Part 1

3.5K 282 4
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Mereka berkumpul di dalam sebuah pelabuhan kecil untuk menunggu giliran menaiki sampan kecil yang akan mengantar mereka ke sebuah pulau eksotis yang terletak tidak jauh dari kota.

Kecilnya sampan membuat mereka harus berbolak-balik sebanyak lima kali untuk mengantar seluruh anak selamat sampai tujuan.

Pada saat giliran terakhir, kelima anak sisanya berjalan memasuki sampan. Rethan segera mengambil posisi berdayung dan mendayungnya meninggalkan pelabuhan. Saat sampan mereka mencapai tengah laut, sampan mereka entah kenapa tiba-tiba saja terasa berat, sampan semakin tenggelam dan tidak lama setelahnya kelimanya menghilang tanpa jejak.

***

Di sebuah pulau tak berpenghuni tampak seorang anak remaja terbaring tak sadarkan diri, sementara itu di sampingnya gadis remaja tampak sedang serius mengotak-atik sesuatu. Tidak lama kemudian, remaja tadi terbangun dan tampak kaget menemukan dirinya berada di suatu tempat yang tidak di kenalnya.

"Di mana aku?" ujar Chris bingung sambil melihat ke sekelilingnya

"Kau sudah tersadar" 

"Ja—Jannica??bagaimana kau... " ujar Chris terbata saat tersadar bahwa ada orang lain di sana, terlebih orang tersebut adalah gadis yang dipujanya selama ini, membuatnya semakin gugup.

"Ssst, aku tahu kau sangat kaget, tapi aku sangat sangat tidak tahu bagaimana kita bisa sampai di sini, atau di mana kita, atau bagaimana GPSmu sama sekali tidak berfungsi, tapi kurasa sekarang kita berada di suati tempat di mana GPS pun tidak bisa melacaknya," ujar Jann tidak peduli sementara tangannya masih sibuk mengotak-atik GPS milik Chris

"dan bagaimana kau tahu..."

"Aku tahu kau selalu GPS ke mana-mana, itu seperti bagian dari hidupmu, kan." Perkataan Chris seketika terpotong oleh kata-kata Jann

"Jadi kita—"

"ya, kita terdampar  di suatu tempat antah berantah," ujar Jann kembali memotongnya

"Hanya kita—"

"ya, kurasa hanya kita yang berada di pulau ini, entahlah."

"bagaimana kau—"

"Aku tahu segalanya."

"Baiklah, aku menyerah," ujar Chris sambil menghela nafas kesal. Sempat terbersit dalam pikiran Chris, Jann yang sehari-harinya dingin ternyata bisa seceriwis ini.

Sementara itu tampak Jann masih sibuk mengotak-atik GPS Chris yang terlihat tidak berfungsi sama sekali.

"Err..., Jann. Tolong jangan potong perkataanku lagi, oke? Gimana kalo kita..."

"Oke. Dan by the way, sepertinya GPS-mu rusak," ujar Jann tidak peduli sambil melemparkan GPSnya ke Chris, dan berjalan tanpa arah ke hutan

"Tu—tunggu!" ujar Chris bangkit berdiri mengejar Jann yang sudah berjalan mendahuluinya

***

Tak jauh dari tempat Chris dan Jannica, 3 orang tampaknya sedang bersama. 2 orang tampaknya saling mengenal satu sama lain sedang berdebat tentang sesuatu, sedangkan seseorang tampaknya dibiarkan begitu saja seperti obat nyamuk.

"Menurut teori profesor dokter Simonelli Fredericko Hutanekovich, jika sedang tersesat di sebuah pulau terpencil, hutan adalah tempat yang terbaik untuk bertahan hidup, di sana, kita bisa mendapatkan minuman dan makanan, kemudian..." 

"Stop, stop, stop, aku sih enggak percaya sama sekali denganmu atau profesor blablablamu itu, di hutan tuh, banyak binatang yang serem-serem, harimau lah, singalah, kalo aku dimakan hiu gimanaa???"

"Hiu??, di hutan tuh ya engga ada hiu lah!, Hiu tuh adanya di LAUT.  EL. A. U. TE!"

"Ehemm, ehemm." Javina berdehem dengan keras, namun sepertinya keduanya masih sibuk berdebat sehingga keberadaan Javina sama sekali tidak dihiraukan, karena merasa tidak dihiraukan, deheman Javina semakin menjadi.

"daripada kalian berdua berdebat engga jelas, gimana kalau kita mengambil pilihan yang paling oke dan terjamin baik? kalau kita terus berdebat seperti ini, kita semua tidak akan ada yang bisa selamat dari pulau ini," ujar Javina dengan nada sok bijak

"bener tuh, mendingan kita ga usah berdebat," Ujar Rethan membenarkan yang kemudian mendapatkan jitakan kecil di kepalanya. Rethan balas menatap tajam Dea yang sudah berani menjitak kepalanya.

"So?" ujar Dea sambil menatap Rethan tidak peduli.

"kita ke hutan," jawab Javina sambil melangkah mendahului

***

"Stop Jannica!" seru Chris sambil merentangkan tangannya di depan Jann

"Lihat, ada jejak makhluk hidup di sini, terlihat seperti jejak manusia, tapi sangat ramai dan berantakan. Kita tidak bisa mengetahui dengan pasti makhluk hidup apa ini," ujar Chris sambil menunjuk jejak tersebut.

Jann melihat ke arah yang ditunjuk Chris dan berjalan menghampiri jejak tersebut. Kemudian Jann menunduk dan menyentuh jejak tersebut dengan ujung jarinya. Sekilas sinar ketidakpercayaan muncul di matanya, namun dengan cepat kembali ia tutupi dengan wajah datarnya.

"Ini—- ini bukan sesuatu yang biasa kita lihat setiap hari."

"apa itu?"

"dengar, kau tidak akan percaya padaku."

"Oh, ayolah, katakan saja. Atau jangan-jangan..." Chris mulai menebak-nebak

"Zombie." Satu kata keluar dari bibir Jann yang seharusnya bisa membuat semua orang yang mendengarnya terkaget-kaget malah dihadapi Chris dengan tatapan datar seolah ia sudah mengetahuinya sedari tadi.

"hmm.., intuisiku ternyata benar."

"kita harus berjalan ke arah mana?"

"stop, sepertinya ada yang datang," ujar Chris menghentikannya. Samar-samar terdengar suara derap langkah kaki.

"LARI!!!!!!!!!!" seru Javina sambil berlari terbirit-birit di ikuti Rethan dan Dea

"ada apa ini??" ujar Chris yang tampak kaget dan kebingungan dengan kehadiran ketiga orang tadi

"LARI SAJA!!!"

 Tiba-tiba seseorang menembakkan ketapel ke arah zombie-zombie tersebut.

 ***

Di sebuah ruangan gelap tampak seorang nenek tua dengan pakaian serba hitam menatap murka ke arah cermin yang terletak di sudut ruangan tersebut.

"Ratu! Ini buruk! Sepertinya mereka tidak lama lagi akan menemukan portal rahasia kita! Kalau begini mereka akan menemukan jalan keluar juga!"

"tidak perlu takut, mereka tidak akan bisa melewati portal-portal itu, mereka tidak akan bisa mengubah takdir! Tidak akan! HAHAHA..."

"tapi ratu, mereka berlima bukan manusia biasa! Sudahkah ratu lupa? Seorang peramal mengatakan bahwa akan ada 5 orang yang akan mengalahkan portal-portal itu dan membuat akhir yang bahagia pada tokoh-tokoh yang malang itu"

"Diam! Jangan dengar peramal palsu itu! Mereka tidak akan bisa mengalahkanku, walaupun mereka bukan manusia biasa, mereka tidak akan bisa mengalahkan seorang ratu sehebatku!"

"tapi ratu..."

"bungkam mulutmu itu! Bukahkah kau sudah tahu? Aku adalah ratu terhebat sejagat raya! 5 ekor semut seperti mereka tidak akan bisa mengalahkanku!" ujar Sang Ratu murka dan kemudian berbalik pergi sambil membanting pintu.

The Power of FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang