Bertemu masalalu II

2.9K 634 25
                                    

"Jauhkan tanganmu dari anakku!"

Di antara jutaan manusia yang ada di dunia ini Rindu mengutuk takdir yang membawanya bertemu dengan sosok sialan dengan seragam hijaunya di hadapanku sekarang ini.

Tidak memedulikan tatapan orang yang melihatnya dengan penasaran saat dia menarik Gavin dari hadapan sosok terhormat di hadapannya tersebut dan dengan cepat menyembunyikan Gavin di balik tubuhnya, penuh dengan kemarahan yang menggelegak Rindu membalas tatapan Aska dengan nyalang.

Rasa benci dan marah menggelegak di tubuhnya hingga rasanya Rindu gemetar ingin sekali menghabisi pria yang ada di hadapannya dengan kebencian yang menyala berkobar begitu besar, sungguh Rindu tergoda dengan gagasan untuk mengirim sosok Askara yang menjadi bahan pertengkarannya dengan Gavin tadi pagi untuk bertemu dengan Lucifer di Neraka sana, tempat yang pas untuk mahluk biadab dengan seragam abdi negaranya.

Tapi kini penyesalan di rasakan oleh Rindu karena tanpa bisa di sadarinya Rindu sendiri telah mengungkapkan rahasia yang selama ini Rindu sembunyikan dari Askara, sosok yang selama 6 tahun ini menjadi bahan sumpah serapah Rindu yang mengharapkan kesengsaraan di setiap langkah Askara.

Berbeda dengan tatapan membunuh Rindu yang nyaris bisa menguliti sekujur tubuh Askara dengan pandangannya. Askara justru termangu, membeku di tempat tidak tahu bagaimana dia harus bereaksi mendapati mantan pacarnya yang enam tahun lalu menghilang begitu saja kini ada di hadapannya, memandangnya marah penuh kebencian sembari menyembunyikan sesosok anak kecil di belakang tubuhnya. Wajah pucat dan juga kengerian yang tercetak di wajah cantik tersebut memperlihatkan kengerian saat dengan gugupnya dia berusaha menghalangi sosok yang baru di lihatnya, hal yang sama sekali sia-sia karena Askara sudah terlanjur melihatnya dengan begitu jelas.

Sosok yang sama persis dengan potret dirinya di usia enam tahun. Kesadaran akan apa yang di lihat Askara menghantamnya dengan telak dan menyakitkan. Aska takut apa yang ada di kepalanya benar terjadi.

Untuk sedetik Askara mengira Rindu, sosok yang dia cari selama ini, akan memukulnya untuk melampiaskan kemarahan yang tercetak jelas di wajah cantiknya, namun Askara salah mengira, sosok cantik tersebut hanya mengepalkan tangan dan menatapnya penuh benci sebelum berbalik. Menggandeng anak kecil yang Rindu sebut sebagai anaknya dan tergesa-gesa untuk pergi seolah kehadiran Askara adalah hal terakhir yang ingin mereka lihat.

Melihat dua punggung tersebut menjauh meninggalkannya yang termangu menyadarkan Askara seketika, semua carut marut dalam kepalanya di mulai dari Sang Kakak yang ngotot meminta menemuinya di Mall sementara Kakaknya tahu jika Askara bukan seorang yang menganggur, wajah tampan bocah kecil tersebut yang mirip dengannya juga dengan kemarahan dan kebencian yang terpancar jelas di mata Rindu, sosok yang dahulu begitu lembut dan lugu, semuanya seolah menampar Askara dengan begitu keras dan menyakitkan melebihi ospek perpeloncoan para senior.

Jika sampai apa yang ada di otaknya ini benar, maka Askara sendiri tidak akan memaafkan dirinya yang brengsek, tidak, kata brengsek saja tidak akan mampu menggambarkan betapa menjijikkannya dirinya. Dia dan dosa adalah saudara kembar yang tidak terpisah.

Mengabaikan tatapan aneh dari mereka yang melihat dan juga seragam kehormatan yang Aska kenakan, Askara melangkah dengan kaki panjangnya dengan cepat menyusul Rindu yang nampak terburu-buru bahkan Rindu nyaris berlari dengan sosok kecil tersebut yang kini di gendongannya.

Kekhawatiran dan prasangka Askara semakin menjadi melihat bagaimana takutnya Rindu bertemu dengannya, juga dengan kalimat yang tanpa Rindu sadari sudah lolos dari bibirnya membuka satu rahasia. "Rindu!" Askara berusaha menggapai lengan Rindu, tapi entah kekuatan dari mana hanya dalam satu kali sentakan tubuh kurus dan tinggi tersebut bisa menghempaskan tangan berotot milik Askara. Seorang wanita yang marah dan mengamuk mempunyai tenaga yang di luar dugaan.

"Pergi!" Desisnya penuh kebencian, sorot mata lembut yang dahulu membuat Askara jatuh pada pandangan pertama kini menghilang menyisakan jendela kosong yang memperlihatkan celah neraka.

Askara kembali menelan ludah, rasanya dia sama sekali tidak mengenali Rindu lagi, bertahun-tahun dia berharap bisa bertemu dengan kekasihnya yang terakhir ini tapi ternyata apa yang dia dapatkan jauh berbeda saat akhirnya mereka bertemu.
Hanya kebencian dan kemarahan yang nampak di mata yang dahulu bersinar dengan polosnya.
Rindu benar-benar berubah. Ya, secara fisik dia berubah di mata Askara, Rindu yang dari dulu begitu cantik hingga mampu membuat Askara mengejarnya untuk di jadikan pacarnya, kini semakin mempesona dalam kecantikan yang dewasa. Tapi dalam kecantikan yang mengiringi wanita yang ada di depannya, ketakutan dan wajah pucatnya menyimpan banyak hal yang sarat akan luka.

Takdir memang lucu dalam mempermainkan Askara, dalam waktu yang lama Askara tidak bisa menemukan Rindu yang menghilang bak di telan bumi, namun sekarang dengan mudahnya Aska menemukan wanita tersebut di sebuah Mall tidak jauh dari tempatnya bertugas yang baru.

Tidak menyerah dengan penolakan Rindu, Askara kembali menahan tangan wanita tersebut, tidak peduli jika dia akan akan mendapatkan pukulan yang lainnya, Askara perlu memastikan hal yang menjadi pertanyaannya semenjak dia melihat rupanya di diri anak kecil yang berusaha di ajak lari oleh mantan pacarnya ini.

"Rindu, dia anakku, kan!"

Mendadak langkah Rindu terhenti seketika, tawa sumbang terdengar dari bibir pemilik wajah cantik yang kini tampak begitu mengenaskan. Tawa yang mengiris hati Askara dengan begitu hebatnya, seumur hidup Askara tidak pernah melihat hal yang begitu sedih seperti apa yang tertera di wajah Rindu. Luka, derita, kemarahan, kekecewaan, dan ketidakberdayaan semuanya nampak jelas di wajah Rindu.

Perlahan Rindu kembali mundur, menjauh dengan Gavin di gendongannya dari Askara. Sungguh Rindu begitu lelah dengan semua hal yang di hadapinya semenjak dia membuka mata. Di mulai dari pertengkarannya dengan Gavin, di seret tidak jelas oleh Nyonya Kaya, dan sekarang part paling menyedihkan dalam hidupnya justru terjadi di penghujung hari ini. Yaitu bertemu dengan Askara setelah 6 tahun berlalu semenjak Askara menghancurkan hidupnya hanya dengan sebuah janji manis.

Ya Tuhan, Rindu hanya ingin menghabiskan waktunya dengan berkencan bersama putranya, Rindu ingin bahagia dengan cara yang sederhana di sela waktu cutinya yang sangat jarang dia dapatkan. Tapi selalu saja ada gangguan. Dan kali ini pertemuannya dengan Askara adalah sebuah musibah.

"Anak? Bahkan aku lupa pernah mengenal siapa kamu!" Ucapan dengan nada dingin tersebut membuat rahang Askara mengeras, 6 tahun Askara mencari dimana Rindu, dan ini yang dia dapatkan? Orang bodoh manapun bisa melihat betapa miripnya anak kecil yang ada di gendongannya dengan Askara.

Kembali untuk kedua kalinya Rindu ingin melarikan diri, tapi sama seperti yang pertama, kali ini Askara mencengkeram erat tubuh kurusnya dan menatapnya nyalang penuh kemarahan. Semua rasa kasihan dan tidak teganya melihat bagaimana hancurnya sirat yang terpatri jelas di wajah lawan bicaranya geraman kemarahan Askara terdengar.

"Aku tidak peduli kamu mengenalku atau tidak, aku hanya peduli dia anakku atau bukan, Sialan!"

Rindu AskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang