Penjelasan I

3.1K 598 32
                                    

Yang mau baca Rindu Askara fullpart tersedia e-book dan pdf di Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang mau baca Rindu Askara fullpart tersedia e-book dan pdf di Karyakarsa ya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ikutin juga kisahnya Tara-Ara-Barat di on going Bukan Pengganti yang akan rutin up (di usahakan 😁)

Happy Reading semuanya

"Aku juga menunggu penjelasan darimu, Rey. Aku tidak menyangka jika selama ini kau mengkhianatiku!"

Kepalaku berdenyut nyeri, aku kira hariku yang panjang penuh penderitaan sudah berakhir, nyatanya tidak, kedatangan Askara dengan matanya yang memerah dan kedua tangannya yang terkepal menunjukkan jika mungkin aku tidak akan tidur malam ini.

Aku sudah bisa menebak cepat atau lambat Askara akan menemukanku, tapi tidak aku sangka jika dia akan datang secepat ini.

Berbeda denganku yang jantungku mungkin sudah merosot sampai lambung, Reyhan yang sudah melepaskan pelukannya dariku hanya memandang diam kepada sahabatnya. Semua ucapannya tentang Askara beberapa saat lalu kepadaku mendadak terlupakan, karena aku khawatir dengan apa yang terjadi.
Aku sudah cukup mengenal bagaimana Askara, melihat gestur tubuhnya sekarang, aku takut dengan kenekatan yang akan dia lakukan. Nafasnya yang terengah dengan pandangan mata yang nyalang menunjukkan betapa marahnya Askara sekarang, dan dalam balutan seragamnya yang dahulu membuatku jatuh cinta berulangkali, Askara nampak begitu gahar dan mengerikan. Penampilannya sangat kontras dengan Reyhan yang necis khas seorang bisnisman yang lebih banyak menghabiskan waktunya di ruangan berpendingin udara.

"Baik, kita mulai darimana?"

Aku tergugu di tempat, benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa Reyhan setenang itu di saat Askara sudah lebih mirip gunung berapi sekarang ini. Dan seperti dugaanku sebelumnya, aku terlampau mengenal bagaimana Askara, dia begitu buruk dalam mengontrol emosinya, sampai akhirnya sebuah pukulan keras melayang ke wajah Reyhan tanpa ampun.

"Ya, Tuhan!" Pekikku yang keras terdengar lirih karena dua pria yang ada di hadapanku kini bergulat tanpa ampun, pukulan demi pukulan di sertai umpatan keluar dari bibir Askara untuk Reyhan.

"Kenapa lu khianatin gue, Brengsek!" Entah untuk keberapa kalinya tangan Askara melayang, kali ini saking kerasnya pukulannya membuat darah mengucur dengan deras dari hidung Reyhan membasahi kemejanya yang putih.

"Askara, udah!" Aku berusaha menyeruak, ingin memisahkan mereka berdua, namun sayangnya jangankan mendekati mereka, Askara yang baru saja melayangkan tangannya pada Reyhan kini mendadak tersungkur karena Reyhan menendangnya.

"Gue nolong lo, Goblok!" Bukan hanya menendang, kini dengan beringas Reyhan menduduki Askara, memukul wajah Askara berulangkali seperti orang kesetanan membalas pukulan Askara sebelumnya.

"Ya Tuhan, kalian ini ngapain, sih!" Aku berusaha menarik Reyhan, jika seperti ini Askara bisa mati karena di duduki orang sejangkung Reyhan, namun sayangnya aku lupa, Askara adalah pria dengan kekuatan tiga kali lipat orang normal, merasakan sedikit kelengahan Reyhan karena aku menariknya, kini Askara mendorong Reyhan dan berbalik menjadikan Reyhan bulan-bulanan kembali.

"Nolong dengan cara ngawinin Pacar gue? Setan emang lo!"

"Terus gue harus gimana? Biarin pacar lo mati? Atau biarin anak lo mati dan pacar lo jadi gila? Jawab gue, Tolol!"

Aku terpaku di tempat, sudah tidak berusaha lagi memisahkan dua sahabat tersebut yang sedang saling bunuh, wajah mereka sudah tidak karuan dengan luka di beberapa bagian, keduanya sama buruk, namun kemeja Reyhan yang terkoyak membuatnya nampak mengenaskan.

"Harusnya lo bilang ke gue! Nggak perlu jadi pahlawan kesiangan."

Tawa sumbang terdengar dari Reyhan di sela bersitan hidungnya yang mengucurkan darah, walau Reyhan sudah nyaris seperti korban amuk masa, nyatanya Askara masih bernafsu menorehkan pukulannya pada Reyhan lagi.

"Gimana lo mau nyelametin Rindu Ka, kalau buat nyelametin diri lo sendiri dari perjodohan yang Nyokap lo atur saja lo nggak becus! Lo cuma jago ngawinin anak orang, tapi lo terlalu drama buat bisa nyelesaiin masalah! Harusnya lo terimakasih sama gue, buat nyelesaiin masalah lo gue korbanin banyak hal."

Aku tahu Reyhan berjasa banyak untukku, apa yang dia ucapkan barusan pun tidak ada yang salah, semuanya benar, berkat dirinya harga diriku terselamatkan dan Gavin memiliki status, namun entah kenapa luka yang terlalu banyak tertoreh di hatiku membuatku merasa apa yang di ucapkan Reyhan seperti membuka setiap lembar kesalahan yang membuatnya terjebak dalam kesusahan.

Dosaku membuat Reyhan terseret dan kesulitan. Dan kini sekian lama berlalu, kini aku merasa di telanjangi dengan semua kesalahanku. Aku merasa Reyhan secara tidak langsung mengatakan jika aku adalah beban untuknya.

Dengan tubuh yang mulai limbung dan pikiranku yang kembali kacau, aku meraih selang panjang yang biasa Aku gunakan untuk menyiram tanaman, aku sudah tidak peduli lagi jika dua sahabat tersebut saling membunuh, asalkan dua orang tersebut lenyap dari hadapanku. Tanpa ragu aku menyiram dua orang tersebut tanpa ampun, tidak peduli mereka berteriak-teriak gelagapan karena air yang mengucur deras aku terus menyemprot mereka hingga mereka memisahkan diri.

Akhirnya, setelah mereka saling bunuh dan saling memaki dengan diriku sebagai topik utama, mereka sadar dengan hadirku. Kedua pria dengan wajah yang sudah tidak berwujud tersebut menatapku dengan nafas tersengal, hal yang aku tanggapi dengan dingin.

"Kalian bisa pergi dan lanjutkan perkelahian di tempat lain! Aku lelah dan aku ingin beristirahat." Aku membuka gerbang lebih lebar, mempersilahkan dua orang tersebut untuk segera pergi. Sebisa mungkin aku tidak menatap mereka berdua yang basah kuyup, terutama Askara yang menatapku lekat seolah dia ingin menyanderaku karena aku sudah menyembunyikan sesuatu darinya. "Percayalah, aku tidak ingin menjadi beban untuk kalian berdua. Aku sudah tidak mengharapkanmu, Askara. Dan untuk kamu Reyhan, terimakasih untuk pertolongannya selama ini, cukup sampai di sini saja."

Kedua orang tersebut menatapku dengan seksama, seolah sudah berpuluh tahun tidak melihatku sama sekali, aku kira dua orang tersebut akan segera pergi dari hadapanku, nyatanya aku keliru, dua sahabat ini adalah duo yang sukses membuatku pening saat mereka melemparkan tatap sebelum Reyhan merangkul Askara.

Rindu terbelalak, tidak menyangka dengan perubahan sikap mereka yang drastis, mereka bersikap begitu mesra seolah beberapa menit yang lalu mereka tidak saling bunuh.

"Kita bisa bicara sekarang, Ka!"

Shit, sungguh aku ingin memaki Reyhan sekarang ini karena pria itu mengajak masuk ke dalam rumah sama sekali tidak memedulikan diriku.

"Aku menuntut penjelasan, Ngab! Aku akan menghajarmu kembali jika tidak mendapatkan alasan yang masuk akal!"

Dengan gusar aku mengikuti mereka, menahan diri untuk tidak menendang satu persatu bokong mereka yang sudah seenaknya bersikap di rumahku ini, ralat, rumah yang di berikan Reyhan untukku.

"Aku nggak izinin kalian masuk ke dalam rumah!" Pekikku keras saat dua orang tersebut duduk dengan santainya di ruang keluarga.

"Berapa harga rumah ini?" Bukannya menanggapi ucapanku yang tidak terima dengan kehadirannya, Askara justru bertanya pada Reyhan yang langsung menatap penuh minat pada Askara.

"Aku tahu kalau kau bakal kayak gini buat Rindu! 6 tahun lalu rumah ini kubeli 600, dan setelah di hitung-hitung harga sahabat, balikin saja 1M."

Apa-apaan mereka ini?

Rindu AskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang