2. First Enemy

56 9 13
                                    

Lizi Hill merupakan padang luas yang sepenuhnya diisi beragam jenis plum. Plum atau disebut juga mei hua, benar-benar dibudidayakan di tempat yang masih berada di Ibu Kota Nongmin itu.

"Sepertinya terjadi sesuatu," kata Vendard saat melihat dua pria berseragam lengkap yang berjaga di depan gerbang masuk Lizi Hill.

Jace melangkah maju, membungkuk memberi hormat, kemudian berdeham sebelum bertanya, "Bisakah kami masuk?"

Penjaga di sisi kiri menoleh pada rekannya. "Mohon maaf, Nak, tempat ini ditutup."

"Ditutup?" Vendard menyatukan kedua alisnya dengan tatapan terfokus pada kedua penjaga.

"Tapi, kami mendapatkan tugas dari sekolah untuk meneliti beragam jenis plum di Xia Kingdom, terutama yang langka," bujuk Jace sembari menahan diri untuk tetap bersikap memohon.

"Maaf, Nak, silakan kembali ketika tempat ini sudah dibuka."

Oh, ayolah! Jace mulai kesal, harga dirinya dipertaruhkan setelah memaksa teman-temannya untuk mengunjungi tempat itu. "Kami dalam situasi mendesak. Ini sebagai tugas akhir sekolah, jika tidak dikerjakan, kami harus mengulang satu tahun."

Kedua penjaga saling lirik sebelum akhirnya kompak mengangguk. Lizi Hill telah ditutup sejak dua minggu lalu dengan alasan akan dilakukan pemeliharaan. Mereka memandang curiga pada rombongan yang memakai seragam senada; atasan hanfu putih, bawahan berwarna merah, dan memakai jubah merah selutut. Hanya si pria yang tampak sedikit berbeda sekaligus mencurigakan karena sejak tadi ia tidak bereaksi sama sekali.

"Kembalilah lain kali." Si penjaga di sisi kanan menggerakkan tombak, rekannya dengan kompak mengikuti. Mereka memasang tameng dengan membentuk tanda silang tepat beberapa senti di depan wajah Jace. "Lagi pula, kami perlu tahu identitas kalian yang sebetulnya. Pihak pengelola Lizi Hill telah menyebarkan berita ke setiap sekolah, bahkan umum, bahwa tempat ini ditutup sejak dua minggu lalu. Kalian terlihat mencurigakan, jadi dari mana kalian berasal?"

Pertanyaan itu diucapkan dengan nada dan gestur menginterogasi. Jace menahan perkataan di dalam kepalanya, memilah yang tepat. Vendard melangkah sedikit kaku untuk menghampiri Jace, sementara Scarlett memilih diam—juga menyusun jawaban.

"Kami dari sebuah akademi yang cukup jauh di pelosok desa. Kalian mungkin akan merasa asing dengan nama akademi kami karena tempat itu baru berdiri beberapa tahun—setahuku. Mungkin karena itu juga akademi kami terlambat mengetahui penutupan tempat ini."

Semua menoleh dan memusatkan titik fokus pada Adniel yang berbicara dengan santai tetapi terkesan serius. Fallen Angel beriris mata gold itu setengah membungkukkan badan. "Kami mohon maaf karena telah menimbulkan keributan." Ia berujar dengan tulus.

"Tidak apa-apa. Segeralah kembali," balas si penjaga di sisi kanan.

Mereka pun memutuskan berbalik dan melangkah pergi. Tidak ada alasan dan tidak bisa memaksakan kehendak untuk mendebat kedua penjaga itu, atau risikonya mereka akan berurusan dengan pemerintah.

"Buah plum di sana sepertinya enak, besar-besar dan tampak segar," celetuk Vendard ketika melihat satu-satunya stand yang buka. "Bisakah kita membelinya? Aku penasaran gimana rasanya buah plum yang kata orang enak itu."

Jace awalnya menolak, tetapi Vendard bersikukuh. Akhirnya laki-laki berambut pirang itu menyetujui setelah membagi rata uang jatah tim mereka.

Vendard menghampiri si penjual yang ternyata adalah seorang nenek-nenek. Ia membeli lima buah plum dan segera kembali setelah membayar.

Vendard, seorang Werewolf, bakat Sharp Smell dan memiliki penciuman tajam. Mencari benih Shield Flower? Menarik. Bibir wanita tua itu melebar selama beberapa detik dengan mata terfokus pada Vendard yang telah berjalan bersama timnya sembari terus mengoceh menawarkan buah plum.

"Sekarang kita akan ke mana?" tanya Vendard yang telah lelah membujuk Adniel untuk menerima buah plum darinya.

"Tidak mungkin kalau cuma memutari ibu kota ini hanya demi mengecek satu per satu," sela Adniel ketika melihat Jace membuka mulut.

"Aku sepakat," kata Vendard dan kembali terdiam. Selama beberapa saat mereka berjalan dalam kebisuan.

Mereka memutuskan mengisi perut di sebuah kedai sembari memikirkan solusi. Pada awalnya mereka mengambil tiga regional terdekat dari ibu kota sebagai tujuan berikutnya, tetapi duplikat The Prof tidak bereaksi. Cara itu dilakukan dengan mendatangi stasiun kereta terdekat untuk mengetahui kinerja duplikat The Prof.

"Berikutnya, Regional Yun," kata Vendard dengan nada sedikit lesu.

Hari telah senja dan mereka belum mendapatkan petunjuk sama sekali. Keempatnya bersandar di tembok bangunan, keadaan sekitar cukup sepi. Mereka sengaja mencari tempat sepi untuk mengantisipasi kalau-kalau duplikat The Prof tiba-tiba buka baju.

Xia Kingdom terbilang maju dari segi teknologi, tetapi di sana—dan seluruh kawasan NYX Island—hanya sebagian kecil yang bisa menggunakan sihir. Jadi, segala hal yang ditemui, seperti rumah, makanan, atau kendaraan jauh kaitannya dengan sihir. Kereta api merupakan kendaraan utama yang digunakan para penduduk untuk bepergian. Kendaraan itu dijalankan dengan tenaga batu bara. Stasiun Nongmin merupakan pusat dari segala stasiun, dari sana bisa mencapai keenam regional.

Kedua tangan duplikat The Prof dengan perlahan memelorotkan kimono hingga sebatas pinggang. Meski cuma duplikat, tetap saja Scarlett harus menutup kedua matanya rapat-rapat dan menurunkan payung untuk menghalangi pandangan demi mengusir hal yang tidak-tidak.

"Yeah!" Jace setengah bersorak ketika melihat punggung duplikat The Prof mulai dihiasi cahaya keperakan yang diikuti dengan terbentuknya sebuah peta.

"Whoa, sebuah kota di atas bendungan?" Vendard ikut mengintip—sedikit membungkukkan tubuh dengan alis menyatu.

"Itu seperti ibu kota regional, deh. Regional Yun kan identik sama sungai," kata Jace.

Tiba-tiba Adniel menarik kedua pedangnya, kemudian mengarahkan tepat ke depan wajah Scarlett. Bunyi dentingan dari panah yang beradu dengan badan pedang putih milik Adniel mengejutkan mereka.

Vendard sontak membulatkan kedua mata, kemudian menggertakkan geraham saat mendapat sebuah kesimpulan keliru di kepalanya. "Apa yang kau lakukan, hah?" semburnya penuh emosi dengan tangan siap menarik kerah baju Adniel.

Adniel segera menghindar dan memberikan tatapan penuh ancaman. Namun, segera ia berjaga karena menyadari bahwa musuh masih ada kemungkinan menyerang. Benar saja, empat pria berjubah hitam dengan tudung menutupi kepala, memunculkan diri. Tiga dari mereka memegang pedang, sementara satu orang—yang diduga merupakan ketuanya—tidak memegang senjata, tetapi jelas terlihat bahwa ada busur panah dan dua pedang yang disarungkan di punggungnya.

Vendard segera mengeluarkan rantainya dan Jace dengan singkat dapat menghadirkan dua pedang yang tidak kalah tajam di kedua tangannya. Sebagai pemilik bakat Weapons Impersonator, menghadirkan senjata tidak susah bagi Jace. Ia cukup memegang benda dan mengubahnya menjadi senjata apa pun.

Dengan kode satu tangan, pasukan itu berlari menyerbu. Scarlett mengubah payungnya menjadi tombak dengan panjang sembilan puluh sentimeter. Ujung tombak itu berukuran cukup besar—terlihat tidak imbang karena badannya hanya sekepal tangan—dan melancip dengan ujung sangat tajam.

Payung Jiwa Gelap, benda pusaka milik Valerie Scarlett memiliki dua fungsi. Selain sebagai pemanggil roh kontrak saat berbentuk payung, benda itu juga bisa dijadikan senjata bertarung ketika diubah ke dalam bentuk tombak. Warnanya dominan hitam dengan aksen berupa tulisan-tulisan kuno atau simbol berwarna ungu yang mewakili roh kontrak.

Adniel berhasil menyabet dada pria yang menjadi lawannya, tetapi hanya menjadi efek kecil karena pria itu kembali bangkit dan melayangkan serangan balasan. Vendard juga bernasib sama, musuhnya seolah mengatakan bahwa mereka lebih ahli dalam menggunakan senjata. Hanya Jace yang lumayan unggul—setidaknya ia tidak terkena pukulan—karena laki-laki itu juga dianugerahi bakat bisa dengan mudah beradaptasi terhadap senjata jenis apa pun.

Scarlett kembali mengubah tombaknya menjadi Payung Jiwa Gelap. "Wanita petarung, hadirlah untukku!" 

Diving Under WaterfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang