Beberapa tahun yang lalu. Rean Anggara, begitulah nama yang tertera di name tag yang menggantung di seragam putih abunya. Kelas A, meskipun tidak semuanya dipenuhi murid yang kaku, tetapi tetap saja dipenuhi manusia ambisius dalam belajar.
Ah, bahkan bisa-bisanya memanfaatkan jam istirahat untuk membaca buku yang berkaitan di luar pelajaran.
"Ah! Ini novel Zombie Eclipse yang keluaran terbaru, kan? Sequel? Bukan! Apa, tuh, namanya ... duh!"
"Prekuel." Mau tidak mau Rean akhirnya menjawab, mata bundarnya yang tadi tertunduk dan fokus dengan bacaan, kini tertuju pada seseorang yang seenak jidat menyambar bukunya begitu saja. Ah, bahkan suara itu juga heboh meskipun berada di perpustakaan, hm?
"Eh? Prekuel?"
Rean mengangguk. Ranaya, ia mengenal sekilas gadis ini, teman sekelasnya. Tidak cukup menjadi saingan ketika ada kuis dadakan berlangsung, gadis itu sekarang juga ingin bersaing untuk merebut novel ini, kah?
"Bagian cerita yang membentuk cerita sebelumnya," jelas Rean, lalu agak menjauh saat cewek itu dengan sigap menyeret kursi kayu, membaca bagian prolog dengan semangat. Rean menjelaskan kembali. "Zombie Eclipse pertama tentang pertarungan masyarakat kelas bawah yang berusaha menyerang masyarakat kalangan atas di kota Key. Udah baca sampai habis?"
Naya mengangguk. "Sebentar lagi ada filmnya, kan?"
"Iya." Rean tersenyum simpul, mulai tertarik dengan pembicaraan. "Di prekuel ini dia bahas tentang gimana repotnya masyarakat kalangan atas menciptakannya. Gue baru tau ternyata mereka salah sasaran, awalnya hasil dari percobaan itu ditujukan un--"
"Kamu bisa diam? Aku lagi baca," ucap Naya, meletakkan jari telunjuk di hadapan bibir itu, tanpa menoleh sedikitpun.
Rean tersentak, lalu tertawa pelan, ide jail terlintas di pikirannya. "Hasil percobaan itu sebenarnya ditujukan untuk orang-orang yang menguji di lab itu sendiri."
"Rean!" Naya menatap galak, bibir bawah itu terangkat, cemberut. "Kenapa kamu kasih tau inti ceritanya sampai habis, hah?"
"Nggak sampai habis." Kedua tangan itu terlipat ke meja, memperhatikan deretan buku fiksi yang tertera di lemari perpustakaan. "Itu bagian yang paling seru."
"Tapi tetap aja, kan?" keluh Naya, menutup buku tidak selera lalu mengembalikannya pada Rean dengan setengah kesal. "Tuh, kamu baca aja sendiri. Aku mau cari yang baru."
Rean memiringkan tubuh, mendekat seraya menunjukkan buku bersampul hitam yang dipadu dengan font berwarna keemasan. "Gimana kalau buku yang itu? Premisnya kurang lebih sama, tapi dari segi penyampaian--"
"Aku mau cari buku yang belum pernah kamu baca." Naya langsung saja menggeser kursi, menuju rak buku. Gadis itu bersenandung, sesekali mengusap dagu dengan jempol lalu tersenyum cerah saat meraih salah satu novel dengan logo penerbitan yang tidak asing lagi di mata Rean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Notes [OPEN PRE-ORDER]
Fiksi RemajaDi dunia yang menyebalkan ini, ada sebuah rahasia yang paling ingin Rean sembunyikan hingga mati. Tidak peduli orang-orang menganggapnya seperti apa, yang pasti biarkanlah rahasia penuh kelam itu menjadi tanggungannya. Namun di sisi lain, semenjak k...