dihadapannya, Ebra perkirakan wanita itu seumuran dengan Mommynya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, teman barunya Radit ya?" Tapi kok kayak ngak asing ya! ujar Maria dalam hati.

Belum sempat Ebra menjawab, Maria sudah terlebih dahulu mengeluarkan suaranya lagi.

"Silakan masuk, jangan sungkan sungkan ya, anggap saja rumah sendiri." Ujar Maria dengan senyuman dan raut muka yang berbinar.

Sekarang Ebra sudah tahu, dari mana asal usul sifat kecerewetan gadis kecilnya, dan ternyata! itu turunan sifat dari Mommynya.

"Ara ada Tante?"

"Hah Ara?" Kaget Maria.

Ebra tersenyum melihat reaksi Maria, Ebra sangat yakin bahwa Maria tidak mengenal siapa yang berada disebelahnya, tepatnya belum menyadarinya.

"Ada, kamu temannya Ara?"

"Iya."

Sebenarnya Ebra ingin sekali menjawab bahwa dia adalah calon pacarnya Ara, namun itu semua dia urungkan, karena Ebra tidak mau melihat wanita paruh baya yang berada disampingnya semakin kaget.

"Hah, jadi kamu masih SD?" Tanya Maria kaget, bahkan ke-dua bola matanya ikut melotot.

"Bukan Tante! Saya sudah kelas tiga SMA," ujar Ebra dengan serius. sebenarnya dia ingin sekali tertawa, namun Ebra harus menahannya sekuat mungkin, karena dia tidak mau namanya tercoreng dari calon menantu idaman.

Rasanya mulut Maria gatal sekali ingin menanyakan ini itu kepada Ebra, tetapi dia urungkan semua pertanyaannya, karena pasti keluarganya sudah menunggu lama di meja makan.

"Tante tahu, kamu pasti belum makan malam kan? jadi kita makan malam dulu ya." Ebra mengangguk sebagai jawabannya.

Ebra tersenyum, saat melihat Ara yang sudah duduk didepan meja makan. dari kejauhan sudah terlihat, sepertinya gadis kecil itu sedang bercerita kepada lelaki paruh baya yang berada didepannya.

"Kak Ebra," ujar Ara dengan antusias saat melihat Ebra memasuki area meja makan.

Jika Ara begitu senang melihat kehadiran Ebra, lain halnya dengan Radit, dari raut mukanya sudah sangat terlihat jelas sepertinya lelaki itu masih kesal kepadanya.

Namun Ebra tidak mau memikirkan itu, karena pikirannya sudah terpenuhi dengan Ara gadis kecilnya.

"Ebra," ujar lelaki paruh baya, yang Ebra perkirakan seumuran dengan Daddynya.

"Iya Dad, itu Kak Ebra yang Ara ceritain tadi!"

"Ayo kesini Kak, duduk di samping Ara," suruh Ara sambil tersenyum.

MR. JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang